Anda di halaman 1dari 21

RUMUSAN MASALAH

Apa Permasalahan APBD ?


Bagaimana Analisis Efisiensi APBD?
Bagaimana analisis Efektifitas APBD ?
Bagaimana Derajat Desaentralisasi Fiskal
APBD ?
Bagaimana Kemandirian keuangan daerah
pada APBD?
TUJUAN YANG DIHARAPKAN DALAM
PEMBAHASAN

Mengetahui permasalahan APBD.


Mengetahui Analisis Efisiensi APBD.
Mengetahui analisis Efektifitas APBD.
Mengetahui Derajat Desentralisasi
Fiskal APBD.
Mengetahui Kemandirian keuangan
daerah pada APBD di Indonesia
PANGKAL MASALAH ANGGARAN DI INDONESIA, APBN DAN APBD MENURUT AHMAD ERANI YUSTIK
DIREKTUR EKSEKUTIFINSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS AND FINANCE
(INDEF)ADALAH:
RAPBN/RAPBD selalu di desain defisit sehingga
memberi kesempatan adanya inefesiensi dan
praktik koruptif.
desain APBN/APBD hanya dipahami sebagai proses
teknokratis untuk mengalokasikan sumber daya
ekonomi (anggaran), tetapi APBN tidak dimengerti
juga sebagai instrumen ideologis untuk
mendekatkan tujuan bernegara sebagai amanat
konstitusi.
asumsi ekonomi makro yang disusun hanya
mendasaarkan kepada tujuan sempit tetapi
mengabaikan semangat keadilan sosial, seperti
aspek ketimpangan pendapatan.
PANGKAL MASALAH ANGGARAN DI INDONESIA, APBN DAN APBD MENURUT
AHMAD ERANI YUSTIK DIREKTUR EKSEKUTIFINSTITUTE FOR DEVELOPMENT
OF ECONOMICS AND FINANCE (INDEF)ADALAH:

besaran anggaran tidak mencerminkan permasalahan


dan kontekstualisasi dasar pembangunan nasional.
Buktinya, alokasi anggaran ke sektor pertanian dan
industri tergolong kecil padahal sebagian tenaga kerja
berada di sektor tersebut.
amanah UU tidak semuanya dijalankan dengan baik.
Sebagai contoh, alokasi anggaran kesehatan diharuskan
minimal 5 persen dari APBN, namun selama ini
mendapatkan porsi kurang dari 2 persen.
penerimaan negara dihitung sangat rendah, baik yang
bersumber dari pajak maupun Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) sehingga membuka peluang
terjadinya korupsi penerimaan negara seperti yang
terus berulang selama ini.
2 (DUA) HAL YANG PERLU DICERMATI SEBAGAI HAMBATAN DALAM
MEWUJUDKAN APBD SEBAGAI BENTUK AKUNTABILITAS KEPADA
MASYARAKAT;

- berkaitan dengan perilaku politik dari pejabat politik


maupun pejabat publik daerah yang merasa terganggu
atau tidak suka dengan transparansi anggaran, karena
hal tersebut secara tidak langsung akan mengurangi
otoritas yang selama ini mereka nikmati.
persoalan yang berkaitan dengan aturan-aturan formal
yang ada, bahwa masing-masing pihak dan lembaga
memilki batas kewenangan serta prosedurnya sendiri.

Kedua kendala inilah yang menyebabkan alokasi


anggaran dalam APBD seringkali tidak mencerminkan
keberpihakan kepada publik.
BEBERAPA PERMASALAHAN YANG MENGIRINGI PROSES
PENYUSUNAN APBD
Waktu Penyusunan yang molor, Setiap tahun
dijumpai daerah yang lamban dalam menyusun
anggaran keuangan pemerintahannya.
Persoalan anggaran yang tekor atau defisit
anggaran. Defisit anggaran terjadi karena
anggaran pendapatan pemerintah tidak mampu
menutup anggaran belanjanya.
Minimnya semangat efisiensi. Berhubungan
dengan persoalan defisit anggaran,
pemerintahan yang terlalu boros akan
cenderung menciptakan defisit.
Kurang berpihaknya anggaran pemerintah
kepada publik
APBD SERING TERLAMBAT

proses perencanaan seringkali hanya bersifat formalitas


belaka. Forum yang semestinya bisa mengakomodasi kepentingan
masyarakat (termasuk berbagai kepentingan politik) kurang
mendapat perhatian, karena sebagian besar lebih tertarik pada
tahap penganggaran. Mudah dipahami, sebab pada tahap
penganggaran-lah perhitungan biaya (uang) mulai terbahas.
Akibatnya rencana kegiatan yang telah dibuat mesti dibahas
ulang di tahap penganggaran yang seringkali bertele-tele karena
lahirnya transaksi politik.
keterlambatan penyusunan RAPBD sehingga terlambat
diserahkan Kepala Daerah kepada DPRD. Keterlambatan ini bisa
disebabkan karena masalah teknis manajerial, rendahnya
kompetensi birokrasi, atau tidak sinkronnya peraturan-peraturan
yang dibuat oleh pemerintah pusat sebagai pedoman.
APBD SERING TERLAMBAT

DPRD tidak menjalankan fungsi anggaran dengan baik. Penyebabnya


hampir sama dengan apa yang dialami oleh Pemda yakni masalah
teknis manajerial dan rendahnya kompetensi anggota DPRD. Di
samping itu keterlibatan DPRD dalam penyusunan APBD terlalu jauh
sampai jenis kegiatan, besaran anggaran, dan lokasi program.
terjadinya tarik ulur kepentingan politik lokal. Anggota DPRD yang
menghendaki kepentingan politiknya (dan juga kepentingan
pribadinya) terakomodasi mendesak kepada Pemda untuk dimasukkan
dalam APBD. Tak jarang, kepentingan tersebut sebenarnya belum
urgen untuk direalisasikan. Pemda akhirnya menghadapi dilema. Jika
menolak maka terjadilah ketegangan yang mengakibatkan
pembahasan APBD menjadi berlarut-larut. Jika dituruti berarti
mengorbankan kepentingan sebagian rakyat lain.
keterlambatan evaluasi oleh Gubernur. Rancangan Perda tentang
APBD yang telah disetujui Bupati/Walikota bersama DPRD, sebelum
ditetapkan harus disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi.
Kemungkinan Gubernur bisa terlambat mengevaluasi.
BEBERAPA PERMASALAHAN POKOK PENYUSUNAN APBD YANG
PERLU DIRESPON ADALAH:

Anggaran belanja cenderung ditetapkan lebih tinggi.


Anggaran pendapatan cenderung ditetapkan lebih rendah.
Kurangnya keterpaduan, konsistensi dan sinkronisasi
perencanaan dengan penganggaran.
Kurangnya keterpaduan, konsistensi dan sinkronisasi
perencanaan antar SKPD.
Relevansi Program / Kegiatan: kurang responsif dengan
permasalahan dan / atau kurang relevan dengan peluang yang
dihadapi.
Pertanggungjawaban kinerja kegiatan masih tetap cenderung
fokus pada pelaporan penggunaan dana.
Spesifikasi indikator kinerja dan target kinerja masih relatif
lemah.
Rendahnya inovasi pendanaan kesejahteraan rakyat.
PERMASALAHAN LAIN DALAM PENYUSUNAN APBD
BERSUMBER PADA:
Intervensi hak budget DPRD terlalu kuat,
Pendekatan partisipatif dalam perencanaan melalui mekanisme
Musrenbang masih menjadi retorika
Proses Perencanaan kegiatan yang terpisah dari penganggaran,
Ketersediaan dana yang tidak tepat waktu.
Breakdown RPJPD ke RPJMD dan RPJMD ke RKPD seringkali tidak match.
Terlalu banyak order dalam proses perencanaan
Adanya intervensi pada saat proses penyusunan perencanaan.
Koordinasi antar SKPD untuk proses perencanaan masih lemah
SKPD yang mempunyai alokasi anggaran besarseringkali tidak mempunyai
tenaga perencana yang memadai
SDM Evaluasi Anggaran pada Pemerintah Provinsi.
Kualitas hasil Musrenbang Desa/Kecamatan seringkali rendah karena
kurangnya Fasilitator Musrenbang yang berkualitas.
Pedoman untuk Musrenbang atau perencanaancukup rumit
Faktor Team Work dan Komitmen.
Dalam praktek penerapan P3MD,
PADAHAL....
ADA SANKSI KETERLAMBATAN
BerdasarkanUndang-undang Nomor 23 Tahun
2014Tentang Pemerintahan Daerah,
dalam ketentuan Pasal 311 ayat:
Kepala daerah wajib mengajukan rancangan Perda
tentang APBD disertai penjelasan dan dokumen-
dokumen pendukungnya kepada DPRD sesuai dengan
waktu yang ditentukan oleh Peraturan Perundang-
undangan untuk memperoleh persetujuan bersama.
Kepala daerah yang tidak mengajukan rancangan Perda
tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi administrative berupa tidak dibayarkan
hak-hak keuangannya yang diatur dalam ketentuan
Perundang-undangan selama 6 (enam) bulan.
PADAHAL....
ADA SANKSI KETERLAMBATAN
Sedangkan pada ketentuan Pasal 312, dalam ayat
Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama
rancangan Perda tentang APBD paling lambat 1 (satu) bulan
sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun.
DPRD dan Kepala daerah yang tidak menyetujui bersama
rancangan Perda tentang APBD sebelum dimulainya tahun
anggaran setiap tahun sebagaimana dimaksud ayat (1)
dikenaisanksi administratif berupa tidak dibayarkan
hak-hak keuanganyang diatur dalam ketentuan perundang-
undangan selama 6 (enam) bulan.
Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat
dikenakan kepada anggota DPRD apabila keterlambatan
penetapan APBD disebabkan oleh Kepala daerah terlambat
menyampaikan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD
dari jadwal yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
ANALISIS RASIO APBD
Analisis keuanganadalah usaha
mengidentifikasi ciri-ciri keuangan
berdasarkan laporan keuangan yang
tersedia. Dalam mengadakan analisis
keuangan memerlukan ukuran
tertentu.
Ukuran yang sering digunakan adalah
rasio.
KEGUNAAN ANALISIS RASIO PADA SEKTOR
PUBLIK (APBD) :

Menilai kemandirian keuangan daerah dalam


membiayai penyelenggaraan otonomi dearah
Mengukur efektifitas dan efisiensi dalam
merealisasikan pendapatan daerah
Mengukur sejauhmana aktivitas pemerintah
daerah dalam membelanjakan pendapatan
derahnya
Mengukur kontribusi masing-masing sumber
pendapatan dalam pendapatan daerah
Melihat pertumbuhan/perkembangan perolehan
pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan
selama periode waktu tertentu
PIHAK-PIHAK YANG BERKEPENTINGAN DENGAN
RASIO KEUANGAN PADA APBD INI ADALAH
(WIDODO, 2001: 261):
DPRD sebagai wakil dari pemilik daerah
(masyarakat).
Pemerintah eksekutif sebagai landasan dalam
menyusun APBD berikutnya.
Pemerintah pusat / provinsi sebagai bahan
masukan dalam pembinaan pelaksanaan
pengelolaan keuangan daerah.
Masyarakat dan kreditur, sebagai pihak yang
akan turut memiliki saham pemerintah
daerah, bersedia memberi pinjaman ataupun
membeli obligasi.
RASIO-RASIO KEUANGAN

Anda mungkin juga menyukai