Anda di halaman 1dari 90

PLENO PBL 1

OLEH : KELOMPOK 5
PEMICU
KORBAN KEBAKARAN

Pada pertolongan yang dilakukan masyarakat untuk


memadamkan sebuah rumah yang terbakar, setelah
mendobrak pintu, beberapa orang pria terlihat membawa
keluar seorang wanita dalam keadaan gelisah. Korban dibawa
menjauh dari lokasi, diletakkan dalam posisi berbaring.
Kondisinya terlihat demikian mengenaskan, hampir seluruh
bagian tubuhnya berwarna gelap, termasuk wajahnya. Terlihat
korban mengerang dan berulang kali berusaha duduk.

Seorang wanita dalam keadaan tidak sadar, terlihat sangat


gelisah dan mengerang berteriak dengan suara parau,
frekuensi napas 40 kali/menit, denyut nadi 140 kali/menit. Kulit
di daerah ujung jari dan kaki kering karena terbakar, teraba
dingin, capillary refill>3detik bahkan dirasakan sangat lambat.
Terlihat di beberapa tempat kulitnya rusak, termasuk muka,
leher, bagian anterior tubuh, kedua lengan dan kedua tungkai.
Di beberapa tempat di lengan terlihat lepuh berdiameter cukup
besar, sebagian sudah terkelupas, kulit berwarna keabu-abuan.
RUMUSAN MASALAH

Apa yang harus dilakukan terhadap


korban tersebut?
ANALISIS MASALAH

luka bakar
kesadaran Pertolongan
Wanita korban
gelisah perama
kebakaran
jantung dan paru bermasalah
HIPOTESIS
Tindakan yang harus dilakukan
terhadap korban tersebut adalah
memberikan pertolongan pertama yaitu
dengan melakukan RJP serta
penanganan terhadap luka bakar dan
syok yang dialaminya
LEARNING ISSUES

1. Definisi kegawatdaruratan
2. Penilaian korban
3. Peralatan untuk perlindungan diri
4. Cara menangkat dan memindahkan
penderita
5. Komunikasi (perkenalan diri)
6. Monitoring secara berkala korban selama
mennggu bantuan medis
7. Skala prioritas jika korbannya lebih dari
satu
8. Etika dan hukum dalam upaya P2K2
9. RJP
LEARNING ISSUES

10.Bantuan hidup dasar


11.Luka bakar:
Definisi
Derajat
Tindakan penanggulangan
PEMBAHASAN
KEGAWATDARURATAN

Kegawatdaruratan suatu kondisi


mengancam jiwa, yang
membutuhkan penanganan segera
dan akurat yang karena ancaman
A,B,C berdampak kepada
kecacatan tetap bahkan ancaman
kematian
PERALATAN DASAR1

Perlengkapan dasar untuk proteksi


diri
1. Sarung tangan karet
2. Masker
3. Pelindung mata
4.Pakaian pelindung
PERALATAN DASAR2

Peralatan dasar untuk perawatan


rumah sakit
1. Pelindung mata
2. Cervical collar
3. Senter
4. Long/short spine board
5. Tensimeter
6. Stetoskop
7. Tabung oksigen portabel
PERALATAN DASAR3

8. Spatula penekan lidah


9. Orofaringeal airway
10. Peralatan infus
11. Kasa steril
12. Perban
13. Aluminium foil
14. Balut tekan
15. Plester
16. Cairan infus
17. Disinfektans
18. Norit
PERALATAN DASAR4
Pelindung mata
Cervical collar

Long spine board Short spine board


PERALATAN DASAR5

Tensimeter Stetoskop

Infus Norit
KOMUNIKASI
Komuniksi dilakukan sebelum
melakukan penilaian awal korban
(Primary Survey) dan setelah
melakukan pemeriksaan fisik
lanjutan (Secondary Survey) /
wawancara
Komuniksi sebelum melakukan penilaian
awal korban (Primary Survey)

Memperkenalkan diri:
Nama dan organisasi
Perkenalkan diri sebagai penolong
pertama yang telah terlatih
Menanyakan kesediaan korban /
keluarga / orang sekitar untuk
dibantu (ijin)
Komunikasi setelah melakukan pemeriksaan fisik
lanjutan (Secondary Survey) / wawancara

Pada kasus medik, wawancara


(anamnesis) didahulukan daripada
pemeriksaan seluruh tubuh
Pada kasus non medik sebaliknya
WAWANCARA
Mengacu pada riwayat AMPLE
A : Alergi
M : Medikasi (obat yang diminum saat ini)
P: Past illness (penyakit
penyerta)/Pregnancy
L : Last meal
E : Event/environment (lingkungan) yang
berhubungan dengan kejadian
ETIKA DAN HUKUM DALAM UPAYA P2K2
Ketidakmampuan dokter untuk melakukan
komunikasi yang baik dengan pasien, sedikitnya
melanggar etika profesi kedokteran serta lebih
lanjut dapat melanggar disiplin kedokteran,
apabila ketidakmampuan berkomunikasinya
berdampak pada ketidakmampuan dokter
dalam membuat persetujuan tindakan
kedokteran dan rekam medis.
Hubungan antara dokter dengan pasien yang
seimbang atau setara dalam ilmu hukum
disebut hubungan kontraktual. Hubungan
karena kontrak atau kontrak terapeutik dimulai
dengan tanya jawab (anamnesis) antara dokter
dengan pasien, kemudian diikuti dengan
pemeriksaan fisik.
ETIKA DAN HUKUM DALAM UPAYA P2K2

Pasien gawat darurat adalah pasien yang


memerlukan pertolongan segara (TEPAT, CEPAT,
CERMAT) untuk mencegah kematian atau
kecacatan. Dari definisi tersebut berkembang
doktrin TIME SAVINGI LIVE SAVING (WAKTU
ADALAH NYAWA).
Penjabaran doktrin itu memerlukan indikator
mutu yang berupa RESPONS TIME (WAKTU
TANGGAP) sebagai indicator proses untuk
mencapai indikator hasil yang berupa SURVIVAL
RATE (ANGKA KELANGSUNGAN HIDUP ).
DASAR HUKUM
Undang Undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Keputusan Presiden No. 3 tahun 2001 tentang BAKORNAS PBP
Instruksi Presiden No. 4 tahun 2001 tentang langkahlangkah
Komprehensif Penyelesaian Masalah Aceh
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1309 tahun 2000 tentang
Organisasi dan Tatakerja Departemen Kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan No 446 tahun 2001 tentang
Tatakerja Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1277 tahun 2001 tentang
Tatakerja Departemen Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 979/Menkes/SK/IX/2001 tentang
Prosedur Tetap Pelayanan Kesehatan penanggulangan Bencana
dan Penanganan Pengungsi
Keputusan Sekretaris BAKORNAS PBP No. 2 tahun 2001 tentang
pedoman Umum Penanggulangan Bencan dan Penanganan
pengungsi
Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Kedaruratan Kompleks, 2001
CARA MENENANGKAN KORBAN DAN
LINGKUNGAN
Mengeluarkan (mengekspresikan)
pengalaman-pengalaman yang
menakutkan.
Setelah itu berusaha untuk tenang dan
santai. Meresapi apa yang sudah dialami.
Membiarkan kembali ingatan tentang
pengalaman yang terjadi pada masa lalu
dan kemudian mencoba memusatkan
pikirannyapada saat sekarang.

Penanggulangan Bencana Berbasis


w w w. i d e p f o u n d a t i o n . o r
Masyarakat (PBBM)
g / p b bm
PENILAIAN KORBAN1
1. Penilaian lokasi
Pada saat berada di tempat kejadian, seorang penolong
pertama harus:
Memastikan keamanan lokasi
Memastikan keamanan diri
Memperhatikan keamanan korban
Menentukan mekanisme kejadian
2. Penilaian awal korban (Primary Survey)
o Menentukan Kesan umum
Menentukan apakah korban dalam keadaan akibat
trauma atau non-trauma (medis)
o Memeriksa Kesadaran
Ada empat tingkatan kesadaran yang dapat digunakan
untuk menilai kesadaran korban, yaitu: Alert (awas),
Voice (suara), Pain (nyeri), Unresponsive (tanpa respon)
PENILAIAN KORBAN2
o Memeriksa Jalan napas (Airway)
Pemeriksaan jalan napas disesuaikan
dengan kesadaran korban. Apabila korban
sadar dan berbicara lancar, maka untuk
sementara dianggap tidak ada gangguan
jalan napas. Dan apabila ada gangguan
dalam berbicara dan bernapas,
menunjukkan kemungkinan adanya
sumbatan jalan napas. Menilai jalan napas
dilakukan dengan Lihat, Dengar, dan
Rasakan.
o Memeriksa Pernapasan (Breathing)
Pemeriksaan pernapasan disesuaikan
dengan kesadaran korban
PENILAIAN KORBAN3
o Memeriksa Sirkulasi
Pemeriksaan sirkulasi dilakukan
dengan meraba arteri radialis,arteri
karotis, arteri brakialis, dan arteri
femoralis. Yang diperiksa adalah
frekuensi dan iramanya.
o Kontrol Perdarahan yang serius
Pemeriksaan fisik lanjutan (secondary
survey)
Pemeriksaan seluruh tubuh
Pemeriksaan tanda vital
Pemeriksaan seluruh tubuh
Cara untuk melakukan pemeriksaan fisik:
Lihat (inspeksi)
Dengar (auskultasi)
Raba (palpasi)
Tanda yang harus dicari:
Bentuk (Deformity)
Luka (Open wound)
Nyeri (Tenderness)
Bengkak (Swelling)
Pemeriksaan dilakukan dimulai dari kepala
ke kaki secara berurutan
Pemeriksaan tanda vital

Meliputi:
Pernapasan
Nadi
Keadaan kulit
Pupil
Tekanan darah
Pernapasan
Normal:
Bayi : 25-50 kali/menit
Anak : 15-30 kali/menit
Dewasa : 12-20 kali/menit
Napas tidak normal:
Napas yang pendek
Napas yang sangat lambat
Napas yang sangat cepat
Suara yang tidak normal menunjukkan
adanya sumbatan jalan napas
Nadi
Normal:
Bayi : 120-150 kali/menit
Anak : 80-150 kali/menit
Dewasa : 60-80 kali/menit
Perhatikan:
Frekuensi nadi
Kekuatan denyut
Irama
Hitung jumlah denyut selama 15 detik,
kemudian kalikan 4
Kulit
Warna kulit
Dapat menunjukkan keadaan jantung,
paru-paru dan sirkulasi
Warnanya: pucat, kemerahan,
kebiruan/sianosis, kekuningan, bercak
atau bintik hitam kebiruan atau
kemerahan
Suhu kulit; normal 37,2 C
Kondisi kulit
Capillary refill; normal 2 detik
PUPIL
normal:
Bila mata diberi sinar terang, maka
pupil akan mengecil
Ukuran kedua pupil sama
Kelainan yang dapat terjadi:
Tidak bereaksi terhadap cahaya
Pin point pupil
Ukuran kedua pupil tidak sama
Tekanan darah
Nilai normal tekanan darah
Dewasa:
Sistolik : 130-90 mmHg
Diastolik : 90-70 mmHg
Anak (<12 tahun)
Sistolik : (2 x umur) + 80 mmHg
Diastolik : 50-80 mmHg
Tekanan darah yang rendah
menunjukkan kegagalan sirkulasi
Memindahkan Korban1

Jika Tidak Ada Tandu:


Jika kaki korban tidak terluka
Membungkuk dan berjongkoklah di kaki korban;
pegang pergelangan kakinya dengan erat; seret
korban perlahan-lahan menjauhi dari bahaya.
Jika kaki korban terluka
Pegang siku atau pergelangan tangan korban erat.
Membungkuk dan seret korban perlahan-lahan.
Jangan menyeret korban dengan memegang
pakaiannya

Sumber: w w w. i d e p f o u n d a t i o n . o r g / p b bm
Memindahkan Korban2

Memindahkan korban dengan merangkul


Dapat dilakukan untuk orang dewasa yang terluka
yang masih bisa berjalan dengan sedikit bantuan.
- Berdirilah di samping korban; di sisi tubuh yang
terluka.
Namun, jika tangan atau bahu yang terluka,
berdirilah disisi tubuh yang lain.
- Rangkulkan tangan Anda ke belakang korban dan
pegang pinggulnya .
- Rangkulkan tangan korban ke pundak Anda dan
sanggalah korban dengan bahu Anda.
- Pegang tangannya. Pindahkan korban perlahanlahan.
Melangkah dengan kaki bagian dalam terlebih
dahulu.

Sumber: w w w. i d e p f o u n d a t i o n . o r g / p b bm
Memindahkan Korban3
Pemindahan darurat
Tarikan lengan
penolong berdiri pada sisi kepala korban,
lengn kanan diselipkan pada di bawah
ketiak lengan kanan korban dan pegang
legan bawah korban. Lakukan hal yang
sama pada lengan kiri. Silangkan kedua
lengan korban di depan dada, lalu tarik
korban ke belakang
Terikan selimut
bila korban tidur di atas selimut, lipatlah
bagian selimutyang berada di kepala
korban, lalu tarik ke belakang, jangan lupa
untuk menyimpul selimut pada bagian kaki
Memindahkan Korban4
Tarikan bahu
penolong berlutut di kepala korban,
masukkan kedua tangan di bawah kedua
ketiak korban, cengkeram lalu tarik korban
kebelakang
Tarikan baju
sebelum memulai, ikat tangan korban
dengan 2 kain mitela untuk perlindungan .
Lalu cengkeram bahu dari baju korban,
tarik baju ke bawah kepal untuk
membentuk penyokong. Gunakan ujung
baju ini sebagai gagang untuk menarik
korban ke arah penolong
Memindahkan Korban4
Pemindahan non-darurat
Mengangkat langsung dari tanah (paling sedikit 3
penolong)
1. Ketiga penolong berdiri pada salah satu sisi korban
2. Berlutut pada posisis awal
3. Penolong pertama mengunci kepala korban
dengan meletakkan satu lengan di bawah leher
dan bahu, lengan yang lain di bawah punggung
kepala korban
4. Penolong kedua meletakkan tangan di bawah
punggung dan bokong
5. Penolong ketiga meletakkan lengannya di bawah
lutut dan bokong korban
Memindahkan Korban5
6. Korban siap diangkat
7. Dengan isyarat, seluruh penolong
mengangkat korban kelutut mereka
secara bersamaan
8. Dengan gerakan lembut, putar
korban secara bersamaan ke arah
dada penolong sehingga korban
terletak miring di lekukan siku
penolong
9. Berdiri secara bersamaan
Cara mengangkat korban1
1. Setiap penolong bediri di kedua sisi
korban kemudian jongkok
2. Tempatkan masing-masing kaki pada
jarak yang tidak terlalu jauh dan tidak
terlalu dekat dengan yang lain
3. Posisi telapak kaki mendatar dan
senyaman mungkin di lantai
4. Kencangkan otot perut dan otot
punggung anda
5. Tempatan masing-masing tangan anda
pada jarak yang cukup satu sama lain
Cara mengangkat korban2
6. Genggam pegangan tandu dengan baik
7. Lakukan pengangkatan sesuai aba-aba
8. Selama memulai untuk mengangkat, puggung
harus tetap terkunci sebagai poros untuk
kekuatan kontraksi otot seluruh tungkai
9. Setelah berdiri, putar posisi badan sehingga
korban di sebelah kanan atau kiri penolong
10.Ketika berjalan, penolong yang berada pada
bagian kepala berjalan lebih dulu diikuti yang
lain
11.Saat menurunkan tandu lakukan langkah di atas
denga urutan sebaliknya
Cara mengangkat korban3
Memutar korban dengan log roll
Hal ini dilakukan jika ada kecurigaan cedera tulang
belakang
1. Dilakukan dengan 3 penolong
Penolong 1 berlutut di bagian kepala korban,
penolong 2 berlutut di samping korban setinggi
dada, menolong 3 di samping korban setinggi
panggul
2. Penolong 1 :kedua tangan memegangi kepala
penolong 2 :memegang bahu dan panggul korban
penolong 3 :memegang panggul dan lutut korban
Cara mengangkat korban4

Penolong 1 memberi aba-aba,


kemudian korban diputar ke arah
penolong 2 dan 3. kepala korban
tidak boleh berputar, harus dalam
posisi netral dan segaris pada
sumbu tubuh
Bantuan Hidup Dasar

(BHD)
Bantuan Hidup Dasar1
Merupakan upaya yang harus
segera dilakukan untuk
mengembalikan fungsi pernapasan
& sirkulasi yang terhenti
mendadak sehinggga ventilasi
(pertukaran gas O2-CO2) & perfusi
(aliran darah paru-paru yang
mengangkut O2 & CO2) yang
adekuat dapat dipulihkan.
Bantuan Hidup Dasar2

BHD merupakan upaya oksigenasi


darurat yang terdiri dari:
1. Penilaian kesan umum
2. Airway control & cervical control
3. Breathing support
4. Circulation support
Airway control & cervical control1

Tanda-tanda airway normal: korban


sadar, berbicara dengan suara yang
jelas & tidak terputus-putus, tidak ada
suara napas tambahan.
Cara menilai airway: look, feel, & listen.
Tanda & gejala gangguan airway: ada
suara napas tambahan, korban tampak
kesulitan & perlu usaha tambahan
untuk bernapas, korban mengalami
sianosis.
Airway control & cervical control2

Jenis sumbatan:
1. Benda padat
2. Benda cair
3. Bagian dari tubuh
Derajat sumbatan:
1. Total
2. Parsial
Airway control & cervical control3

Cara melakukan pertolongan


terhadap gangguan airway:
1. Lakukan penilaian awal terhadap
airway
2. Membuka jalan napas
a. Head tilt & chin lift
b. Jaw thrust
c. Triple airway manuver
d. Oropharingeal airway (OPA)
e. Nasopharingeal airway (NPA)
Airway control & cervical control4

3. Penilaian derajat & jenis


sumbatan
4. Tindakan membebaskan jalan
napas dari sumbatan:
a. Sapuan jari
b. Back blows
c. Manuver Heimlich
d. Suction/penyedot
Breathing Support1
Tanda-tanda breathing normal:
tidak ada usaha tambahan dalam
bernapas, dada bergerak naik-
turun secara bersamaan kiri &
kanan, korban dapat berbicara &
tidak terputus-putus.
Cara menilai breathing: look, feel,
& listen.
Breathing Support2
Tanda & gejala gangguan
breathing: pernapasan korban
tidak adekuat (< 8 kali/ menit atau
> 30 kali/menit), ada suara napas
tambahan, pergerakan dada kiri &
kanan tidak sama.
Breathing Support3
Cara melakukan pertolongan
terhadap breathing:
1. Pernapasan buatan mulut-mulut
2. Pernapasan buatan mulut-hidung
3. Pernapasan buatan mulut-stoma
4. Pernapasan buatan mulut-
masker/ sungkup muka
5. BVM (Bag Valve Mask)
Circulation Support1

Cara menilai sistem sirkulasi: ada


tidaknya denyut nadi, tanda-tanda
perdarahan, tanda & gejala syok.
Tanda & gejala gangguan sistem sirkulasi:
frekuensi nadi > 100 kali/menit & < 60
kali/ menit, denyut nadi tidak teratur.
Cara melakukan pertolongan terhadap
gangguan sistem sirkulasi: pengadaan
sirkulasi buatan dengan kompresi jantung
luar, penghentian perdarahan, &
pengelolaan syok.
RESUSITASI JANTUNG PARU
RESUSITASI JANTUNG PARU1
1. Definisi
Resusitasi jantung paru merupakan upaya
mengembalikan fungsi sistem sirkulasi dan
pernapasan untuk menjamin tercukupinya
oksigen sel-sel terutama sel-sel otak dan
jantung, ketika fungsi sistem sirkulasi dan
pernapasan berhenti mendadak.
RESUSITASI JANTUNG PARU2
2. Kapan RJP Perlu dan Tidak Perlu
Dilakukan
RJP dilakukan bila terjadi henti napas
dan atau henti jantung.
Henti napas terjadi bila korban tidak
benapas, ditandai dengan tidak adanya
pergerakan dada dan aliran udara napas.
Henti jantung terjadi bila jantung berhenti
berdenyut dan memompakan darah, ditandai
dengan tidak terabanya denyut nadi pada
arteri-arteri besar.
RESUSITASI JANTUNG PARU3
RJP tidak perlu dilakukan bila telah
terdapat tanda-tanda pasti kematian pada
korban, yaitu lebam mayat ( livor
mortis ), kaku mayat ( rigor mortis ),
dan pembusukan. RJP juga tidak
dilakukan pada cedera yang tidak
memungkinkan korban hidup, seperti
terpisahnya kepala dari badan.
RESUSITASI JANTUNG PARU4
3. Tanda-tanda RJP yang dilakukan
berhasil

Korban dapat bernapas spontan, tampak


dada korban bergerak naik turun dan
adanya aliran udara
Denyut nadi kembali teraba dan denyut
jantung kembali terdengar melalui
stetoskop
Kulit korban yang semula pucat
berangsur normal
RESUSITASI JANTUNG PARU5
Korban dapat melakukan
gerakan terarah dan korban
berusaha menelan
Pupil akan mengecil bila terkena
cahaya ( ada respon positip dari
mata )
RESUSITASI JANTUNG PARU6
4. Langkah-Langkah RJP
Setelah melakukan prosedur dasar sebagai persiapan
sebelum melakukan RJP, teruskan dengan :
Airway control dan cervical control, penguasaan
jalan napas
Breathing support, ventilasi buatan dan oksigenasi
paru darurat
Circulation support, pengenalan tidak adanya
denyut nadi dan pengadaan sirkulasi buatan dengan
kompresi jantung
Lakukan reevaluasi / penilaian ulang A-B-C
TERAPI OKSIGEN
1. Indikasi Pemberian Terapi Oksigen
Pemberian oksigen pada pasien dengan henti
napas bertujuan untuk mencegah terjadi
hipoksia dan merangsang paru agar dapat
timbul pernapasan spontan. Oksigen
diperlukan pada beberapa keadaan
misalnya, serangan jantung, gagal jantung,
gagal napas, komplikasi saat persalinan dan
keracunan. Umumnya pada keadaan
tersebut beberapa organ yang berfungsi
menyalurkan oksigen tidak dapat berfungsi
dengan baik sehingga oksigen harus
diberikan.
TERAPI OKSIGEN
2. Sistem Pemberian Oksigen
Tabung ( silinder ) dengan katup
Regulator
Flowmeter
Saluran pengliran oksigen ke
penderita
PEMANTAUAN (MONITIRING)1

Setelah penilaian dan tindakan yang


diberikan, korban mungkin masih belum
stabil sehingga memerlukan
pemantauan. Walaupun korban sudah
stabil masih ada kemungkinan
terjadinya perburukan keadaan
sehingga proses pemantauan dilakukan
terus-menerus sampai dialihkan pada
perawatan selanjutnya.
PEMANTAUAN (MONITIRING)2

Tindakan yang dilakukan pada pemantauan adalah:


Memeriksa kesadaran
Memeriksa jalan napas(Airway)
Memeriksa pernapasan(Breathing)
Memeriksa sirkulasi(Circulation)
Mengulangi pemeriksaan fisik (Secondary survey)
Periksa hasil tindakan yang sudah
diberikan,ulangi jika perlu.
Lakukan tindakan yang diperlukan sesuai
pemantauan .
Tenangkan dan beri rasa aman pada korban.
PEMANTAUAN (MONITIRING)3

Pada korban yang stabil(tanda vital


normal, tidak ada cedera yang
mengancam jiwa)pemeriksaa dilakukan
tiap 15 menit.
Pada korban yang tidak stabil
pemeriksaan dilakukan tiap 5 menit.

Jangan tinggal korban sebelum dialihkan


pada perawatan selanjutnya.
PELAPORAN
Ketika kita mengalihkan korban pada petugas medik
selanjutnya, baik RS maupun paramedik yang
datang,kita perlu memberikan informasi yang tepat
tentang kondisi korban. Hal ini disebut serah terima
catatan medik. Laporan meliputi:
1. Usia dan jenis kelamin korban
2. Keluhan utama korban
3. Kesadaran korban
4. Keadaan Airway, Breathing, Circulation.
5. Hasil pemeriksaan fisik(Secondary survey)
6. Kejadian yang berhubungan dengan kondisi korban.
7. Riwayat penyakit.
8. Tindakan yang sudah dilakukan dan hasilnya.
Laporan juga meliputi perkembangan hal-hal diatas
selama pemantauan/monitoring.
Triase
Cara pemilahan penderita
berdasarkan kebutuhan terapi dan
sumber daya yang tersedia. Terapi
didasarkan pada kebutuhan ABC
Dilakukan untuk pemilahan
penderita di lapangan dan rumah
sakit
Triase
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi
1.Musibah masal dengan jumlah penderita &
beratnya perlukaan tidak melampaui
kemampuan rumah sakit. Dalam keaadaan
ini penderita dengan masalah gawat darurat
& multi trauma akan dilayani trerlebih
dahulu.
2.Musibah masal dengan jumlah penderita &
beratnya perlukaan melampaui kemampuan
rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan
dilayani terlebih dahulu adalah penderita
dengan kemungkinan survival terbesar serta
membutuhkan waktu perlengkapan &
tenaga paling sedikit.
Triase
Saat ini triase sudah mengalami banyak
perkembangan. Berbagai jenis sistim triase
dibuat. Di Inggris dikenal Smart Incident
Command System sedangkan di Amerika Serikat
dikenal START (Simple Triage and Rapid
Treatment)
Dalam sistem START, korban dibagi menjadi
empat kelompok, yaitu Deceased, Immediate,
Delayed, dan Minor.
Deceased (Hitam), korban ditinggalkan dilokasi
mereka berada, ditutupi jika memungkinkan.
Immediate (Merah), merupakan prioritas
pertama untuk dievakuasi karena membutuhkan
pertolongan segera dalam satu jam pertama.
Korban dalam kelompok ini berada dalam kondisi
kritis dan akan meninggal jika tidak segera
ditolong.

www.wartamedika.com
Triase
Delayed (Kuning), merupakan prioritas kedua.
Evakuasi untuk korban kelompok ini dapat
ditunda hingga seluruh korban kelompok
Immediate telah dievakuasi.
Minor (Hijau), merupakan prioritas ketiga.
Kelompok ini dievakuasi setelah seluruh korban
Immediate dan Delayed selesai dievakuasi.
Perawatan medis bagi korban Minor
memungkinkan ditunda hingga beberapa jam.
Korban biasanya dapat berjalan sendiri dan
hanya memerlukan perawatan berupa
pemasangan perban atau pemberian antiseptik.
Perlu diingat, status triase korban dapat
berubah setelah beberapa saat. Oleh karena itu
sebaiknya dilakukan triase ulang (re-triase).
Triase
Triase adalah melakukan indentifikasi secara
cepat korban yang membutuhkan stabilisasi
segera. Pemberian tanda / lebel yang digunakan
secara internasional yaitu warna (Merah, Kuning ,
dan Hijau)
o Lebel Merah : sebagai penanda korban yang
butuh stabilisasi segera
o Lebel Kuning : sebagai penanda yang
memerlukan pengawasan ketat, tapi perawatan
dapat ditunda
o Lebel Hijau :Sebagai penanda kelompok korban
yang tidak memerlukan pengobatan atau
pemberian pengobatan dapat ditunda
o Lebel Hitam : Sebagai penanda korban telah
meninggal dunia

www.ppk-depkes.org
Move Walking Wounded

No Resp after head tilt


Breathing but Unconscious
Resp > 30
Perfusion
Cap refill > 2 sec
or No Radial Pulse
Control bleeding
Mental Status Cant follow simple commands

Otherwise

Remember
R 30
P2
LUKA BAKAR1
Cedera yang disebabkan perbedaan
suhu yang besar yang melewati
batas toleransi tubuh manusia
Luka bakar merupakan kondisi
menghancur yang ditemukan dalam
kedokteran.
Bisa disebabkan oleh suhu yang
ekstrim, sengatan listrik, radiasi,
bahan kimia,
Burn injuries result in both local and
systemic responses.
Local response
Zone of coagulationThis occurs at the point of
maximum damage. In this zone there is irreversible tissue
loss due to coagulation of the constituent proteins.
Zone of stasisThe surrounding zone of stasis is
characterised by decreased tissue perfusion (pengaliran
cairan dari organ khusus) . The tissue in this zone is
potentially salvageable. The main aim of burns
resuscitation is to increase tissue perfusion here and
prevent any damage becoming irreversible. Additional
insultssuch as prolonged hypotension, infection, or
oedemacan convert this zone into an area of complete
tissue loss.
Zone of hyperaemiaIn this outermost zone tissue
perfusion is increased. The tissue here will invariably
recover unless there is severe sepsis or prolonged
hypoperfusion.
Systemic response
Cardiovascular changesCapillary permeability is increased,
leading to loss of intravascular proteins and fluids into the
interstitial compartment. Peripheral and splanchnic
vasoconstriction occurs. Myocardial contractility is decreased,
possibly due to release of tumour necrosis factor . These
changes, coupled with fluid loss from the burn wound, result in
systemic hypotension and end organ hypoperfusion.
Respiratory changesInflammatory mediators cause
bronchoconstriction, and in severe burns adult respiratory
distress(payah) syndrome can occur.
Metabolic changesThe basal metabolic rate increases up to
three times its original rate. This, coupled with splanchnic
hypoperfusion, necessitates (mengharuskan) early and
aggressive enteral feeding to decrease catabolism and
maintain gut integrity.
Immunological changesNon-specific down regulation of the
immune response occurs, affecting both cell mediated and
humoral pathways.

ABC of burns
Derajat luka bakar
Derajat I. Kerusakan kulit terbatas hanya pada kulit
ari. Kulit menjadi kemerah-merahan, kering dan tidak
sampai menggelembung. biasanya bisa sembuh
dalam waktu 5 - 10 hari.
derajat II, atau sedang, luka bakarnya sampai ke kulit
jangat. Selain kulit kemerahan, terasa nyeri yang
sangat, dan timbul gelembung cairan kuning. Luka
bakar ini baru sembuh setelah 10 hari sampai 1 bulan
atau lebih, tergantung luas dan dalamnya bagian
yang terkena.
derajat III. Luka bakarnya merasuk dalam sampai ke
arah otot dan tulang. Luka pun berwarna pucat
sampai hitam. Pada kadaan ini, bagian yang terkena
nantinya akan mati rasa karena luka bakar telah
merusak ujung syarafnya. Biasanya luka tidak bisa
sembuh sendiri, tetapi perlu ditutup dengan kulit
yang diambil dari bagian tubuh yang masih sehat.
Yang harus dilakukan pada P2K2
Selamatkan nyawa
Cegah pemburukan
Percepat pemulihan
Lindungi korban tidak sadar
Harus tenang. Hanya orang yang tenang bisa
membantu orang lain.
Selamatkan diri Anda terlebih dulu, kemudian orang
sekitar Anda - Periksa keadaan bahaya lalu lintas,
kebakaran, aliran listrik, atau apa saja yang
mengancam keselamatan Anda, orang lain dan korban.
Dekati korban setelah kondisi benar-benar aman.
Mintalah bantuan. Jangan tinggalkan korban sendirian.
Kirim orang lain untuk segera cari pertolongan. Bila
Anda satu-satunya orang yang berada di tempat
kejadian dan bantuan tidak kunjung tiba, Anda bisa
pergi tinggalkan korban untuk cari pertolongan.
Hubungi Rumah Sakit atau fasilitas medis terdekat.
Pesan yang diberikan kepada layanan gawat darurat
harus singkat: di mana lokasi korban, kondisi korban,
dan berapa banyak korban.
Jangan pindahkan korban patah tulang atau bagian
belakang tanpa tandu.
Jangan berikan makanan atau minuman kepada
korban.
TINDAKAN SEGERA(LIFE-SAVING) PADA
LUKA BAKAR
Airway
Menghentikan proses trauma
bakar
Pemberian cairan infus
AIRWAY
Tanda dari sumbatan napas pada
awalnya mungkin belum terjadi,
tetapi bila timbul hendaknya
waspada akan terjadinya
sumbatan jalan napas
Bila ditemukan trauma inhalasi,
harus dilakukan rujukan ke pusat
luka bakar
MENGHENTIKAN PROSES TRAUMA BAKAR

Semua pakaian yang dipakai harus segera


dilepaskan. Pakaian yang terbuat dari bahan
sintetis yang terbakar meninggalkan residu
sehingga proses trauma bakar pada tubuh tetap
berlangsung
Pakaian yang tercemar bahan kimia harus dibuka
dengan hati-hati, bubuk-bubuk kimia harus
dibersihkan dengan cara menyapunya dari luka
bakar
Penolong harus berhati-hati agar jangan sampai
kontak langsung dengan bahan kimia tersebut.
Daerah tubuh yang terkena dicuci dengan air
secukupnya
PEMBERIAN CAIRAN INFUS

Penderita luka bakar berat perlu


diberikan cairan infus
Cari vena-vena yang digunakan
untuk infus
Pemasangan infus diupayakan
tidak pada daerah luka bakar, jika
tidak dimungkinkan, dapat
digunakan vena-vena di daerah
luka bakar
Penanggulangan1
Untuk luka bakar ringan
Aliri dengan air biasa selama 10 menit atau
kalau tidak ada air tutupi dengan kompres
lembab.
Tutupi luka dengan perban atau kain bersih
yang tidak lengket. Pastikan perban atau
kain menutupi daerah kulit yang terbakar.
Bisa juga pakai daun pisang muda yang
masih tergulung untuk membalut luka
bakar. Untuk meredakan rasa sakit bisa
digunakan lendir tanaman lidah buaya.
Jangan pakai mentega, pasta gigi dan
bahan yang berlemak dan jangan memecah
gelembung yang terjadi pada luka
Penanggulangan2
Untuk luka bakar parah
Jika pakaian korban terbakar, padamkan api
dengan selimut, handuk, seprai yang
tebal,dsb. Bekap supaya api tidak mendapat
udara. Balutkan sampai api padam.
Lepaskan pelan-pelan pakaian yang
menempel, biarkan sobekan yang sulit
dikelupas melekat pada luka. Jika mungkin,
serahkan kepada ahli yang ada karena
mereka tahu cara melepaskan dengan baik.
Kalau tidak bisa langsung dibawa ke rumah
sakit, rawat korban dari syok.
Apabila korban sadar dan meminta minum,
beri minum air hangat. Air membantu
menggantikan cairan yang hilang.
Kesimpulan

Tindakan yang harus dilakukan


terhadap wanita tersebut adalah
memberikan pertolongan pertama
dengan melakukan penanganan
terhadap luka bakar dan syok yang
dialaminya karena merupakan
kasus kegawatdaruratan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai