Anda di halaman 1dari 25

Proposal Penelitian Praktikum

Analisis Farmasi
TLC-Densitometri

Jerry 148114108
Budianto 148114109
Gabriella Y.A.P 148114110
Petrus Damiani Tosan Aji 148114111
Vincentius Danang Budi P. 148114112
BAB 1
1.1. Latar Belakang Makana
Membutuhka
Kesibukan SUMBE n
n energi
Masyarakat R Minuma
Lebih
n
Minuman
Berenergi merk
Pengukuran dengan X yang
Metode TLC- mengandung
densitometri caffein

Dibutuhkan Efek Samping


metode untuk Minuman
ketepatan
keamanan
penggunaan
minuman
berenergi
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Berapa kandungan caffein
dalam minuman berenergi merk X?
1.2.2 Apakah metode yang
digunakan dalam pengukuran caffein
dalam minuman berenergi bersifat
valid (linieritas, range, akurasi dan
presisi)?
1.3. Tujuan
1.3.1. Menentukan kadar caffein
dalam minuman berenergi merk X.
1.3.2. Mengetahui kevalidan
(linieritas, range, akurasi dan presisi)
dari metode TLC-densitometri yang
digunakan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

2.1.1 Pengertian
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan
Izmailoff & Schraiber (1938)

Fase diam, berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang


datar (lempeng kaca, pelat alumunium, atau pelat plastik).
(Rohman,A., 2009)
Fase gerak harus memiliki kemurnian yang sangat tinggi, diatur
hingga memiliki Rf solute diantara 0,2-0,8, dan penambahan pelarut
non-polar dapat meningkatkan harga Rf.
(Rohman,A., 2009)
Kelebihan KLT dibanding Kromatografi Kolom
- lebih mudah dilakukan
- lebih murah
- peralatan yang digunakan lebih sederhana
- lebih cepat dilakukan
(Rohman,A., 2009)
2.1 KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

2.1.2 Prinsip Kerja


Pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial yg dinamis
dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya
bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya
zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya pembedaan
dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau
kerapatan muatan ion.

Mudahnya :
Atau secara sederhana kromatografi biasanya juga di artikan sebagai teknik
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan
komponen dalam medium tertentu.
2.1 KROMATOGRAFI LAPIS
TIPIS
2.1.2 Prinsip Kerja
- Peralatan bejana kromatografi harus inert,
transparan, dengan spesifikasi sebagai berikut :
Bagian bawah datar atau twin through, tutup rapat,
dan ukurannya sesuai dengan lempeng.
Salah satu dindingnya dimasukkan kertas saring.
Fase gerak atau pelarut pengembang yang sesuai
ditambahkan kedalam bejana kromatografi.
Bejana kromatografi ditutup dan dibiarkan jenuh.

Deteksi Untuk pengamatan lakukan dengan lampu UV


gelombang pendek (254 nm) dan UV gelombang panjang
(365 nm). Berbagai penampak bercak dapat digunakan.
2.1 KROMATOGRAFI LAPIS
TIPIS

2.1.2 Prinsip Kerja


Lempeng dimasukkan ke dalam bejana kromatografi, titik atau pita

hasil penotolan di atas permukaan fase gerak.

Tutup bejana kromatografi.

Biarkan fase gerak merambat hingga batas yang ditetapkan,

tinggi lempeng atau jarak sesuai pada monografi.

Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan.

Deteksi kromatogram sesuai prosedur.

Tentukan harga Rf bercak.

Pengukuran secara kuantitatif menggunakan Densitometri


2.2
DENSITOMETRI
2.2
DENSITOMETRI
2.2.1. Pengertian
Merupakan metode analisis instrumental yang
mendasarkan pada interaksi radiasi
elektromagnetik dengan analit yang merupakan
bercak pada KLT.
2.2.2. Prinsip Kerja
Scanning bercak dengan sumber sinar dalam
bentuk celah
Penghubungan perbedaan daerah sinar optic
antara daerah yang mengandung bercak dengan
banyaknya analit menggunakan kurva kalibrasi.
2.2 DENSITOMETRI

Macam Pengukuran :
1. Pengukuran menggunakan absorbansi :
. Menggunakan panjang gelombang sinar ultraviolet
pada kisaran 190-300nm
. Penghamburan sinar oleh partikel dapat menyatakan
hubungan sinyal dan konsentrasi senyawa
2. Pengukuran menggunakan fluorosensi :
. Intensitas cahaya = banyaknya analit yang
berfluorosensi
. Pengukuran lebih sensitive dibanding absorbansi dan
fungsi kalibrasi seringkali linier
2.3. KOFEIN
Dapat ditemukan di konstituen tanaman seperti
kopi, kakao, daun teh, dll. Saat ini kofein juga dapat
ditemukan dalam minuman berenergi, bersama
dengan bahan-bahan lain seperti taurin dan D-
glucurono--lakton (EFSA, 2015)

Terlarut sebagian pada alkohol

*EFSA = European Food Safety Authority


2.4 MINUMAN BERENERGI
Minuman yang mengandung kofein dengan
kombinasi dengan bahan lain seperti taurin, guarana
dan vitamin B. Yang diklaim dapat memberikan
konsumen energi ekstra setelah meminumnya
(Heneman, K., 2007).
BAB III

METODELOGI
PENELITIAN
Alat dan Bahan

Alat Bahan
CAMAC Automatic plat silika gel 60
TLC Sampler F254
Linomat 5 Caffeine standard
Labu ukur Energy drinks
Mikropipet (Kuku Bima)
Beaker glass Etanol
Spektrofotometer Etil asetat
UV Amonia 25%
Batang pengaduk
Metode
Standard solution

Caffeine
Ditimbang 50 mg

Dimasukkan dalam labu 10 mL


Dibuat larutan Intermediet dengan
mengambil larutan stok standar 180,
240, 300, 360, 420, 480 L dan
diencerkan dengan etanol sampai 10
ml
Preparasi sampel

Dilarutkan
Disiapkan 1
dengan
sachet Kuku
menggunakan
Bima
etanol

Dimasukkan ke
Diadd hingga
dalam labu
batas
ukur 10 mL
Optimasi
Dibuat standar Caffein 10
ppm

Diambil 0,01 mL larutan stok


standar Caffein, dilarutkan
dengan 5ml etanol

Diukur panjang gelombang


maksimalnya menggunakan
Spektrofotometri
VALIDASI

Linearitas Presisi &


& Range Akurasi
Linearitas & Range
6 larutan Intermediet yang dibuat tadi
ditotol dalam plat silika gel 60 F 254.
Fase Gerak Ethanol- Etil Asetat- Amonia
25% (13:77:10) plat direndam sampai
fase gerak mencapai batas dikeringkan
lalu dilihat di UV untuk diukur nilai Rf.
Discan dengan CAMAC TLC scanner
dengan kecepatan scanningnya 20 mm/s
dan slit dimension 6.00x0.10 mm.
Dilihat nilai AUC nya untuk melihat
linearitas dan range.
Presisi dan Akurasi
Dibutuhkan 3 plat silika gel 60 F254.
Dibuat placebo dengan caffein 50mg
dan Na2CO3 6,45g lalu dilarutkan dalam
labu ukur 10ml dengan etanol.
Dibuat 3 konsentrasi yaitu konsentrasi
rendah, menengah, dan tinggi yaitu 50,
100, 150 L.
Setiap plat diberi 3 totolan yaitu standar
konsentrasi rendah, menengah, tinggi.
Digunakan Fase Gerak Ethanol- Etil Asetat-
Amonia 25% dengan perbandingan 13:77:10
(v/v/v) plat direndam sampai fase gerak
mencapai batas dikeringkan lalu dilihat di
UV dan diukur nilai RF.
Kemudian papan discan dengan CAMAC TLC
scanner dengan kecepatan scanningnya 20
mm/s dan slit dimension 6.00x0.10 mm.
Lalu dihitung rata-rata recovery dan nilai CV.
Pengukuran Kadar
Dibuat larutan sampel dalam konsentrasi 50, 100,
150.
Dibuat 4 totolan pada plat silika gel 60 F 254 yaitu stok
sampel, sampel konsentrasi 50, 100, 150 L.
Fase Gerak Ethanol- Etil Asetat- Amonia 25%
(13:77:10) plat direndam sampai fase gerak
mencapai batas dikeringkan dikeringkan lalu
dilihat di UV dan diukur nilai RF.
Discan dengan CAMAC TLC scanner dengan
kecepatan scanningnya 20 mm/s dan slit dimension
6.00x0.10 mm. dihitung nilai AUC nya
Kadar Cofeein dilihat dengan menggunakan regresi
linier yang didapat dari larutan seri intermediet
Daftar Pustaka
Dirjen POM, 2014, Farmakope Indonesia ed V, Depkes
RI, Jakarta, hal. 1531
Isnindar, et al, 2016, Optimization Method of Caffein
Isolation of Merapi Green Cofee Beans, International
Jurnal of PharmTech Research, Vol. 9, No. 5, hal. 255-
259.
Riswanto, F., D., O., t al, 2015, Analytical Method
Validation And Determination of Pyridoxine,
Nicotinamide, and Coffeine In Energy Drinks Using
Thin Layer Cromatography-Densitometry, Indones. J.
Chem., Vol 15(1), hal 9-15.
Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat,
edisi 1, Yogyakarta, Graha Ilmu, hal. 53-54.

Anda mungkin juga menyukai