Anda di halaman 1dari 40

UYUN NUSYUR SUDARMAN

N 111 15 008

LAPORAN KASUS
MOLA HIDATIDOSA

PEMBIMBING KLINIK
dr. Daniel Saranga, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
2016
I. Pendahuluan
II. Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak dite
B. Epidemiologi
C. Etiologi & Faktor Resiko

A. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
B. Imunoselektif dari trofoblas
C. Kehamilan usia lanjut (> 35 tahun) atau terlalu muda (< 20 tahun)
D. Paritas tinggi (paritas > 3)
E. Jarak kehamilan : semakin dekat jarak kehamilan reaksi imunologik trofoblastus dengan ibu
semakin sering
F. Faktor infeksi :
- Endometriosis (degenerasi vaskular khorionik mola hidatidosa);
- Infeksi viral (meningkatkan mitosis diferensiasi sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas
meningkat mola hidatidosa)
H. Sosial ekonomi rendah mempengaruhi hygiene, nutrisi dan pendidikan
I. Malnutrisi terutama apabila kekurangan protein
D. Patofisiologi

Terdapat 2 teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari


penyakit trofoblas, yaitu :
Teori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion). Hal
ini mengakibatkan gangguan peredaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan
akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Menurut Reynolds,
kematian mudigah itu disebabkan kekurangan gizi berupa asam
folat dan histidin. Hal ini kemudian menyebabkan gangguan
angiogenesis.
Teori neoplasma
Teori yang disampaikan oleh Park ini mengatakan bahwa sel
trofoblas yang abnormal memiliki fungsi yang abnormal
pula, dimana terjadi resopsi cairan yang berlebihan ke dalam
villi sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan
gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.
E. Klasifikasi

Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan


menjadi 2 yaitu :

Bila tidak disertai janin maka disebut mola


hidatidosa atau Complete mole

Bila disertai janin atau bagian dari janin


disebut mola parsialis atau Parsials mole
F. Tanda & Gejala Klinis

- Tanda Takikardia, takipneu, hipertensi


Uterusmembesar lebih cepat,
tidak sesuai usia gestasi, teraba
lembek
Tidak teraba bagian-bagian janin
dan balotemen, gerakan janin (-),
DJJ (-)
Embolitrofoblast sampai paru
ronkhi atau mengi
Pemeriksaan dalam : vesikel mola
(mirip buah anggur) dari dalam
Gejala Klinis
Terdapat gejala-gejala hamil muda yang
terkadang lebih nyata dari kehamilan biasa,
seperti mual, muntah, pusing
Perdarahan yang tidak teratur, dalam jumlah
sedikit sampai dengan banyak pada trimester I
atau awal trimester II tanda khas, berwarna
tengguli tua atau kecoklatan
Tidak ada keluhan nyeri
Terkadangkeluarnya darah disertai dengan
gelembung villus
G. Diagnosis
H. Penatalaksanaan
I. Komplikasi
J. Prognosis
Di negara maju, kematian karena mola
hidatidosa hampir tidak ada, oleh karena
diagnosis yang lebih dini dan terapi yang tepat.
Akan tetapi di negara berkembang kematian
akibat mola masih cukup tinggi yaitu berkisar
antara 2,2% dan 5,7%.
Kematian pada mola hodatidosa biasanya
disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi,
eklamsia, payah jantung dan tirotoksikosis
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. I
Umur : 19 tahun
Alamat : Desa Dolo
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Tanggal pemeriksaan : 21 November 2016
Jam : 22.45
Ruangan : IGD Kebidanan RS Anutapura
Keluhan Utama :
Perdarahan dari Jalan lahir
Rw. Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD kebidanan Rumah Sakit Anutapura palu rujukan dari
puskesmas dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 2 hari yang lalu.
Awalnya perdarahan banyak, kemudian keluar sedikit-sedikit, dan sejak sore
sebelum masuk rumah sakit perdarahan kembali banyak. Pasien juga mengeluhkan
mengalami sakit perut bagian bawah sejak kemarin sore. Pasien mengeluh pusing
(+), sakit kepala (+), mual (+), muntah (+), demam (-), batuk (-), sesak nafas (-),
BAB lancar dan BAK biasa. Pasien mengatakan sudah terlambat menstruasi
selama 4 bulan, dan sudah melakukan tes kehamilan di bidan dan dinyatakan
positif. Selama kehamilan pasien belum merasakan adanya gerakan janin. Pasien
mengaku jarang minum vitamin selama awal kehamilan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat
keluhan yang serupa. Pasien juga menyangkal adanya
riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes
mellitus, dan asma.
Riwayat obstetrik
Hamil Sekarang (2016), tidak ada riwayata keguguran
sebelumnya.
Riwayat Haid :
Haid pertama kali usia 15 tahun, Menstruasi teratur,
Lama menstruasi 7 hari, Haid terakhir tanggal:
17/07/2016, Taksiran Persalinan : 24/04/2017, Jumlah
darah haid 2- 3 kali mengganti pembalut setiap hari
Riwayat Penggunaan Kontrasepsi: (-)
Riwayat Perkawinan :
Menikah 1 kali, usia pernikahan dengan suami
sekarang 1 tahun
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : Sakit sedang
GCS : 4-5-6

Tanda vital
Tensi : 140/90 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36,4C
Pernapasan : 20x/menit
Kepala leher
Normochepal, Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-, edema
palpebra -/-, secret -/-

Thorax :
Inspeksi : Bentuk dada simetris,pergerakan simetris
Palpasi : Pergerakan simetris,nyeri (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Paru : rhonki(-),wheezing(-)
Jantung : S1/S2 murni reguler
Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Abdomen tampak mengalami pembesaran, tidak ada


tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-).
Perkusi : Redup abdomen kuadran bawah,lainnya timpani
Palpasi : Teraba tinggi fundus uteri setinggi
umbilikus, balotement (-), tidak teraba bagian janin, nyeri tekan
(+)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal, Aorta
abdominalis (+), Denyut jantung janin (-)
Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : edema (-), deformitas (-), akral dingin (-/-)
Inferior : edema (-), deformitas (-), akral dingin (-/-)

Pemeriksaan Genitalia
Inspekulo : Tidak dilakukan
Vaginaltouch : vulva normal, dinding vagina normal,
masa (-), portio lunak, pembukaan (+ 1 cm), teraba
jaringan (+), nyeri goyang portio (-), pelepasan darah (+).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Leukosit : 13, 87 x103/L
Eritrosit :1,54 x106/L
Hb : 5,8 g/dL
Platelet : 224 x103/L
Clotting Time : 7 menit 30 detik
Bleeding Time : 4 menit
HbsAg : (-)
Plano Test : (+)
Resume

Pasien wanita usia 19 tahun datang ke IGD kebidanan


Rumah Sakit Anutapura palu rujukan dari puskesmas
dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 2 hari
yang lalu. Awalnya perdarahan banyak, kemudian keluar
sedikit-sedikit, dan sejak sore sebelum masuk rumah sakit
perdarahan kembali banyak. Pasien juga mengeluhkan
mengalami sakit perut bagian bawah sejak kemarin sore.
Pasien mengeluh pusing (+), sakit kepala (+), mual (+),
muntah (+). BAB lancar dan BAK biasa. Pasien
mengatakan sudah terlambat menstruasi selama 4 bulan,
dan sudah melakukan tes kehamilan di bidan dan
dinyatakan positif. Selama kehamilan pasien belum
merasakan adanya gerakan janin.
Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik,
kesadaran composmentis. Tanda vital; TD 140/90
mmHg, N 92 x/menit, R 20x/menit, S 36,4oC.
Konjungtiva; anemis +/+.
Pada pemeriksaan abdomen ,abdomen tampak
mengalami pembesaran, perkusi redup pada abdomen
kuadran bawah, teraba tinggi fundus uteri setinggi
umbilikus, balotement (-), tidak teraba bagian janin,
nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan vaginal toucher
didapatkan Vulva normal, dinding vagina normal, massa
(-), porsio lunak, pembukaan (+ 1cm), teraba jaringan
(+), nyeri goyang porsio (-), pelepasan darah (+).
Pemeriksaan laboratorium ; WBC 13,87 x103/L, RBC
1,54 x106/L, Hb 5,8 g/dL, PLT 224 x103/L, CT 7 menit
30 detik, BT 4 menit 30, plano test (+).
DIAGNOSIS
Mola Hidatidosa

PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnosis
Cek -HCG
Pemeriksaan USG Abdomen
Rencana Terapi
Infus RL 20 tpm
Transfusi darah 2 kantong WB
Antasida sirup 3 x 1 cth
Meloxicam 7,5 mg 2x1
Nifedipin 10 mg 3x1
Rencana Kuretase
Rencana Monitoring
Observasi keadaan umum dan vital sign
Observasi perdarahan
Follow Up
(22 November 2016)

S : Nyeri perut (+), mual (+) muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-) perdarahan
pervaginam (+) sedikit, BAK biasa,dan BAB lancar. Post transfuse 1 kantong
WB.

O :Ku : sedang, Kesadaran : komposmentis, TD: 130/90 mmHg, N: 80 x/m, P:


20 x/m, S : 36,6 C, Konjungtiva anemis +/+, Lab : titer -HCG = >100.000

A :Mola hidatidosa

P : Infus RL 20 tpm, Transfusi darah 2 kantong WB, Antasida sirup 3 x 1 cth,


Nifedipin 10 mg 3x1, Meloxicam 7,5 mg 2x1, Cek Hb Post Transfusi, Rencana
Kuretase
Hasil USG

Gambaran snow storm atau badai salju


Kesan : Mola hidatidosa
Follow Up
(23 November 2016)

S : Nyeri perut (+), mual (+) muntah (-), pusing (+), sakit kepala (-)
perdarahan pervaginam (+) sedikit, BAK biasa,dan BAB lancar. Post
transfuse 1 kantong WB.

O :Ku : sedang, Kesadaran : komposmentis, TD: 120/90 mmHg, N: 80 x/m, P:


20 x/m, S : 36,6 C, Konjungtiva anemis -/-, Lab : Hb : 8,9, WBC : 9,07

A :Mola hidatidosa
P : Infus RL 20 tpm,, Inj. Transamin 1 ampul/8 jam, Antasida sirup 3 x 1 cth,
Nifedipin 10 mg 3x1, Meloxicam 7,5 mg 2x1,
Persiapan Kuret Besok : Infus Ringer LaktatInj. Dexamethasone 1 ampl/12 jam,
Inj. Keterolac 1 amp/8 jam, Inj. Ranitidin 1 ampul/8 jam, Drips oxytocin 1
ampul dalam RL 500 cc, Methergin, Pethidine , Siapkan darah wb 1 kantong
Follow Up
(24 November 2016)
Dilakukan kuretase dan dikeluarkan jaringan seperti anggur
dengan jumlah yang banyak, berat mola 1000 gram,
perdarahan bergumpal 500 cc

Gambar 1. Molahidatidosa.
Terdapat jaringan bulat yang
menyerupai gelembung-
gelembung putih, berisi cairan
jernih dengan ukuran bervariasi.
Follow Up
(Pemeriksaan post kuret
O : TD : 140/100 mmHg, R : 25x/mntN : 88 x/mnt, S :36,7 oC, TFU :4 jr dibawah umbilikus
A : Post kuret H-0 atas indikasi molahidatidosa
P : Instruksi post kuretase :
IVFD RL + oksitosin 1 amp 28 tpm,
Inj. Transamin 1 amp/8jam,
Inj. Ranitidin 1amp/8jam,
Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam,
Inj.Ondansentron 1 ampul/8 jam,
Inj.Dexamethasone 1 ampul/8 jam,
Transfusi WB 1 labu 20 tpm,
Pronalgest supp,
Observasi TTV dan perdarahan,
Bed rest total
Follow Up
(25 November 2016)

S : Nyeri perut post kuretase (+), perdarahan pervaginam (+) sedikit-


sedikit, mual (-), muntah (-), sakit kepala (-). BAK biasa dan BAB ancar.

O :Ku : sedang, Kesadaran : komposmentis, TD: 130/70 mmHg, N: 84 x/m,


P: 20 x/m, S : 36,6 C, Konjungtiva anemis -/-, TFU : 4 JBPST, nyeri tekan
supra pubik (+), Lab : Hb : 10,4, HCT : 28,5 %, PLT : 141 ribu/uL, WBC 7,3
ribu ribu/uL

A : post kuret hari 1 atas indikasi Mola hidatidosa


P : IVFD RL 20 tpm, Inj. Ranitidin 1 ampul/8 jam, Inj. Ketorolac 1 amp/8jam,
Inj.Ondansentron 1 ampul/8 jam, Cefadroxil 500 mg 2x1, Metronidazole
500 mg 3x1, Metilergotamin 3x1
Follow Up
(26 November 2016)

S : Nyeri perut post kuretase (-), perdarahan pervaginam (-), mual


(-), muntah (-), sakit kepala (-). BAK biasa dan BAB ancar.

O :Ku : sedang, Kesadaran : komposmentis, TD: 120/90 mmHg, N:


80x/m, P: 20 x/m, S : 36,76 C, Konjungtiva anemis -/-, TFU : 4
JBPST, nyeri tekan supra pubik (+),

A : post kuret hari ke-II atas indikasi Mola hidatidosa


P Cefadroxil 500 mg 2x1, Metronidazole 500 mg 3x1,
Metilergotamin 3x1, Vit C 3x1. Pasien boleh pulang
Pembahasan

Padakasus ini, diagnosis molahidatidosa ditegakkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
ditemukan pada pasien.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan adanya darah yang
banyak keluar dari jalan lahir. Hal ini merupakan gejala utama
dari molahidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten, sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak selama beberapa minggu sampai
beberapa bulan (antara bulan pertama sampai bulan ketujuh
dengan rata-rata 12-14 minggu). Selain itu pasien juga
mengalami amenore dan tanda-tanda kehamilan yang kemudian
mendukung untuk ditegakkan diagnosis molahidatidosa.
Pembahasan

Pada pasien didapatkan adanya peningkatan tekanan darah dan adanya


mual muntah sejak awal kehamilan. Berdasarkan teori pada
molahidatidosa komplit, terjadi proliferas abnormal dari sinsitiotrofoblast
yang memproduksi hCG. Hal ini menyebabkan peningkatan yang
ekstrim (>100.000 mIU/mL) yang dapat dihubungkan dengan
molahidatidosa komplit. Kadar hCG yang tinggi ini menjelaskan banyak
tanda dan gejala yang berhubungan dengan molahidatidosa komplit.
Tingginya kadar hCG ini dapat menyebabkan hyperemesi gravidarum
dan preeklamsia yang terjadi lebih muda daripada kehamilan biasanya.
Pada kasus ini, faktor resiko terjadinya kehamilan mola yang
memungkinkan ialah faktor usia yang terlalu muda saat kehamila yaitu
< 20 tahun, keadaan sosioekonomi yang rendah, sehingga kekurangan
asupan protein dan asam folat.
Pembahasan

Statuslokalis, didapatkan konjungtiva anemis, namun pemeriksaan


lain masih dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen didapatkan
TFU setinggi umbilikus, djj tidak dinilai, balotement (-), dan tidak
teraba bagian janin, uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan,tidak teraba bagian janin dan ballotemen juga gerakan
janin . Pada kasus mola hidatidosa temuan klinis yang dapat
ditemukan untuk menentukan diagnosis pasti antara lain adalah
uterus yang membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan serta
tidak teraba bagian janin dan ballotemen juga gerakan janin .
Berdasarkan taksiran hari pertama haid terakhir pasien usia
kehamilan pasien adalah sekitar 16-17 minggu, sedangkan TFU
pasien setara dengan usia kehamilan 20-22 minggu.
Pembahasan

Pada pemeriksaan USG ditemukan adanya gambaran


snow storm atau badai salju, menurut teori diagnosis
pasti dari mola hidatidosa biasanya dapat dibuat
dengan ultrasonografi dengan menunjukkan gambaran
yang khas berupa vesikel-vesikel (gelembung mola)
dalam kavum uteri atau badai salju (snow flake
pattern/snow storm). Selain itu juga terjadi peningkatan
titer -hCG yaitu >100.000 yang semakin memperkuat
diagnosis mola hidatidosa
Pembahasan

Pada pasien ini dilakukan kuretase dan didapatkan


darah keluar bersama cairan putih dan coklat dan
banyak jaringan mola. Tindakan curetase pada pasien
ini sudah tepat dilakukan dan perlu tindakan kuret ke-2
(7-10 hari berikutnya) untuk memastikan tidak ada
jaringan mola yang tersisa. Pasien dianjurkan untuk
melakukan kontrol kembali pada hari ke 10 untuk
menilai titer -hC, jika titer -hCG masih terlampau
tinggi maka dapat direncanakan untuk melakukan
tindakan kuretase kembali
Pembahasan

Setelah pengeluaran jaringan mola, maka perlu


dilakukan pemeriksaan tindak lanjut (follow up). Hal ini
perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan
keganasan setelah molahidatidosa. Tes hCG harus
mencapai nilai normal 8 minggu setelah evaluasi. Lama
pengawasan berkisar 1 tahun. Sebagai
penatalaksanaan lanjutan pasien sebaiknya menunda
kehamilan selama masa pengawasan tersebut dengan
menggunakan kontrasepsi.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai