Anda di halaman 1dari 47

PROVIDER INITIATED

HIV TESTING AND


COUNSELLING
(PITC)
Oleh : Ajang Jatnika
GAMBARAN PM/PTM
KAB.PANGANDARAN

Surveilans
ASPEK LEGAL
1. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR 1285/MENKES/SK/X/2002 TENTANG
PEDOMAN PENANGGULANGAN HIV DAN
AIDS DAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
2. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR 1507/MENKES/SK/X/2005 TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN KONSELING DAN
TESTING HIV DAN AIDS SECARA SUKARELA (
VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING)

Pangandaran
3. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR
241/MENKES/IV/2006, TENTANG STANDAR
PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN
PEMERIKSA HIV DAN INFEKSI OPORTUNISTIK.

4. PEDOMAN TES HIV DAN KONSELING ATAS INISIASI


PETUGAS KESEHATAN (2011)
5. PERMENKES NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG
PENANGGULANGAN HIV AIDS

6. SURAT EDARAN MENKES NOMOR 129 TAHUN 2013

Pangandaran
PITC
test HIV dan Konseling atau
tepatnya pemberian informasi
Waktu 5-10 Menit
Di inisiasi oleh Petugas Kesehatan
kepada Pengunjung sarana layanan
kesehatan sebagai bagian dari
standar pelayanan medis.

Pangandaran
TUJUAN UMUM
MEMBUAT KEPUTUSAN KLINIS DAN/ATAU
MENENTUKAN PELAYANAN MEDIS KHUSUS YANG TIDAK
MUNGKIN DILAKSANAKAN TANPA MENGETAHUI STATUS
HIV SESEORANG.

BAGIAN DARI PENDEKATAN KONSELING DAN


TESHIV SERTA DIPERUNTUKAN BAGI PASIEN RAWAT
INAP ATAU RAWAT JALAN DI RS, PUSKESMAS DAN
KLINIK KESEHATAN

Pangandaran
PICT DILAKUKAN PADA PASIEN YANG MEMILIKI
GEJALA TB, IMS, ATAU IO LAINNYA.

PETUGAS KESEHATAN : DOKTER, PERAWAT, BIDAN

HARUS BEKERJASAMA DENGAN KONSELOR UNTUK


LAYANAN KONSELING LANJUTAN

KONSELOR VCT HARUS BERKOORDINASI DENGAN


PETUGAS KESEHATAN UNTUK PENINGKATAN KWALITAS
KONSELING UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN PASIEN
Cara memprakarsai tes HIV pada
Pasien
1. MEMBERIKAN INFORMASI PENTING TENTANG HIV-AIDS
2. MENJELASKAN BAHWA KONFIDENSIALITAS AKAN
TERJAGA DAN JELASKAN PROSEDURNYA.
3. MEMASTIKAN KESEDIAAN PASIEN UNTUK MENJALANI
TES HIV DAN MEMINTA PERSETUJUANNYA.
4. INFORMASI TAMBAHAN BILA DIPERLUKAN DAPAT
DIBERIKAN MELALUI RUJUKAN UNTUK KONSELING
TAMBAHAN.
2 Katagori PITC (rekomendasi
WHO/UNAIDS
1. TEST DIAGNOSTIK
ADALAH BAGIAN DARI PROSES KLINIS YANG
MENETUKAN DIAGNOSE PASIEN DAN MENGACU PADA
KONDISI MEDIS PASIEN (MS.TB ) ATAU GEJALA KLINIS
(MIS IO, PENGURANGAN BB YAANG TIDAK DAPAT
DIJELASKAN PENYEBABNYA) YANG MENGINDIKASIKAN
SECARA KUAT HIV SEBAGAI PENYAKIT YANG
MENDASARINYA.
2. PENAWARAN RUTIN UNTUK TES DAN KONSELING .
ARTINYA MENAWARKAN TES HIV KEPADA SEMUA
PASIEN DEWASA YANG BEROBAT KE SARANA
KESEHATAN TANPA MEMANDANG ALASAN
BEROBATNYA.
Persyaratan Penting
dalam menerapkan PITC
TERSEDIANYA LAYANAN KONSELING PASCA TES,
RUJUKAN KE LAYANAN PERAWATAN MEDIS.
PERSETUJUAN PEMERIKSAAN HARUS BENAR- BENAR
SUKARELA , JADI HARUS MENDAPATKAN INFORMED
CONSENT SEBELUM MELAKUKAN TES
HARUS DIJELASKAN PASIEN BERHAK MENOLAK TES
HIV TANPA MENGURANGI KWALITAS PELAYANAN
INFORMASI MINIMAL
YANG PERLU
DISAMPAIKAN

ALASAN MENAWARKAN TES HIV DAN KONSELING


KEUNTUNGAN DARI ASPEK KLINIS DAN
PENCEGAHAN DARI TES HIV DAN POTENSI
RISIKO YANG AKAN DIHADAPI, MIS. DISKRIMINASI,
PENGUCILAN , TINDAK KEKERASAN.
LAYANAN YANG TERSEDIA BAGI PASIEN BAIK
HASIL TES (+)/(-),ARV
Informasi Hasil Tes Diperlukan Secara Konfidensial
Dan Tidak Akan Diungkapkan Kepada Orang Lain
Selain Petugas Kesehatan Yang Terkait Langsung
Dengan Perawatan Pasien, Tanpa Seijin Pasien.
Kenyataan Bahwa Pasien Punya Hak Untuk Menolak
Menjalani Tes Hiv, Jadi Kalau Pasien Tidak Menolak
Dapat Dilakukan Tes
KalauPasien Menolak Maka Layanan Tidak Boleh
Berubah
Hasil Tes HIV (+) Dianjurkan Untuk Mengungkapkan
Kepada Orang Lain Yang Beresiko Tertular HIV Dari
Pasien
Berikan Kesempatan Untuk Mengajukan Pertanyaan
Pada Petugas Kesehatan.
Hasil tes (+) Tindakan yang
harus dilakukan petugas

MEMBERIKAN INFORMASI HASIL TES KEPADA PASIEN


SECARA SEDERHANA DAN JELAS DAN BERI
KESEMPATAN SEJENAK PADA PASIEN UNTUK
MENCERNA INFORMASI TSB.
YAKINKAN PASIEN MENGERTI ARTI HASIL TES HIV
BERI KESEMPATAN BERTANYA
BANTU MENGATASI EMOSI YANG TIMBUL KARENA
HASIL TES POSITIF
BAHAS MASALAH YANG PERLU DIPERHATIKAN SEGERA
DAN BANTU PASIEN MENEMUKAN JEJARING SOSIAL
YANG MUNGKIN DAPAT MEMBERIKAN DUKUNGAN
SEGERA DAN DAPAT DITERIMA
JELASKAN LAYANAN PERAWATAN LANJUTAN YANG
TERSEDIA, LAYANAN PENGOBATAN, PMTCT
BERIKAN INFORMASI TENTANG CARA PENCEGAHAN
PENULARAN HIV TERMASUK PEMBERIAN KONDOM LAKI-
LAKI ATAU PEREMPUAN DAN CARA PENGGUNAANNYA
BERICARA PENCEGAHAN LAIN YANG RELEVAN
TERKAIT DENGAN CARA MENJAGA KESEHATAN
SEPERTI INFORMASI TENTANG GIZI
BAHAS KEMUNGKINAN UNTUK MENGUNGKAPKAN
HASIL TES HIV
DORONG DAN TANYAKAN RUJUKAN UNTUK TES DAN
KONSELING BAGI PASANGAN DAN ANAKNYA
LAKUKAN PENILAIAN KEMUNGKINAN MENDAPAT
TINDAKAN KEKERASAN ATAU KEMUNGKINAN BUNUH
DIRI DAN BAHAS LANGKAH-LANGKAH UNTUK
MENCEGAHNYA, TERUTAMA PASIEN WANITA YANG DI
DIAGNOSE HIV(+)
RENCANAKAN WAKTU UNTUK KUNJUNGAN TINDAK
LANJUT MENDATANG, RUJUKAN ,TERAPI, KONSELING,
DLL
Prioritas penerapan pitc
1. Rawat jalan dan rawat inap.
2. pelayanan kia
3. pelayanan anak <12 th
4. kespro dan kb
5. kesehatan remaja
6. klmpk.berisiko tertular hiv
7. lapas, rutan, bapas
TIPK
(Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Layanan
Kesehatan dan Konseling)
HIV Tes dan Konseling
Permenkes no 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan
HIV
HIV TES DAN KONSELING
KTS/VCT TIPK/PITC
Konseling dan Tes Sukatela Tes astas Insiatif Pemberi
/Voluntary Tes and Konseling Pelayanan Kesehatan/
Provider Initiattif Tes and
Conseling
Langkah langkah KTS Langkah langkah TIPK

1. Konseling Pra Tes 1. Informasi Pra Tes

2. Tes HIV 2. Pengambilan darah

3. Penyampaian hasil tes

3. Konseling pasca tes 4. Konseling pasca Tes


TIPK dan KTS
TIPK adalah Tes HIV dan Konseling yang dilakukan
kepada seseorang untuk kepentingan kesehatan
dan pengobatan berdasarkan inisiatif petugas
kesehatan
Tes HIV pada TIPK tidak dilakukan dalam hal
pasien menolak secara tertulis.
KTS (konseling dan tes HIV sukarela) : proses
konseling sukarela dan tes HIV atas inisiatif
individu yang bersangkutan
KTS hanya dilakukan dalam hal pasien
memberikan persetujuan secara tertulis.
TIPK
TIPK harus dianjurkan sebagai bagian dari standar
pelayanan bagi:
1. Dewasa, remaja, anak-anak yang datang ke faskes
tanda, gejala, atau kondisi medis yang mengindikasikan
atau patut diduga telah terjadi infeksi HIV terutama
pasien dengan riwayat penyakit tuberculosis dan IMS;
2. asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin;
3. bayi dilahir dari ibu dengan infeksi HIV;
4. anak-anak pertumbuhan suboptimal atau malnutrisi
di wilayah epidemi luas, atau anak dengan malnutrisi
yang tidak menunjukan respon yang baik dengan
pengobatan nutrisi yang adekuat;
5. laki-laki dewasa yang meminta sirkumsisi
Pelaksanaan TIPK Pada Ibu
hamil
Pada ibu Hamil, penerapan TIPK dilaksanakan berdasarkan tingkat
epidemi :
Daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi , tenaga
kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua ibu
hamil secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin
lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang
persalinan.

Daerah epidemi rendah, penawaran tes HIV dipioritaskan pada


ibu hamil dengan IMS dan TB. Pemeriksaan dilakukan secara
inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan.

Tingkat Epidemi
1. Epidemi meluas (generalized epidemic) : HIV, sudah menyebar di
populasi masyarakat umum. Bila prevalensi HIV lebih dari 1%
diantara ibu hamil.
2. Epidemi terkonsentrasi ( konsentrated epidemic) : HIV menyebar di
kalangan sub populasi tertentu ( seperti kelompok Lelaki suka lelaki,
peguna jarum suntik, pekerja seks dan pasangannya). Bila prevalensi
HIV lebih dari 5 % secara konsisten pada sub populasi tersebut.
. Epidemi rendah ( Low epidemic) : HIV telah ada namun belum
menyebar luas pada sub populasi tertentu, infeksi yang tercatat
terbatas pada sejumlah individu yang berperilaku risiko tinggi,
misalnya pekerja seks, penguna jarum suntik dan lelaki suka lelaki.
Bila prevalensi HIV dibawah 1% pada populasi umum dan dibawah
5% pada sub populasi tertentu.
Prinsip dasar TIPK

TIPK harus mengedepankan 3 C 2R


1. Confidentiality (kerahasiaan)
2. Informed consent (persetujuan)
3. Counseling (konseling)
4. Reporting-Recording (pencatatan dan
pelaporan
5. Refferal. (Rujukan)
Confidentialitas
Prinsip Dasar TIPK

Rahasia Kedokteran (UU Praktik


kedokteran no 29 tahun 2004)

Pasal 48 :
Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya
untuk kepentingan pasien ,memenuhi
permintaan penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum, permintaan
pasien sendiri dan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan
Prinsip Dasar TIPK

Confidensialitas (Permenkes 269, Tahun 2008 tentang


Rekam Medis).
1. Semua informasi pasien tercatat dalam rekam medis,
disimpan secara rahasia demi kepentingan pasien
sesuai dengan ketentuan.
2. Informasi hanya dibagi dengan petugas kesehatan
medis dan non-medis yang terlibat langsung
menangani dan hanya atas dasar kepentingan medis
serta tidak untuk diperbincangkan secara luas.
3. Semua catatan medis disimpan dalam tempat yang
aman sesuai ketentuan.
4. Isi catatan medis adalah milik pasien, sekalipun
berkasnya milik fasilitas layanan kesehatan, sehingga
konfidensialitas merupakan hak pasien
Prinsip dasar TIPK
Confidentialitas (Permenkes no 21 tahun 2013)
Hasil pemeriksaan harus dirahasiakan dan hanya
dapat dibuka kepada yang bersangkutan;
1. tenaga kesehatan yang menangani;
2. keluarga terdekat dalam hal yang
bersangkutan tidak cakap;
3. pasangan seksual; dan
4. pihak lain sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Informed Consent
Prinsip dasar TIPK

Informed consent/Persetujuan Tindakan


Kedokteran

Permenkes 290 tahun 2008 tentang


persetujuan tindakan kedokteran
Persetujuan (consent) yang diberikan pasien
atau keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan (informed) mengenai tindakan
(preventif,diagnostik, teraupetik, rehabilitatif )
yang akan dilakukan pada pasien
Prinsip dasar TIPK
Informed consent/Persetujuan Tindakan Kedokteran
Permenkes 290 tahun 2008 pasal 2dan 3:
Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan
kepada pasien harus mendapatkan persetujuan.
Persetujuan bisa diberikan secara tertulis maupun
lisan.
Semua tindakan kedokteran yang berisiko tinggi harus
memperoleh persetujuan tertulis.
Tindakan kedokteran yang berisiko tinggi adalah
tindakan medis yang berdasarkan probalilitas tertentu
dapat menyebabkan kematian atau kecacatan.
Tindakan yg tidak termasuk resiko tinggi dapat diberikan
secara lisan
Konseling
Konseling HIV

Konseling wajib diberikan pada setiap orang yang


melakukan tes HIV
Konseling terdiri dari konseling pribadi, pasangan,
kepatuhan, perubahan perilaku, pencegahan
penularan, perbaikan kondisi kesehatan , kespro, KB
dll
Konseling dilaksanakan oleh tenga konselor terlatih
Konselor terlatih dapat berupa tenaga kesehatan
dan non kesehatan
Pencatatan dan Pelaporan ,
Rujukan
Prinsip dasar TIPK

Refereral

Persyaratan penting lainya bagi penerapan TIPK adalah tersedianya


rujukan ke fasilitas layanan pencegahan ,pengobatan, perawatan
dan dukungan bagi pasien termasuk ibu hamil dengan HIV.

Recording dan reporting

Hasil pelayanan PPIA harus dicatat dan dilaporkan dengan menjamin


kerahasiaan
Langkah-langkah TIPK
TIPK dilakukan dengan langkah-langkah
meliputi:
1. Pemberian informasi tentang HIV dan AIDS sebelum
tes;
2. Pengambilan darah untuk tes;
3. Penyampaian hasil tes; dan
4. Konseling.
Langkah-Langkah TIPK
Informasi pra tes
Informasi pra tes dapat diberikan oleh semua tenaga
kesehatan.
Informasi pra-tes bersifat informatif secara singkat dan
sederhana dapat dilakukan secara individu / pasangan /
berkelompok
Ketika menerapkan pendekatan TIPK , maka konseling pra-
tes yang biasa diberikan pada KTS (VCT) disederhanakan
tanpa sesi edukasi dan konseling yang lengkap.

Infomasi Pra Tes


1. Risiko penularan penyakit-penyakit tertentu, seperti TBC, malaria,
hepatitis HIV dan sifilis , dari ibu kepada bayinya selama kehamilan, saat
persalinan dan masa menyusui.
2. Keuntungan diagnosis dini penyakit -penyakit tersebut atau penyakit
lainnya seperti hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal pada
kehamilan bagi ibu dan bayi yang akan dilahirkan. .
3. Layanan yang tersedia dan pengobatan bagi pasien yang hasil tesnya
positif,.
4. Informasi bahwa hasil tes akan diperlakukan secara konfidensial; dan
tidak akan diungkapkan tanpa seijin pasien kepada orang lain selain
petugas kesehatan yang terkait langsung dengan perawatan pasien.
5. Pasien mempunyai hak untuk menolak menjalani tes laboratorium rutin.
Tes akan dilakukan sesuai dengan standar prosedur yang berlaku, kecuali
pasien menggunakan hak tolaknya tersebut. Bila menolak, pasien perlu
membuat pernyataan tertulis.
6. Penolakan untuk menjalani pemeriksaan laboratorium, tidak akan
mempengaruhi layanan selanjutnya bagi klien/ibu hamil.
Proses pengambilan darah

1. Sesuai dengan standar profesional pengambilan darah.


2. Pemeriksaan darah dilakukan seperti tercantum dalam
permintaan tertulis, mengikuti strategi kebijakan nasional.
3. Pastikan seluruh hasil pemeriksaan laboratorium telah
dilakukan dengan tepat, dicatat dan didokumentasikan
dengan baik
4. Seluruh hasil pemeriksaan laboratorium diberikan dalam
amplop tertutup (bersegel) kepada pasien/keluarganya
untuk diserahkan kepada yang memintakan pemeriksaan
laboratorium tersebut, baik dokter, bidan, perawat atau
konselor fasyankes sesuai dengan ketentuan.
5. Tes HIV untuk diagnosis dilakukan oleh tenaga medis atau
teknisi laboratorium terlatih. Dalam hal tidak ada tenaga
medis dan atau teknisi laboratorium bidan atau perawat
terlatih dapat melakukan tes HIV.
6. Bidan atau perawat terlatih yang dapat melakukan tes HIV
Penyampaian hasil tes

Hasil tes harus diberikan kepadaibu hamil secara pribadi oleh


petugas
kesehatan.
langkah-langkah menyampaikan hasil tes:

1. Periksa ulang kesesuaian nama pasien untuk menghindari
kesalahan pembukaan hasil tes
2. Petugas kesehatan harus mengetahui hasil tes terlebih
dahulu sebelum disampaikan kepada ibu hamil
3. Lakukan pemeriksaan Antenatal seperti biasa
4. Sampaikan hasil tes darah keseluruhan seperti Hb,
proteinuria dan lain-lain, termasuk tes HIV.
5. Beri ibu waktu untuk memahami hasil tes, perhatikan kondisi
emosional ibu hamil. Bila mendukung, lanjutkan dengan
konseling dan beri arahan tindak lanjut/informasi medis yang
dibutuhkan. Bila kondisi emosional tidak mendukung,
konseling dapat dilanjutkan pada kunjungan antenatal
berikutnya.
Konseling untuk HIV reaktif

1. Jelaskan mengenai aspek konfidensialitas


2. Berikan pengertian dan dukungan
3. ANC teratur
4. Informasi Rencana pengobatan kotrimoksazol dan ARV pada ibu
5. Informasi Rencana pengobatan profilaskis kotrimoksazol dan ARV pada bayi
6. Informasi Rencana pemeriksaan diagnostik HIV pada bayi
7. Konseling Tatalaksana pemberian makanan bayi
8. Konseling persalinan aman.
9. Konseling mengatur kehamilan dan KB
10. Edukasi pasangan dan anjurkan tes pasangan.
11. Rujuk ke Rumah sakit PDP
12. Informasikan sumber dukungan yang tersedia di masyarakat, seperti KDS,
LSM, dukungan sosial.
Persalinan Pada Ibu hamil HIV
Terima kasih
TERIMA KASIH DAN SELAMAT
TAHUN BARU 2014
Terima
kasih

Perlindungan menyeluruh dan dinamis terhadap penularan HIV dari ibu ke


bayi

Anda mungkin juga menyukai