Anda di halaman 1dari 25

PERDARAHAN

PERVAGINAM
KELOMPOK B09
BLOK NEOPLASIA
SKENARIO 3
Kelompok : B 9
Ketua : Siti Alya Zafira (1102014251)
Sekretaris : Mutia Khaerani (1102013188)
Anggota :
Sry Irma Arischa (1102014257)
Tri Hardi Putranto (1102014270)
Wahyuni Herda (1102014278)
Yonanda Alvino (1102014286)
Tri Andini Ayu Lestari (1102011284)
Sri Wahyuningsih (1102011265)
Muhamad Fikri Satria Kamal (1102014162)
Optaviana (1102014207)
Skenario
PERDARAHAN PERVAGINAM

Seorang wanita umur 35 tahun berobat ke poliklinik kebidanan dengan


keluhan keluar darah dari vagina, dan berbau. Pasien mempunyai tiga
orang anak, terkecil umur 6 tahun. Dari pemeriksaan sensorium
komposmentis dan vital sign dalam batas normal. Haid teratur, tiap
bulan, lama 7 hari. Dokter meminta perawat untuk mempersiapkan dan
mendampingi pemeriksaan.
Pemeriksaan perut, inspeksi, palpasi dan perkusi dalam batas normal.
Baegitupula vulva tidak ada kelainan. Inspekulo : dinding vagina dalam
batas normal, servik membesar berbenjol, berdarah. Vaginal toucher :
servik membesar, berbenjol, contact bleeding (+), uterus sebesar telor
bebek, mobile, ovarium tidak membesar. Untuk menegakkan diagnosis,
dokter melakukan pemeriksaan penunjang.
Kata Sulit

Contact bleeding : perdarahan saat terjadinya kontak langsung atau


perdarahan pasca senggama yang merupakan gejala khas dari
karsinoma serviks.
Pertanyaan
1. Mengapa bisa terjadi Contact Bleeding?
2. Mengapa uterus membesar seperti telur bebek?
3. Apa makna dari benjolan yang mobile?
4. Mengapa keluar darah dan bau?
5. Mengapa haid tetap teratur?
6. Pemeriksaan penunjang apa yang disarankan?
7. Apa gold standard dari kasus ini?
8. Apa ada hubungan dengan pasien yang sudah memiliki 3 orang anak?
9. Mengapa dokter meminta perawat untuk mendampingi?
10. Apa diagnosis dan diagnosis bandingnya?
11. Bagaimana pencegahannya?
12. Bagaimana etiologinya?
Jawaban
1. Karena letaknya di superficial jadi mudah terjadi pendarahan.
2. Karena proliferatif sel-sel di uterus.
3. Maknanya normal.
4. Darah karena ada kontak dengan sesuatu dan bau karena infeksi.
5. Karena tidak ada masalah di ovariumnya dan ukuran uterus belum terlalu besar.
6. USG toraks, CT scan dan pemeriksaan darah.
7. Pemeriksaan Patologi Anatomi dari hasil pemeriksaan Pap Smear.
8. Pasien yang sudah memiliki 3 anak atau lebih meningkatkan resiko, karena dapat menyebabkan
defect pada serviks.
9. Karena dokter laki-laki harus didampingi untuk menghindari fitnah atau agar bersifat lebih etis.
10. Diagnosis bandingnya adalah polip serviks, Ca serviks dan laserasi. Dan diagnosis yang paling
memungkinkan adalah Ca serviks karena serviks berbenjol dan juga membesar.
11. Vaksin HPV pada bulan ke 0,1,6 dimulai dari usia 9 tahun, pemeriksaan Pap Smear rutin dan juga
menghindari koitus dibawah usia 18 tahun.
12. HPV ditunjang dengan faktor pendukung seperti multiparitas, jarak melahirkan terlalu dekat dan
juga koitus pertama kali dibawah usia 18 tahun.
Hipotesis
Salah satu diagnosa dari Contact Bleeding adalah Ca Serviks yang
memiliki gejala lain seperti Serviks membesar dan berbenjol, sehingga
perlu dipastikan dengan pemeriksaan Pap Smear dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan Patologi Anatomi, untuk menghindari terjadinya Ca Serviks
dapat dilakukan pencegahan sesuai dengan faktor resikonya antara lain
HPV yang dapat dicegah dengan vaksin, serta menghindari koitus dini,
bergonta-ganti pasangan dan mengatur jarak dan jumlah kelahiran. Saat
pemeriksaan perlu diperhatikan etika, baik menurut agama atau hukum di
masyarakat.
Sasaran Belajar
LI 1. Memahami dan menjelaskan tentang karsinoma serviks
LO 1.1. Memahami dan menjelaskan definisi karsinoma serviks
LO 1.2. Memahami dan menjelaskan etiologi dan faktor resiko karsinoma serviks
LO 1.3. Memahami dan menjelaskan epidemiologi karsinoma serviks
LO 1.4. Memahami dan menjelaskan pathogenesis karsinoma serviks
LO 1.5. Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis karsinoma serviks
LO 1.6. Memahami dan menjelaskan diagnosis & diagnosis banding karsinoma
serviks
LO 1.7. Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan karsinoma serviks
LO 1.8. Memahami dan menjelaskan pencegahan karsinoma serviks
LO 1.9. Memahami dan menjelaskan komplikasi karsinoma serviks
LO 1.10. Memahami dan menjelaskan prognosis karsinoma serviks
LI 2. Memahami dan menjelaskan tentang etika pemeriksaan menurut perspektif
Islam
LI 1. Memahami dan Menjelaskan
tentang Karsinoma Serviks
1.1 DEFINISI

Kanker yang berasal dari jaringan servix. Biasanya berupa kanker


yang petumbuhannya lambat dan mungkin dapat bersifat asimptomatik.
Biasanya ditemukan melalui pemeriksaan PAPs SMEAR. Kanker cervix
hampir selalu disebabkan oleh infeksi virus HPV. (National Cancer
Institute)
1..2 ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO
1. Infeksi Human Papilloma Virus
Merupakan faktor resiko paling penting yang menjadi penyebab kanker
serviks. HPV 6 dan HPV 11 merupakan 2 tipe HPV yang paling sering
menyebabkan manifestasi pada genital, namun jarang menyebabkan
kanker. HPV yang beresiko tinggi menyebabkan kanker, termasuk
kanker serviks, vulva, dan vagina ada wanita adalah tipe HPV 16, HPV
18, HPV 31, HPV 33, dan HPV 45. Sekitar 2/3 kasus kanker serviks
disebabkan oleh tipe HPV 16 dan HPV 18. Infeksi oleh HPV umum terjadi
pada setiap individu, dan kebanyakan tubuh dapat mengatasi infeksi
tersebut. Namun kadang infeksi dapat bersifat kronik, terutama jika
terinfeksi oleh tipe HPV yang beresiko tinggi menyebabkan kanker.
Walaupun HPV dapat menyeber melalui hubungan sex, namun infeksi
oleh virus ini tidak dapat disebarkan dengan cara seperti itu. Cara
penyebaran adalah kontak dengan area yang mengalami infeksi. Infeksi
HPV dapat menyebar dari satu organ ke organ lainnya, misal berawal
dari infeksi pada serviks yang kemudian dapat menyebar ke vagina.
2. Merokok
Wanita yang memiliki kebiasaan merokok memiliki resiko 2 kali lebih besar
terkena kanker serviks dibanding wanita yang tidak merokok.

3. Sistem Imun
HIV yang menyebabkan kerusakan pada sistem imun seseorang dan
meningkatkan resiko teinfeksi HPV. Pada wanita yang menderita HIV,
perkembangan pre-kanker sel serviks ke arah invasif berlangsung lebih
cepat dari normal

4. Infeksi Klamidia
Klamidia adalah bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi pada
sistem reproduksi. Bakteri ini menyebar melalui kontak seksual. Infeksi
klamidia daat menyebabkan PID dan berlanjut menjadi infertilitas.
Penelitian menunjukkan terdapat kenaikan resiko kanker serviks ada
wanita yang mengalami infeksi klamidia berulang.
5. Kontrasepsi Oral
Ada bukti yang menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu
yang lama dapat meningkatkan resiko kanker serviks. Peneliti menyatakan bahwa
resiko akan menurun kembali seiring dengan penghentian obat. Resiko meningkat 2
kali lipat pada wanita yang mengonsumsi kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun, namun
resiko kembali normal setelah 10 tahun berhenti mengonsumsi obat tersebut.
6. IUD
Penelitian baru baru ini menyebutkan bahwa wanita yang pernah memakai IUD
memiliki resiko yang lebih rendah terkena kanker serviks. Resiko ini menurun baik
pada pemakaian kurang dari 1 tahun, maupun setelah IUD dilepas.

7. Multipara
Wanita yang pernah hamil 3 kali atau lebih dapat meningkatkan resiko kanker serviks.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa perubahan hormon yang terjadi selama masa
kehamilan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HPV atau pertumbuhan kanker.
Pendapat lain menyatakan bahwa imun tubuh wanita hamil cenderung melemah.

8. Kehamilan Usia Muda


Wanita yang telah hamir pada usia dibawah 17 tahun memiliki resiko kanker serviks 2
kali lebih besar daripada wanita yang menunda kehamilan hingga usia 25 tahun.
1.3 EPIDEMIOLOGI
Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0 pada
ras Cina; 17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000
penduduk. Insidens dan angka kematian kanker serviks menurun selama
beberapa dekade terakhir di AS. Hal ini karena skrining Pap menjadi lebih
populer dan lesi serviks pre-invasif lebih sering dideteksi daripada kanker
invasif. Diperkirakan terdapat 3.700 kematian akibat kanker serviks pada
2006.
Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim
setiap tahunnya. Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat
laboratorium patologi, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang
memiliki jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih kurang 36%.
Dari data 17 rumah sakit di Jakarta 1977, kanker serviks menduduki urutan
pertama, yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada perempuan. (Imam
Rasjidi, 2009)
1.4 Patogenesis
Acquired: Sel Normal
kimia Berhasil Mutasi yang
radiasi memperbaiki DNA diturunkan
virus HPV Gen yang
Kerusaka
kontrasepsi
n DNA mempengaruhi repair
oral DNA
Gagal mengubah Gen yang
DNA
mempengaruhi
Mutasi pada
apoptosis
genom dari sel
somatis

Aktivasi dari pertumbuhan Gangguan pada gen Inaktivasi gen yang


gen penyebab kanker yang mengatur menekan timbulnya
(oncogen) apoptosis kanker

Ekspresi dari gangguan produk


Ekspansi clonal gen dan kehilangan pengatur
produk gen
Sel kanker mutasi Heterogenitas
secara progresif

Neoplasma ganas
(Ca Cervix)
1.5 Manifestasi Klinis
1.6 Diagnosis dan Diagnosis
Banding
Anamnesis
Usia ? Berada pada kisaran 30-60 tahun
Usia saat coitus pertama kali?
Apakah sering berganti-ganti pasangan atau memiliki pasangan yang suka berganti-
ganti pasangan?
Apakah terdapat keputihan? Berbau busuk? Tidak gatal?
Apakah terdapat perdarahan di luar haid (perdarahan spontan)? Saat defekasi ataupun
miksi?
Apakah terdapat perdarahan pasca-coitus (perdarahan kontak)? 75-80%
Apakah terdapat nyeri? Hal tersebut akibat infiltrasi sel-sel tumor ke serabut saraf.
(Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Keadaan umum pasien kurang baik, pasien tampak lemas, terjadi penurunan
berat badan, terlihat tanda-tanda anemis (konjungtiva pucat) yang mana
merupakan dampak dari perdarahan.
Palpasi
Pada perabaan serviks ditemukan konsistensi massa yang teraba keras
(apabila masih kecil), irreguler dan rapuh. (Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Pada berbagai macam metode pemeriksaan ginekologik, pemeriksaan
inspekulo dan bimanual membutuhkan pengalaman yang banyak dan bahkan
pada yang cukup berpengalaman, adanya adipositas yang berlebihan atau
tegangan yang kuat dari otot-otot perut dapat menyebabkan kesalahan
dalam staging. Kandung kencing yang kosong, tangan pemeriksa yang
hangat dan sapaan yang menenangkan penderita merupakan syarat-syarat
penting pada pemeriksaan ini penting juga teknik vaginorektal. Ini
memberikan kemungkinan yang terbaik untuk meraba parametrium dan
cavum douglasi dan membedakan tumor-tumor dalam daerah ini dengan
skibala.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien kanker serviks, yaitu :
a. Paps Smear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal
pada pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat
diketahui pada sekret yang diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini
harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah
melakukanaktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil
pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65
tahun.
b. Biopsi
Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa
dilakukan adalah biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik
cone biopsy yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk
mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari
daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas apakah
yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja.
c. Kolposkopi
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia.
Pemeriksaan ini kurang efisien jika dibandingkan dengan paps smear, karena kolposkopi
memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis dalam mengetes darah yang
abnormal.
d. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui aktivitas pryvalekinase. Pada
pasien konservatif dapat diketahui peningkatan aktivitas enzim ini terutama pada daerah
epitelium serviks.
e. Radiologi
Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik
atau peroartik limfe.
Pemeriksaan intravena-urografi (IVP), yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut,
yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi
direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi
sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen atau pelvis digunakan untuk
menilai penyebaran lokal dari tumor dan atau terkenanya nodus limpa regional.
1.7 Penatalaksanaan
1.8 pencegahan
1.9 Komplikasi
1.10 Prognosis
2. Memahami dan Menjelaskan tentang
etika pemeriksaan menurut prespektif islam

Anda mungkin juga menyukai