PERVAGINAM
KELOMPOK B09
BLOK NEOPLASIA
SKENARIO 3
Kelompok : B 9
Ketua : Siti Alya Zafira (1102014251)
Sekretaris : Mutia Khaerani (1102013188)
Anggota :
Sry Irma Arischa (1102014257)
Tri Hardi Putranto (1102014270)
Wahyuni Herda (1102014278)
Yonanda Alvino (1102014286)
Tri Andini Ayu Lestari (1102011284)
Sri Wahyuningsih (1102011265)
Muhamad Fikri Satria Kamal (1102014162)
Optaviana (1102014207)
Skenario
PERDARAHAN PERVAGINAM
3. Sistem Imun
HIV yang menyebabkan kerusakan pada sistem imun seseorang dan
meningkatkan resiko teinfeksi HPV. Pada wanita yang menderita HIV,
perkembangan pre-kanker sel serviks ke arah invasif berlangsung lebih
cepat dari normal
4. Infeksi Klamidia
Klamidia adalah bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi pada
sistem reproduksi. Bakteri ini menyebar melalui kontak seksual. Infeksi
klamidia daat menyebabkan PID dan berlanjut menjadi infertilitas.
Penelitian menunjukkan terdapat kenaikan resiko kanker serviks ada
wanita yang mengalami infeksi klamidia berulang.
5. Kontrasepsi Oral
Ada bukti yang menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu
yang lama dapat meningkatkan resiko kanker serviks. Peneliti menyatakan bahwa
resiko akan menurun kembali seiring dengan penghentian obat. Resiko meningkat 2
kali lipat pada wanita yang mengonsumsi kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun, namun
resiko kembali normal setelah 10 tahun berhenti mengonsumsi obat tersebut.
6. IUD
Penelitian baru baru ini menyebutkan bahwa wanita yang pernah memakai IUD
memiliki resiko yang lebih rendah terkena kanker serviks. Resiko ini menurun baik
pada pemakaian kurang dari 1 tahun, maupun setelah IUD dilepas.
7. Multipara
Wanita yang pernah hamil 3 kali atau lebih dapat meningkatkan resiko kanker serviks.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa perubahan hormon yang terjadi selama masa
kehamilan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HPV atau pertumbuhan kanker.
Pendapat lain menyatakan bahwa imun tubuh wanita hamil cenderung melemah.
Neoplasma ganas
(Ca Cervix)
1.5 Manifestasi Klinis
1.6 Diagnosis dan Diagnosis
Banding
Anamnesis
Usia ? Berada pada kisaran 30-60 tahun
Usia saat coitus pertama kali?
Apakah sering berganti-ganti pasangan atau memiliki pasangan yang suka berganti-
ganti pasangan?
Apakah terdapat keputihan? Berbau busuk? Tidak gatal?
Apakah terdapat perdarahan di luar haid (perdarahan spontan)? Saat defekasi ataupun
miksi?
Apakah terdapat perdarahan pasca-coitus (perdarahan kontak)? 75-80%
Apakah terdapat nyeri? Hal tersebut akibat infiltrasi sel-sel tumor ke serabut saraf.
(Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Keadaan umum pasien kurang baik, pasien tampak lemas, terjadi penurunan
berat badan, terlihat tanda-tanda anemis (konjungtiva pucat) yang mana
merupakan dampak dari perdarahan.
Palpasi
Pada perabaan serviks ditemukan konsistensi massa yang teraba keras
(apabila masih kecil), irreguler dan rapuh. (Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Pada berbagai macam metode pemeriksaan ginekologik, pemeriksaan
inspekulo dan bimanual membutuhkan pengalaman yang banyak dan bahkan
pada yang cukup berpengalaman, adanya adipositas yang berlebihan atau
tegangan yang kuat dari otot-otot perut dapat menyebabkan kesalahan
dalam staging. Kandung kencing yang kosong, tangan pemeriksa yang
hangat dan sapaan yang menenangkan penderita merupakan syarat-syarat
penting pada pemeriksaan ini penting juga teknik vaginorektal. Ini
memberikan kemungkinan yang terbaik untuk meraba parametrium dan
cavum douglasi dan membedakan tumor-tumor dalam daerah ini dengan
skibala.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien kanker serviks, yaitu :
a. Paps Smear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal
pada pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat
diketahui pada sekret yang diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini
harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah
melakukanaktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil
pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65
tahun.
b. Biopsi
Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa
dilakukan adalah biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik
cone biopsy yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk
mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari
daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas apakah
yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja.
c. Kolposkopi
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia.
Pemeriksaan ini kurang efisien jika dibandingkan dengan paps smear, karena kolposkopi
memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis dalam mengetes darah yang
abnormal.
d. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui aktivitas pryvalekinase. Pada
pasien konservatif dapat diketahui peningkatan aktivitas enzim ini terutama pada daerah
epitelium serviks.
e. Radiologi
Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik
atau peroartik limfe.
Pemeriksaan intravena-urografi (IVP), yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut,
yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi
direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi
sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen atau pelvis digunakan untuk
menilai penyebaran lokal dari tumor dan atau terkenanya nodus limpa regional.
1.7 Penatalaksanaan
1.8 pencegahan
1.9 Komplikasi
1.10 Prognosis
2. Memahami dan Menjelaskan tentang
etika pemeriksaan menurut prespektif islam