Anda di halaman 1dari 11

Aspek hukum dalam ekonomi

Bab 5
Perjanjian Baku/Standar

Muhammad Fahrulliyan Fahmi


24215563
2eb10
Pengertian Perjanjian Baku/Standar

Perjanjian baku adalah konsep janji-janji tertulis. Disusun


tanpa membicarakan isinya dan lazimnya dituangkan ke
dalam sejumlah tak terbatas perjanjian yang sifatnya
tertentu. Perjanjian baku juga merupakan perjanjian yang
isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.
Pasal 1313 KUH Perdata: suatu perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Perjanjian Baku/Standar

Perjanjian baku mengandung sifat yang banyak menimbulkan kerugian terhadap


konsumen. Perjanjian baku yang banyak terdapat di masyarakat dapat dibedakan
dalam beberapa jenis, antara lain:

Perjanjian baku sepihak, adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang
kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak yang kuat di sini adalah pihak
kreditur yang lazimnya mempunyai posisi ekonomi kuat dibandingkan pihak debitur.
Kedua pihak lazimnya terikat dalam organisasi, misalnya pada perjanjian buruh
kolektif.
Perjanjian baku yang ditetapkan oleh pemerintah, ialah perjanjian baku yang isinya
ditentukan pemerintah terhadap perbuatan hukum tertentu, misalnya perjanjian yang
mempunyai objek hak atas tanah.
Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan notaries atau advokat. Adalah
perjanjian yang konsepnya sejak semula disediakan. Untuk memenuhi permintaan
anggota masyarakat yang meminta bantuan notaries atau advokat yang bersangkutan.
Dalam perpustakaan Belanda jenis ini disebutkan contract model.
Standar kontrak

Adalah perjanjian yang isinya telah ditetapkan terlebih dahulu secara


tertulis berupa formulir-formulir yang digandakan dalam jumlah tidak terbatas,
untuk ditawarkan kepada para konsumen tanpa memperhatikan perbedaan
kondisi para konsumen (Johannes Gunawan)
Perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir
(Mariam Badrulzaman)
Perjanjian baku adalah perjanjian yang dipakai sebagai patokan atau
pedoman bagi siapapun yang menutup perjanjian dengannya tanpa kecuali, dan
disusun terlebih dahulu secara sepihak serta dibangun oleh syarat-syarat
standar, ditawarkan pada pihak lain untuk disetujui dengan hampir tidak ada
kebebasan bagi pihak yang diberi penawaran untuk melakukan negosiasi atas
apa yang ditawarkan, sedangkan hal yang dibakukan, biasanya meliputi model,
rumusan, dan ukuran.
Menurut Mariam Darus, standar kontrak
terbagi dua yaitu umum dan khusus

1. Kontrak standar umum artinya kontrak yang


isinya telah disiapkan lebih dahulu oleh kreditur
dan disodorkan kepada debitur.

2. Kontrak standar khusus artinya kontrak


standar yang ditetapkan pemerintah baik
adanya dan berlakunya untuk para pihak
ditetapkan sepihak oleh pemerintah.
Macam macam Perjanjian

1. Perjanjian Cuma Cuma (pasal 1314


KUHPERdata)
2. Perjanjian atas beban
3. Perjanjian Timbal balik
4. Perjanjian Sepihak.
5. Perjanjian Konsesual
6. Perjanjian RIIL
7. Perjanjian Formil
8. Perjanjian bernama dan tidak bernama
9. Perjanjian Obligatoir.
10. Perjanjian Liberatoir
Syarat SahnyaPerjanjian
Menurut Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, sahnya perjanjian harus
memenuhi empat syarat yaitu :

1. Sepakat untuk mengikatkan diri Sepakat maksudnya adalah bahwa para pihak yang
mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju untuk seia sekata mengenai segala
sesuatu yang diperjanjikan. Kata sepakat ini harus diberikan secara bebas, artinya tidak
ada pengaruh dipihak ketiga dan tidak ada gangguan.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
berarti mempunyai wewenang untuk membuat perjanjian atau mngadakan hubungan
hukum. Pada asasnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap
menurut hukum.

3. Suatu hal tertentu Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian. Syarat ini diperlukan
untuk dapat menentukan kewajiban debitur jika terjadi perselisihan. Pasal 1338
KUHPerdata menyatakan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai sebagai suatu pokok
yang paling sedikit ditetapkan jenisnya.

4. Sebab yang halal Sebab ialah tujuan antara dua belah pihak yang mempunyai maksud
untuk mencapainya. Menurut Pasal 1337 KUHPerdata, sebab yang tidak halal ialah jika ia
dilarang oleh Undang Undang, bertentangan dengan tata susila atau ketertiban. Menurut
Pasal 1335 KUHPerdata, perjanjian tanpa sebab yang palsu atau dilarang tidak mempunyai
kekuatan atau batal demi hukum.
Dua syarat yang pertama yaitu kesepakatan dan kecakapan yang disebut syarat- syarat
subyektif. Sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat objektif, karena
mengenai perjanjian itu sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan.
Saat Lahirnya Perjanjian

Berdasarkan Pasal 1320 jo 1338 ayat (1) BW/KUHPerdata dikenal


adanya asas konsensual, yang dimaksud adalah bahwa
perjanjian/kontrak lahir pada saat terjadinya konsensus/sepakat dari
para pihak pembuat kontrak terhadap obyek yang diperjanjikan.

Pada umumnya perjanjian yang diatur dalam BW bersifat konsensual.


Sedang yang dimaksud konsensus/sepakat adalah pertemuan
kehendak atau persesuaian kehendak antara para pihak di dalam
kontrak. Seorang dikatakan memberikan
persetujuannya/kesepakatannya (toestemming), jika ia memang
menghendaki apa yang disepakati.
Ada beberapa teori yang bisa digunakan untuk menentukan saat
lahirnya kontrak yaitu:

a. Teori Pernyataan (Uitings Theorie)


Menurut teori ini, kontrak telah ada/lahir pada saat atas suatu
penawaran telah ditulissuratjawaban penerimaan. Dengan kata lain
kontrak itu ada pada saat pihak lain menyatakan
penerimaan/akseptasinya.

b. Teori Pengiriman (Verzending Theori).


Menurut teori ini saat pengiriman jawaban akseptasi adalah saat
lahirnya kontrak. Tanggal cap pos dapat dipakai sebagai patokan
tanggal lahirnya kontrak.

c. Teori Pengetahuan (Vernemingstheorie).


Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada saat jawaban
akseptasi diketahui isinya oleh pihak yang menawarkan.

d. Teori penerimaan (Ontvangtheorie).


Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada saat diterimanya
jawaban, tak peduli apakahsurattersebut dibuka atau dibiarkan tidak
dibuka. Yang pokok adalah saatsurattersebut sampai pada alamat si
penerimasuratitulah yang dipakai sebagai patokan saat lahirnya
kontrak.
Pembatalan dan Pelaksanaan
Perjanjian
Pembatalan Perjanjian Suatu
perjanjian dapat dibatalkan oleh Supaya terjadi persetujuan
salah satu pihak yang membuat yang sah, perlu dipenuhi 4
perjanjian ataupun batal demi syarat:
hokum. Perjanjian yang dibatalkan
oleh salah satu pihak biasanya
terjadi karena; 1. Kesepakatan mereka yang
mengikatkan diri.
1. Adanya suatu pelanggaran dan 2. Kecakapan untuk membuat
pelanggaran tersebut tidak suatu perikatan.
diperbaiki dalam jangka waktu 3. Suatu pokok persoalan
yang ditentukan atau tidak dapat tertentu.
diperbaiki. 4. Suatu sebab yang tidak
2. Pihak pertama melihat adanya
kemungkinan pihak kedua
terlarang.
mengalami kebangkrutan atau
secara financial tidak dapat
memenuhi kewajibannya.
3. Terkait resolusi atau perintah
pengadilan
4. Terlibat hokum
5. Tidak lagi memiliki lisensi,
Daftar Pustaka

http://www.sekedarinfo.com/perjanjian-baku-atau-perjanjian-standar
/
http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/dasar-dasar-hukum
-perjanjian/
http://zirahahduy.blogspot.com/2013/04/hukum-perjanjian.html
http://sendyego.blogspot.com/2011/05/hukum-perjanjian-standar-ko
ntrak.html
http://www.scribd.com/doc/16733475/Hukum-Perikatan#
http://www.google.co.id/search?q=Lahirnya+Perjanjian&ie=utf-8&oe=
utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/hukum-perjanjian-16/

Anda mungkin juga menyukai