Anda di halaman 1dari 40

ISMIYATI

MENARA-MENARA UNTUK OPERASI GAS-


LIQUID

1.Menara Destilasi
2. Menara Absorpsi.
MENARA DISTILASI
Distilasi merupakan salah satu cara pemisahan yang paling banyak dipakai, karena
operasi dan alatnya yang cukup mudah dan relatif murah, terutama pemakaian
tenaganya tergolong yang paling rendah.
Perancangan menara distilasi meliputi:
Kondisi Operasi (Tekanan dan Suhu)
Jumlah Trays
Posisi Umpan Masuk
Komposisi Uap dan Cairan
Diameter dan Tinggi Menara
Design Tray atau Plate
Bahan Konstruksi Menara
A. Kondisi Operasi
Suhu serta tekanan operasi pada menara makin ke
atas makin rendah karena jika sama tidak terjadi aliran,
tetapi untuk tekanan tinggi, guna memudahkan
penentuan suhu operasi serta kondisi lain, tekanan
seluruh menara bisa dianggap sama.
Dalam menentukan tekanan dan suhu operasi tersebut
perlu diketahui hal-hal sebagai berikut:
1) Sifat-sifat zat masing-masing dan campurannya,
misal zat tersebut mudah terpolarisasi atau tidak
2) Pada bagian puncak menara harus diketahui keadaan
kritisnya (Tc dan Pc), karena jika operasinya dekat atau
melebihi keadaan kritis nya, maka tidak bisa
diembunkan. Jadi kondisi puncak harus jauh dibawah
titik kritisnya.
3) Campuran zat yang akan didistilasi merupakan
campuran azeotrop atau bukan.
4) Utilitas yang ada atau yang disediakan meliputi
pendingin kondensor dan pemanas reboiler serta
perbedaan suhu yang diijinkan antara zat tersebut dan
utilitasnya.
1. Pendingin kondensor dan perbedaan suhu (t)
yang diijinkan
Pendingin kondensor bertugas mengembunkan uap
puncak menara.
Beberapa pendingin yang dapat dipakai misalnya: air
pendingin, refrigeration, udara pendingin, process fluid
dan steam boiler.
a. Air Pendingin (Cooling water )
Pendingin dengan cooling water paling banyak
dipakai, kerena mempunyai suhu kira-kira sama
dengan suhu sekeliling. Pemilihan suhu perancangan
harus diambil suhu sekeliling yang paling tinggi. Di
Indonesia biasanya antara 30-36 oC. Dalam hal ini t
yang dijinkan mencapai 10 - 20 oC
b. Refrigeration
Refrigeration dipakai sebagai pendingin kondensor untuk
mencegah penggunaan tekanan operasi yang terlalau besar. Pada
kasus lain supaya suhu dan tekanan operasi rendah, sehingga
relatif velocity () besar. Selain hal tersebut juga agar fluida yang
dipisahkan tidak rusak karena terjadi polarisasi dll.
Pemakaian refrigeration disesuaikan dengan suhu yang
diinginkan, misalnya:
Untuk mencapai suhu yang rendah digunakan NH3, freon, propan
dsb.
Untuk mencapai suhu yang lebih rendah lagi digunakan cascade
refrigeration misalnya propilene dan etilene. Untuk suhu yang
sangat rendah digunakan cascade refrigeration etilene dan metana.
Sebagai gambaran tentang suhu terendah yang dapat dicapai sbagai
refrigerant misalnya:
* Freon, NH3 suhu sekitar : - 20 oC
* C3H8 : - 30 oC
* C3H6 : - 35 oC
* C2H4 : - 100 oC
* CH4 : - 150 oC
c. Udara Pendingin
Dipergunakan untuk daerah-daerah yang kekurangan air,
sehingg cooler nya dipakai jenis fin-fan cooler
Suhu udara pendingin juga sama dengan suhu sekeliling
t yang diijinkan : 20 oC.

d. Process Fluid
Dalam rangka energy integration atau energy
utilization digunakan pendingin yaitu fluida yang lebih
dingin dari operasi alat yang lain. Misalnya pendingin
menara yang satu merupakan hasil yang keluar dari dasar
menara yang lain, sehingga alatnya dapat mempunyai
fungsi ganda yaitu sebagai kondensor menara yang satu,
tetapi juga sebagai reboiler menara yang lain.
t yang diijinkan : 10 20 oC

e. Steam Boiler
Pendingin yang dipakai adalah air, karena tekanannya
dibuat rendah sehingga dihasilkan uap dengan tekanan
rendah.
t yang diijinkan : 20 40 oC.
2. Pemanas Reboiler dan perbedaan suhu (t) yang diijinkan

Pemanas reboiler bertugas menguapkan hasil yang keluar dari


dasar menara. Pemanas yang dipakai berupa: uap air (steam),
prosess fluid, api langsung dan hot oil (minyak pemanas)

a. Uap Air (Steam)


Steam merupakan pemanas yang paling banyak digunakan.
Suhunya tergantung tekanan yang digunakan. Umumunya
digunakan uap air jenuh yang akan keluar sebagai embunan.
t yang diijinkan mencapai hingga 60 oC.

b. Process Fuid
Dalam hal ini dipakai fluida hasil puncak menara (distilat) yang
suhunya lebih tinggi dari hasil dasar menara
t yang diijinkan mencapai hingga 10 - 20 oC
c. Api Langsung
Pemanas ini merupakan yang langsung dari pembakaran
bahan bakar (fuel), sehingga suhunya akan sangat tinggi.
Biasanya pemanas dengan suhu yang terlalau tinggi tidak
disukai karena dapat merusak hasil., sehingga pemanasan
dengan api langsung dipakai bila dipandang cukup aman,
misalnya crude distilation unit

d. Hot Oil (minyak pemanas)


Pemanas ini dipakai untuk suhu reboiler yang cukup tinggi.
Minyak pemanas dipilih bila dibandingkan dengan
memakai uap air (steam) masih lebih murah atau kalau di
pabrik persediaannya cukup dibanding dengan pamanas lain
t yang diijinkan mencapai hingga 20 - 60 oC
A. Menentukan kondisi operasi pada menara distilasi

Untuk multikomponen tentukan KOMPONEN KUNCI (fraksi berat/


Hk dan fraksi ringan/Lk)

1. Trial Bubble Point Feed


Menentukan Tekanan (P) dengan Hukum Raoult : (P = xA. PAo +
xB.PBo)
Menentukan tekanan uap murni Feed (Po) dengan Hukum Antoine:
ln (Po) = A - ( B/(C+T))
Po = tekanan uap murni (mmHg)
T = suhu operasi (oK)
A,B,C = konstanta Antoine
Menentukan konstanta kesetimbangan (K) = Po/P
Jumlah komponen Feed liquid: (xi =1), Berdasarkan kesetimbangan
dibuktikan Komponen Feed uap yaitu:
(yi =(xi.Ki) = 1)
2. Trial Dew Point Top:
Menentukan Tekanan (P) dengan Hukum Raoult :
(P = xA. PAo + xB.PBo)
Menentukan tekanan uap murni Top (Po) dengan Hukum Antoine:
ln (Po) = A-(B/(C+T))
Jumlah komponen Top uap: (yi =1), Berdasarkan kesetimbangan
dibuktikan Komponen Top liquid yaitu:
(xi =(yi/Ki) = 1)

3. Trial Buble Point Bottom


Menentukan Tekanan (P) dengan Hukum Raoult :
(P = xA. PAo + xB.PBo)
Menentukan tekanan uap murni Bottom (Po) dengan Hukum
Antoine:
ln (Po) = A-(B/(C+T))
Jumlah komponen Bottom liquid: (xi =1), Berdasarkan
kesetimbangan dibuktikan Komponen Bottom uap yaitu:
(yi =(xi.Ki) = 1)
Contoh 1:
Menentukan kondisi operasi (T dan P) suatu distilasi yang umpan
nya terdiri atas 50 % mol n-butana dan 50 % mol propana. Hasil
yang diharapkan adalah: hasil puncak 1 % n-butana dan hasil
dasar 1 % mol propana

Penyelesaian:
Kondisi operasi harus dibawah titik kritisnya.

Tc, oK Tc, oC Pc, atm

C3H8 370 97 42
n-C4H10 425 152 37,5
Kondisi Atas /Top

Dilihat dari suhu kritisnya, maka pendingin kondensor dapat dipergunakan air (cooling
tower ). Suhu air pendingin yang tersedia = 35 oC atau 95 oF, jika t diambil 25 oF atau
13,89 oC).
Trial: suhu hasil atas 120 oF.
P operasi ( Hukum Raoult) :
P = yA. PAo + yB.PBo
P = (0,99) ( 270) + (0,01) (80) = 264,6 psia

Mol fraksi, yi K: Po/P xi = yi/K


C3H8 (A) 0,99 1,02 0,9706
n-C4H10 (B) 0,01 0,30 0,0333
1,0039 1
Karena tekanan cukup tinggi maka untuk mencari keadaan
tekanan bawah diseluruh menara dianggap sama.

Kondisi Bawah/Bottom
Hasil Trial Suhu operasi bawah adalah 230 oF.
Tekanan P = 264,6 psia

Mol fraksi, x K: Po/P y = x.K


C3H8 0,01 2,3 0,023
n-C4H10 0,09 1,00 0,990
1,013 1

Jadi :
Kondisi operasi atas/top adalah: suhu 120 oF dan P: 264,6 psia
Kondisi operasi bawah/bottom adalah: suhu 230 oF dan P:
264,6 psia
Contoh 2:
Menentukan suhu dan tekanan suatu distilasi yang umpannya terdiri dari 50 % mol
etana dan 50 % mol etilena. hasil atas yang diharapkan adalah 98 % mol etilena
dan 2 % mol etana , hasil bawah adalah 2 % mol etilena dan 98 % mol etana.

Penyelesaian
Kondisi kritis:

Tc, oK Tc, oC Pc, atm

C2H4 282 9 50,0

C2H6 306 33 48,2


Kondisi Atas/Top
Karena suhu kritisnya rendah, suhu operasinya juga harus lebih rendah
dari suhu kritisnya, jadi perlu pendingin refrigerant
Misal: digunakan C3H6, suhu terendah yang bisa dicapai : - 35 oC;
ambil t = 10 oC
Trial suhu operasi atas 25 oC = - 13 oF
P operasi ( Hukum Raoult) : P = xA. PAo + xB.PBo
P = (0,98) ( 303) + (0,02) (180) = 300,5 psia

Mol fraksi, y K: Po/P x = y/K

C2H4 0,98 1,009 0,971


C2H6 0,02 0,599 0,033
1,004 1
Kondisi Bawah/Bottom
Trial Suhu operasi bawah 20 oF = - 6,7 oC
Tekanan P = 300,5 psia

Mol fraksi, x K: Po/P y = x.K


C2H4 0,02 1,45 0,0138
C2H6 0,98 0,99 0,9899
1,0027 1

Jadi :
Kondisi operasi atas/top adalah: suhu - 13 oF dan P: 300,5
psia
Kondisi operasi bawah/bottom adalah: suhu 20 oF dan P:
300,5 psia
B. Menentukan Jumlah trays atau plate (N)

Penentuan jumlah trays ini bisa dihitung dengan bermacam-macam


cara, antara lain: 1) Plate to plate calculation; 2) Metode Mc. Cabe and
Thiele; 3) Metode Fenske Underwood; 4) Short cut calculation.
Pada penentuan N ini, ada beberapa komponen yang ikut berpengaruh
yakni N min (jumlah plate atau trays minimum), R min
(perbandingan Reflux minimum), R (perbandingan reflux) dan Eo
(effisiensi plate ).
Harga R biasanya selalu dibandingkan dengan R min.

1. Menentukan R dan R min:


Batasan-batasan yang dipakai yakni sbb:

R / R min N / N min
Low level refrigeration (< - 150 oF) 1,05 1,1 2,5 3,5
High level refrigeration 1,1 1,2 2,0 3,0
Pendingin kondensor dengan air atau 1,2 1,5 1,8 2,5
udara
Apabila terdapat n komponen dalam sistem, maka dapat dipakai
Metode Fenske dan Underwood:
i .x iD
R m 1, ..........pers : 11.60 (Coulson)
i

Keterangan:
: relative volatility K komponen ringan dibanding dengan K komponen kunci berat
K
LK
K HK
: konstanta Underwood yang besarnya antara lk dan hk
L
Rm atau ( ) min : Reflux ratio yaitu : aliran yang balik sebagai reflux (L) dibanding dengan
D
produk hasil atas (D)

Harga dapat dicari dari persamaan berikut :


i .x i.f
1 q, .................................pers : 11.61 (Coulson)
i
Harga q dalam section 11.5.2 coulson didefinisikan sebagai :
panas yang menguap setiap1 mol feed
q
panas laten (molar) feed

nilai q = 1 , untuk umpan pada titik didihnya


q = 0 , untuk umpan pada titik embunnya
sehingga nilai dapat dicari dengan trial and error.

Setelah harga Rm ditemukan, maka besarnya R dapat dicari


berdasarkan batasan-batasan diatas.
2. Menentukan Jumlah Plate Teoritis Minimum
Jumlah plate minimum (Nm), terjadi pada reflux total,
Fenske mengemukakan jumlah plate teoritis minimum
adalah:
x LK x HK
log
x
HK D
x LK
(N) min B
,..............pers 11.58 (Coulson)
log avg

Keterangan :
K
puncak ( LK )D
K HK

( K LK )B
puncak K HK
avg (K LK .K HK )
3. Menentukan Plate Teoritis
Dengan bantuan Grafik: Erbar and Maddok, 1961, Gambar 11.11 (Coulson) ,
dengan harga R/(R + 1) sebagai ordinat, dan parameter Rm/(Rm + 1) maka
akan didapatkan nilai N/Nm (absis). N dan Nm adalah Jumlah plate
teoritis dan Jumlah plate minimum t eoritis
4. Jumlah Plate Sesungguhnya (N act)

N teoritis
a) (N) act 1
Eo (efisiensi)

b) Untuk kondensor total dan reboiler parsiil


N teoritis
(N) act 2
Eo (efisiensi)

Berdasarkan kesepakatan pada pemakaian kondensor dan


reboiler parsiil, Diperkirakan efisiensi 60 80 % atau biasa
diambil Eo = 70 %
C. Menentukan Posisi Umpan Masuk
Digunakan persamaan Kirkbride (1944):
Nr B x xB. LK
2

log 0,206 log F .. HK ,..........pers 11.62 (Coulson)


Ns D xF . LK x D.HK

atau
2 0,206
Nr B xF .. HK xB. LK
Ns D
xF . LK x D.HK

N act sama dengan (Nr + Ns).


Dengan diketahui Nact dan nilai (Nr/Ns), maka diperoleh nilai Nr,
yang merupakan kondisi umpan masuk dihitung dari plate teratas.

Nr (Nrectifiying) : jumlah plate diatas umpan masuk


Ns (Nstriping) : jumlah plate dibawah umpan masuk
D. Komposisi Uap dan Cairan

Reflux (Lo) yaitu cairan yang masuk kembali ke dalam


menara
Lo = R x D
Vapor yang masuk ke kondensor (V) = (R + 1) x D
Cairan yang keluar menara (L) = Lo (q . F), q = 1
Vapor yang kembali ke dalam menara (Vo) = L B
E. Menghitung Diameter dan Tinggi Menara

1. Laju Alir Superficial batas Flooding (FLV)

L V
FLV ,..........pers. 11.82 (Coulson)
V L

2. Flooding Vapor Velocity (Uf)


L- - V
Uf K ,...........pers. 11.81 (Coulson)
V
K konstanta flooding, diperoleh dari Gambar 11.27 (Coulson)

3. Flooding Vapor Velocity Actual (Un)


Dipilih design persen flooding (F*) pada laju alr maksimum
= 85 % ( Gambar 11.29), sehingga dengan rumus 11.83.

Un = F* x Uf
4. Laju Alir Volumetrik Uap Maksimum (Qv)
V
QV
V

5. Net Area Yang Dibutuhkan (An)


Qv
An
Un

6. Penampang Menara (Ac)


Asumsi Downcorner area (Ad) adalah 12 % total area,
sehingga penampang menara:
An
Ac
0,88
7. Diameter Menara (Dc)

Ac x 4
Dc

Keterangan Tabulasi daerah Menara :


Berdasarkan keterangan pada halaman 568 Coulson:
Downcomer area (Ad) = 0,12 x Ac
Net area (An) = Ac Ad
Active area (Aa) = Ac (2 x Ad)
Hole active area (Hs) = 0,1 x Aa

8. Tinggi Menara
Dengan mengetahui jumlah plate, jarak antar plate maka
dengan menambah 2 meter dibawah untuk menampung cairan
dan 1,5 m di atas untuk mencegah entrainment (Douglas)
F. Design Tray atau Plate

1. Pola Aliran pada Plate

Masa aliran liquid


Laju aliran liquid volumetrik maksimum
Berat jenis liquid

Atau dengan mengetahui diameter menara (Dc),


untuk single pass atau double pass, maka dengan
menggunakan Gambar 11.28 Coulson, diperoleh laju
alira liquid (m3/detik)
2. Downcomer dan Weir Length
Hubungan antara Downcomer (Ad) dan Weir Length
(Iw) disajikan dalam Gambar 11.31.
Dengan mengambil harga (Ad/Ac) = 12 %, maka
diperoleh harga (Iw/Dc), sehingga nilai weir length
(Iw) juga dapat dicari.
Weir Dimensions: Weir height/hw ( 40 90 mm),
biasanya diambil 50 mm
Hole diameter (hd) : (2,5 12 mm), biasanya diambil
5 mm

3. Liquid Flow Rate (Lw)


Minimum Liquid Flow Rate (Lw) adalah 70 % turn-
down
4. Weir Liquid Crest/how (tinggi luapan cairan diatas weir)
2/3
Lw
h ow 750 ,...................................pers. 11.85 Coulson
.I
L w

Keterangan: Iw = weir length; m


how = weir crest; mm
Lw = liquid flow rate; kg/s

5. Laju Alir Superficial Uap Minimum (uh) untuk Mencegah Weeping.

K 2 0,90 (25,4 d h
uh ,.........................pers. 11.84 Coulson
V 0,5

Keterangan: dh= hole diameter, mm


K2 = konstanta, tergantung dari ketinggian liquid (hw + how)
dalam plate. K2 diperoleh dari Gambar 11.30
6. Dry Plate Drop (hd)

2
u
h d 51 h x V ,......................................pers. 11.88 Coulson
Co L

Pressure drop melalui plate kering dapat didefinisikan sbb:


Co adalah suatu fungsi dari ketebalan plate, dapat diperoleh dari
Gambar 11.34, dengan , tp/dh diambil 1 serta (Ah/Ap) x 100 diambil
10, maka diperoleh harga Co.

7. Residual Head (hr)


Residual head (hr) sebagai fungsi dari gaya permukaan cairan.

12,5 x 10 3
hr ,..................................................pers. 11.89 Coulson
L
8. Total Drop plate (ht)

h t h d (h w h o w) h r .....................................pers. 11.90 Coulson

9. Total Pressure Drop plate

Pt (9,81x10 3 ) x h t x L ................................pers. 11.87 Coulson


G. Pengecekan Kelayakan Tray Design
1. Downcomer Design back-up (hb)

h b (h w h ow ) h t h dc ................................pers. 11.91 Coulson

Keterangan: hb = Downcomer back-up, diukur dari permukaan plate

Head loss dalam downcomer (hdc)

L wd
h dc 166 ........................................pers. 11.92 Coulson
L x Am
Keterangan: Lwd = kecepatan laju cairan dalam downcomer, kg/s
Am = Aap bila nilainya < Ad
A ap h ap x I w ..................................pers. 11.93 Coulson
h ap h w ( 5 sampai 10 mm)

Pemeriksaan Kelayakan :
hb < (plate spacing + weir height), maka tray spacing layak dipakai
...pers 11.94
2. Downcomer Residence Time (tr)

A d x h bc x L
tr ,....................Pers.11.9 5 Coulson
L wd

Keterangan : hbc = clear liquid back-up


Kelayakan : tr harus > 3 detik
H. Bahan Konstruksi Menara
Bahan untuk konstruksi menara Tray dan bubble cap
umumnya digunakan dari lembaran logam-logam dan paduan
logam-logam. Pemilihan bahan disesuaikan dengan bahan-bahan
yang diproses dan kondisi operasinya. Sebagai bahan yang
paling murah adalah besi tuang, tetapi karena Tower harus dibuat
lebih tebal hingga menjadi terlalu berat dan banyak makan
tempat, sehingga sebagai standar dipakai baja karbon (carbon
steel). Untuk bahan-bahan yang korosif terhadap baja karbon
terpaksa dipakai logam lain yang lebih mahal.
Perbandingan harga logam-logam lain terhadap baja karbon
(carbon steel )
Jenis logam Harga 1 lb logam dibanding
harga 1 lb carbon steel
Carbon Steel 1
304 stainless steel clad steel 5
304 stainless steel 7
316 stainless steel clad steel 6
Aluminium (Al) 6
Cu 7
Nickel clad steel 8
Ni 12

Anda mungkin juga menyukai