Anda di halaman 1dari 34

CYNDHI RACHMA DEWITA

M.WIBI
PATRIA JATI
REVI VIDIANTO
SELVI OKTAVIANI
SETIAWAN
SRI NURMALASARI

KELOMPOK 1
PEMBAHASAN
Pulau Sumatera
Sumatera adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di
Indonesia, dengan luas 473.481 km. Penduduk pulau ini sekitar
52.210.926 (sensus 2010). Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu
Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta, berarti
"pulau emas"). Kemudian pada Prasasti Padang Roco tahun 1286
dipahatkan swarnnabhmi (bahasa Sanskerta, berarti "tanah emas") dan
bhmi mlayu ("Tanah Melayu") untuk menyebut pulau ini. Selanjutnya

{
dalam naskah Negarakertagama dari abad ke-14 juga kembali menyebut
"Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini.
Nama asli Sumatera, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber
sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah "Pulau Emas". Istilah Pulau
Ameh (bahasa Minangkabau, berarti pulau emas) kita jumpai dalam
cerita Cindua Mato dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung
tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatera. Seorang
musafir dari Tiongkok yang bernama I-tsing (634-713) yang bertahun-
tahun menetap di Sriwijaya (Palembang sekarang) pada abad ke-7,
menyebut Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti "negeri emas".
A. Sumatera Barat
1. Penduduk Sumatera Barat
Mayoritas penduduk Sumatera Barat adalah suku Minangkabau. Suku-
suku lainnya adalah: Batak, Mandailing, Mentawai, Tionghoa, Tamil, Nias,
dan Jawa. Meski terdapat banyak suku, bahasa daerah yang kerap
digunakan sehari-hari adalah bahasa Minangkabau. Bahasa lainnya,
adalah: Batak, Melayu, dan Mentawai. Hampir seluruh penduduk
Sumatera Barat beragama Islam. Hanya sebagian kecil beragama Kristen,
Buddha, dan Hindu. Pada zaman kerajaan, di daerah ini terdapat banyak
pusat pendidikan agama Islam yang dinamakan dengan Surau.
2. Adat Istiadat Sumatera Barat
Satuan pemerintahan terkecil di Sumatera Barat adalah Nagari
(setingkat desa). Nagari dipimpin seorang Wali Nagari yang dipilih oleh
Anak Nagari (masyarakat) dalam pemilihan langsung untuk masa jabatan
enam tahun. Dalam sebuah Nagari terdapat lembaga permusyawaratan
yang dinamakan Kerapatan Adat Nagari, yang terdiri dari perwakilan Alim
Ulama, Cadiak Pandai (intelektual), dan Niniak Mamak (pemimpin suku).
Rapat penting para pentinggi Nagari diselenggarakan di Balairung Sari
Nagari.
3. Kesenian Sumatera Barat
Musik Minangkabau terdiri dari instrumen musik tradisional, seperti:
saluang, bansi, talempong, rabab, dan gandang tabuik. Tarian tradisionalnya,
antara lain: Pasambahan, Piring, Payung, Indan, dan Randai. Ada pula Turuk
Langgai yang merupakan tarian khas suku Mentawai.
1. Tari Pasambahan
Tari Pasambahan adalah tarian yang bertujuan untuk menyambut dan
menghormati tamu yang datang dari jauh atau saat kedatangan pengantin pria
di rumah pengantin wanita.
2. Tari Piring
Tarian khas dari Kota Solok ini dilakukan dengan cara menggenggam piring,
kemudian diayunkan dengan gerakan sesuai irama musik. Tarian ini bermakna
ungkapan syukur atas hasil panen.
3. Randai
Kesenian ini merupakan perpaduan antara seni bela diri dengan tarian,
nyanyian dan seni perang
4. Turuk Langgai
Tarian khas Suku Mentawai ini mencerminkan tentang perilaku hewan.
Gerakan pada tarian ini mengandung nilai luhur yang penting bagi kehidupan di
Mentawai.
4. Rumah Adat Sumatera Barat

Rumah Adat suku Minangkabau adalah Gadang, yaitu rumah


panggung berbahan kayu dengan atap melengkung seperti
tanduk kerbau. Beberapa orang menyebutnya sebagai Rumah
Bagonjong atau Rumah Banjung. Bentuk rumah itu diduga
meniru bentuk kapal nenek-moyang mereka yang digunakan
untuk merantau. Rumah adat suku Mentawai juga berupa rumah
panggung besar dengan tinggi lantai mencapai 1 meter. Rumah
tersebut dinamakan Uma. Sebuah Uma dihuni oleh lima sampai
sepuluh keluarga.
5. Makanan Khas Sumatera Barat
Sebagai kaum perantau, masyarakat Minangkabau memiliki beragam
jenis makanan yang umumnya awet untuk berpekan-pekan. Beberapa
makanan dari Sumatera Barat yang populer adalah: rending, dendeng
balado, itiak lado mudo, sate, dan soto padang.
6. Flora dan Fauna Sumatera Barat
Di wilayah Sumater Barat terbentang hutan tropis yang luas. Berbagai
tumbuhan dan hewan langka terdapat di dalamnya. Misalnya, Rafflesia
Arnoldii yang merupakan bunga terbesar di dunia. Ada pula harimau
Sumatera, siamang, tapir, rusa, beruang, serta berbagai jenis burung dan
kupu-kupu. Terdapat dua taman nasional di provinsi ini, yakni: Taman
Nasional Siberut di Pulau Siberut dan Taman Nasional Kerinci Seblat yang
membentang hingga ke provinsi Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.
Terdapat juga beberapa cagar alam, yakni: Rimbo Panti, Lembah Anai,
Batang Palupuh, Lembah Harau, Beringin Sakti, dan Taman Raya Bung
Hatta.
7.Geografis
Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari
dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit
Barisan. Provinsi ini memiliki daratan seluas 42.297,30 km yang setara dengan 2,17% luas
Indonesia. Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupi
hutan lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia
sepanjang 2.420.357 km dengan luas perairan laut 186.580 km.[5] Kepulauan Mentawai
yang terletak di Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini.
Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim Sumatera Barat secara umum bersifat tropis
dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu antara 22,6 C sampai 31,5 C. Provinsi ini
juga dilalui oleh Garis khatulistiwa, tepatnya di Bonjol, Pasaman. Di provinsi ini berhulu
sejumlah sungai besar yang bermuara ke pantai timur Sumatera seperti Batang Hari, Siak,
Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), dan Kampar. Sementara
sungai-sungai yang bermuara ke pesisir barat adalah Batang Anai, Batang Arau, dan
Batang Tarusan.
Terdapat 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatera Barat, dengan
Gunung Kerinci di kabupaten Solok Selatan sebagai gunung tertinggi, yang mencapai
ketinggian 3.085 m. Selain Gunung Kerinci, Sumatera Barat juga memiliki gunung aktif
lainnya, seperti Gunung Marapi, Gunung Tandikat, dan Gunung Talang. Selain gunung,
Sumatera Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas adalah Singkarak di
kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar, disusul Maninjau di kabupaten Agam.
Dengan luas mencapai 130,1 km, Singkarak juga menjadi danau terluas kedua di
Sumatera dan kesebelas di Indonesia. Danau lainnya terdapat di kabupaten Solok yaitu
Danau Talang dan Danau Kembar (julukan dari Danau Diatas dan Danau Dibawah).
B. Sumatera Utara
1. Sejarah
Dengan diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia (R.I.) No. 10
Tahun 1948 pada tanggal 15 April 1948, ditetapkan bahwa Sumatera dibagi
menjadi tiga provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri yaitu: Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera
Tengah, dan Provinsi Sumatera Selatan. Tanggal 15 April 1948 selanjutnya
ditetapkan sebagai hari jadi Provinsi Sumatera Utara.
Pada awal tahun 1949, dilakukan kembali reorganisasi pemerintahan di
Sumatera. Dengan Keputusan Pemerintah Darurat R.I. Nomor 22/Pem/PDRI
pada tanggal 17 Mei 1949, jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan.
Selanjutnya dengan Ketetapan Pemerintah Darurat R.I. pada tanggal 17
Desember 1949, dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera
Timur. Kemudian, dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No. 5 Tahun 1950 pada tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan tersebut dicabut
dan dibentuk kembali Provinsi Sumatera Utara.
Dengan Undang-Undang R.I. No. 24 Tahun 1956 yang diundangkan pada
tanggal 7 Desember 1956, dibentuk Daerah Otonom Provinsi Aceh, sehingga
wilayah Provinsi Sumatera Utara sebahagian menjadi wilayah Provinsi Aceh
2. Geografi
Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1 - 4 Lintang Utara dan 98 -
100 Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km.
Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
Pesisir Timur
Pegunungan Bukit Barisan
Pesisir Barat
Kepulauan Nias
3. Batas wilayah
Utara : Provinsi Aceh dan Selat Malaka
Selatan : Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, dan Samudera
Indonesia
Barat : Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia
Timur : Selat Malaka
4. Iklim
Daerah ini beriklim tropis. Pada bulan Mei hingga September, curah
hujan ringan. Sedangkan Oktober hingga April, curah hujan relatif lebat
akibat intensitas udara yang lembap
C. Aceh
Aceh adalah sebuah provinsi di Indonesia. Aceh terletak di
ujung utara pulau Sumatera dan merupakan provinsi paling barat
di Indonesia. Ibu kotanya adalah Banda Aceh. Jumlah penduduk
provinsi ini sekitar 4.500.000 jiwa. Letaknya dekat dengan
Kepulauan Andaman dan Nikobar di India dan terpisahkan oleh
Laut Andaman. Aceh berbatasan dengan Teluk Benggala di
sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di
sebelah timur, dan Sumatera Utara di sebelah tenggara dan
selatan
Aceh adalah daratan yang paling dekat dengan episentrum
gempa bumi Samudra Hindia 2004. Setelah gempa, gelombang
tsunami menerjang sebagian besar pesisir barat provinsi ini.
Sekitar 170.000 orang tewas atau hilang akibat bencana tersebut.
[12] Bencana ini juga mendorong terciptanya perjanjian damai
antara pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM).
3. Agama
Sebagian besar penduduk di Aceh menganut agama Islam. Dari ke 13 suku
asli yang ada di Aceh hanya suku Nias yang tidak semuanya memeluk agama
Islam. Agama lain yang dianut oleh penduduk di Aceh adalah agama Kristen
yang dianut oleh pendatang suku Batak dan sebagian warga Tionghoa yang
kebanyakan bersuku Hakka. Sedangkan sebagian lainnya tetap menganut
agama Konghucu.
4. Seni dan Budaya
Aceh merupakan kawasan yang sangat kaya dengan seni budaya galibnya
wilayah Indonesia lainnya. Aceh mempunyai aneka seni budaya yang khas
seperti tari-tarian, dan budaya lainnya seperti:
Meuseukee Eungkot (sebuah tradisi di wilayah Aceh Barat)
Peusijuek (atau Tepung tawar dalam tradisi Melayu)
Sastra
Bustanussalatin
Hikayat Prang Sabi
Hikayat Malem Diwa
Legenda Amat Rhang Manyang
Legenda Putroe Neng
Legenda Magasang dan Magaseueng
1. Suku bangsa
Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan hasil sebagai
berikut: Aceh (50,32%), Jawa (15,87%), Gayo (11,46%), Alas (3,89%),
Singkil (2,55%), Simeulue (2,47%), Batak (2,26%), Minangkabau (1,09%),
lain-lain (10,09%)[21] Namun sensus tahun 2000 ini dilakukan ketika
Aceh dalam masa konflik sehingga cakupannya hanya menjangkau
kurang dari setengah populasi Aceh saat itu. Masalah paling serius dalam
pencacahan ditemui di kabupaten Aceh Timur dan Aceh Utara, dan tidak
ada data sama sekali yang dikumpulkan dari kabupaten Pidie. Ketiga
kabupaten ini merupakan kabupaten dengan mayoritas suku Aceh
2. Bahasa
Bahasa daerah yang paling banyak dipakai di Aceh adalah Aceh yang
dituturkan oleh etnis Aceh di sepanjang pesisir Aceh dan sebagian
pedalaman Aceh. Bahasa lain nya adalah Bahasa Gayo di Aceh bagian
tengah, Bahasa Alas di Aceh Tenggara, Bahasa Aneuk Jamee di Aceh
Selatan, Bahasa Singkil dan Bahasa Pakpak di Aceh Singkil, Bahasa Kluet
di Aceh Selatan, Bahasa Melayu Tamiang di Aceh Tamiang, Di Simeulue
bagian utara dijumpai Bahasa Sigulai dan Bahasa Lekon, sedangkan di
selatan simeulue di jumpai Bahasa Devayan, Bahasa Haloban
5. Rumah Tradisional
Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini
bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga
bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramo keu (serambi depan),
seuramo teungoh (serambi tengah) dan seuramo likt (serambi belakang).
Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).
6. Tarian
Provinsi Aceh yang memiliki setidaknya 10 suku bangsa, memiliki kekayaan
tari-tarian yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan. Beberapa tarian
yang terkenal di tingkat nasional dan bahkan dunia merupakan tarian yang
berasal dari Aceh, seperti Tari Rateb Meuseukat dan Tari Saman
7. Iklim
Sebagai wilayah yang berada tidak jauh dari garis khatulistiwa, iklim di
Aceh hampir seluruhnya tropis. Pada wilayah pesisir pantai suhu udara rata-
rata 26,9 C, suhu udara maksimum mencapai 32,5 C dan minimum 22,9 C.
Kelembaban relatif daerah ini berkisar antara 70 dan 80 persen. Antara bulan
Maret sampai Agustus Aceh mengalami fase musim kemarau, kondisi ini
dipengaruhi oleh massa udara benua Australia. Sementara musim hujan
berlangsung antara bulan September hingga Februari yang dihasilkan dari
massa udara daratan Asia dan Samudera Pasifik. Aceh memiliki curah hujan
yang bervariasi berkisar antara 1.500-2.500 mm per tahun
8. Geografi
Provinsi Aceh menempati wilayah ujung paling barat di pulau
Sumatera dan Negara Indonesia, dimana titik terluar Negara Kesatuan
Republik Indonesia terletak di Pulau Rondo, sementara itu kilometer Nol
Indonesia berada di pulau Weh. Secara geografis Aceh terletak antara 2 - 6
lintang utara dan 95 98 lintang selatan dengan ketinggian rata-rata 125
meter diatas permukaan laut. Batas batas wilayah Aceh, sebelah utara dan
timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan adalah satu-satunya
perbatasan darat dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah barat
dengan Samudra Hindia.[27]
Luas Provinsi Aceh 5.677.081 ha, dengan hutan sebagai lahan terluas
yang mencapai 2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553
ha. Sedangkan lahan industri mempunyai luas terkecil yaitu 3.928 ha.
Cakupan wilayah Aceh terdiri dari 119 pulau, 35 gunung dan 73 sungai
utama.[27]
9. Pariwisata
Kuburan Kerkhof
Masjid Raya Baiturrahman
Museum Aceh
Taman Putroe Phang
Kuburan Kerkhof
Danau Laut Tawar
Danau Aneuk Laot
Pantai Lhok Nga
Museum Tsunami Aceh
Guha Tujoh di Laweueng
D. Riau
Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah
pulau Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau
Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir Selat Melaka. Hingga tahun 2004,
provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok besar pulau-pulau
kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau Bintan) yang
terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura. Kepulauan
ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota
terbesar Riau adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai,
Selatpanjang, Bagansiapiapi, Bengkalis, Bangkinang, Tembilahan, dan Rengat.
Riau saat ini merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dan
sumber dayanya didominasi oleh sumber alam, terutama minyak bumi, gas
alam, karet, kelapa sawit dan perkebunan serat. Tetapi, penebangan hutan
yang merajalela telah mengurangi luas hutan secara signifikan, dari 78% pada
1982 menjadi hanya 33% pada 2005.[4] Rata-rata 160,000 hektare hutan habis
ditebang setiap tahun, meninggalkan 22%, atau 2,45 juta hektare pada tahun
2009.[5] Deforestasi dengan tujuan pembukaan kebun-kebun kelapa sawit dan
produksi kertas telah menyebabkan kabut asap yang sangat mengganggu di
provinsi ini selama bertahun-tahun, dan menjalar ke negara-negara tetangga
seperti Malaysia dan Singapura
1. Geografi
Luas wilayah provinsi Riau adalah 87.023,66 km, yang membentang
dari lereng Bukit Barisan hingga Selat Malaka. Riau memiliki iklim tropis
basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 milimeter per
tahun, serta rata-rata hujan per tahun sekitar 160 hari.
2. Sumber daya alam
Provinsi ini memiliki sumber daya alam, baik kekayaan yang
terkandung di perut bumi, berupa minyak bumi dan gas, serta emas,
maupun hasil hutan dan perkebunannya. Seiring dengan diberlakukannya
otonomi daerah, secara bertahap mulai diterapkan sistem bagi hasil atau
perimbangan keuangan antara pusat dengan daerah. Aturan baru ini
memberi batasan tegas mengenai kewajiban penanam modal, pemanfaatan
sumber daya, dan bagi hasil dengan lingkungan sekitar.
3. Kependudukan
Jumlah penduduk provinsi Riau berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Provinsi Riau tahun 2010 sebesar 5.543.031 jiwa. Kabupaten/Kota yang
memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Pekanbaru dengan
jumlah penduduk 903.902 jiwa, sedangkan Kabupaten/Kota dengan jumlah
penduduk terkecil adalah Kabupaten Kepulauan Meranti yakni sebesar
176.371 jiwa.
4. Suku Bangsa
Penduduk provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa.
Suku Melayu merupakan masyarakat terbesar dengan komposisi 37,74%
dari seluruh penduduk Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah
pesisir di Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke
Pelalawan, Siak, Inderagiri Hulu dan Inderagiri Hilir. Suku bangsa
lainnya yaitu Jawa (25,05%), Minangkabau (11,26%), Batak (7,31%),
Banjar (3,78%), Tionghoa (3,72%), dan Bugis (2,27%). Ada juga
masyarakat asli Riau bersuku rumpun Minangkabau terutama yang
berasal dari daerah Rokan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi, dan
sebagian Inderagiri Hulu. Juga masyarakat Mandailing di Rokan Hulu,
yang lebih mengaku sebagai Melayu daripada sebagai Minangkabau
ataupun Batak.
5. Bahasa
Bahasa pengantar masyarakat provinsi Riau pada umumnya
menggunakan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. Bahasa Melayu
umumnya digunakan di daerah-daerah pesisir seperti Rokan Hilir, Bengkalis,
Dumai, Pelalawan, Siak, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan di sekitar pulau-
pulau. Bahasa Minang secara luas juga digunakan oleh penduduk di provinsi
ini, terutama oleh para oleh penduduk asli di daerah Kampar, Kuantan
Singingi, dan Rokan Hulu yang berbudaya serumpun Minang serta para
pendatang asal Sumatera Barat. Selain itu Bahasa Hokkien juga masih banyak
digunakan di kalangan masyarakat Tionghoa, terutama yang bermukim di
Pekanbaru, Selatpanjang, Bengkalis, dan Bagansiapiapi[butuh rujukan].
Dalam skala yang cukup besar juga didapati penutur Bahasa Jawa yang
digunakan oleh keturunan para pendatang asal Jawa yang telah bermukim di
Riau sejak masa penjajahan dahulu, serta oleh para transmigran dari Pulau
Jawa pada masa setelah kemerdekaan.
6. Agama
Dilihat dari komposisi penduduk provinsi Riau yang penuh kemajemukan
dengan latar belakang sosial budaya, bahasa, dan agama yang berbeda, pada
dasarnya merupakan aset bagi daerah Riau sendiri. Agama-agama yang
dianut penduduk provinsi ini sangat beragam, di antaranya Islam, Kristen
Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu
C. Kepulauan Riau
Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Provinsi
Kepulauan Riau berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja di sebelah
utara; Malaysia dan provinsi Kalimantan Barat di timur; provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi di selatan; Negara Singapura,
Malaysia dan provinsi Riau di sebelah barat. Provinsi ini termasuk
provinsi kepulauan di Indonesia.
Secara keseluruhan wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 kabupaten, dan
2 kota, 47 kecamatan serta 274 kelurahan/desa dengan jumlah 2.408 pulau
besar, dan kecil yang 30% belum bernama, dan berpenduduk. Adapun luas
wilayahnya sebesar 252.601 km, sekitar 95% merupakan lautan, dan hanya
sekitar 5% daratan
Asal usul nama Kepulauan Riau berasal dari nama Riau. Riau diduga
berasal kata "riuh" yang berarti ramai. Hal ini dikarenakan daerah
Kepulauan Riau dahulunya merupakan pusat perdagangan dan
keramaian. Lalu nama ini berkembang dengan digunakannya nama Riau
pada nama Kesultanan Lingga. Pada masa kolonial, kata Riau diubah
menjadi Riouw.
1. bahasa
Bahasa Melayu Riau secara historis berasal dari perkembangan Bahasa

Melayu semenjak berabad-abad yang lalu. Bahasa Melayu sudah tersebar


keseluruh Nusantara, sehingga sudah dipahami oleh masyarakat, bahasa
ini sudah lama menjadi bahasa antar suku di Nusantara.
Bahasa Melayu Riau sudah dibina sedemikian rupa oleh Raja Ali Haji

dan kawan-kawannya[butuh rujukan], sehingga bahasa ini sudah


menjadi standar.
Bahasa Melayu Riau sudah banyak publikasi, berupa buku-buku sastra,

buku-buku sejarah, dan agama baik dari zaman Melayu klasik maupun
dari yang baru.
2. Seni dan budaya
a. Tarian
Tari Melayu di Kepulauan Riau yang berkembang di kabupaten, dan kota
antara lain: Tari Zapin, Tari Joget Dangong, Tari Jogi, Tari Melemang, Tari
Makyong, Tari Mendu, Tari Inai, Tari Dayung Sampan, Tari Topeng, Tari Lang-
Lang Buana, Tari Alu, Tari Ayam Sudur, Tari Boria, Tari Zikir Barat, Tari Rokana,
Tari Joget lambak, Tari Damnah, Tari Semah Kajang, Tari Dendang Dangkong, Tari
Sirih Lelat, Tari Tebus Kipas, Tari Sekapur Sirih, Tari Engku Puteri, Tari Mustika
Kencana, Tari Marhaban, Tari Menjunjung Duli, Tari Tandak Pengasih, Tari Ikan
Kekek, Tari Tarek Rawai, Tari Pasang Rokok, Tari Masri, Tari Betabik, Tari
Lenggang Cecak, Tari Laksemane Bentan, Joget Bebtan, Tari Joget Kak Long dari
Moro, Tari Joget Mak Dare, Tari Joget Makcik Normah di pulau Panjang Batam.
b. Seni teater
Teater Melayu yang berkembang di Provinsi Kepulauan Riau antara lain:
Teater Makyong di Kabupaten Bintan tepatnya di Pulau Mantang, Pulau Panjang,
Batam; Teater Mendu di Kabupaten Ranai tepatnya di Kecamatan Sedanau, dan
Ranai; Teater Lang-lang Buana di Kabupaten Natuna tepatnya di Ranai, dan
Wayang Bangsawan di Daik Lingga, Dabo Singkep, Pulau Penyengat.
Teater dari daerah lain yang berada di Provinsi Kepulauan Riau antara lain seperti:
Randai, Ketoprak, Wayang Orang, Dul Muluk, dan Manora. Semuanya
dikembangkan oleh masyarakat, dan suku lain yang berada di provinsi Kepulauan
Riau.
3. Batas wilayah
Utara Laut Tiongkok Selatan, Laut Natuna, Kamboja, Vietnam
Selatan Selat Berhala, Kepulauan Bangka Belitung
Barat Pulau Sumatera, Riau, Jambi, Malaysia Barat, Singapura
Timur Pulau Kalimantan, Kalimantan Barat, Malaysia Timur, Selat
Karimata
D. Jambi
Jambi (Jawi : )adalah sebuah Provinsi Indonesia yang terletak di
pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatera. Jambi adalah satu dari tiga
provinsi di Indonesia yang ibukotanya bernama sama dengan nama
provinsinya, selain Bengkulu dan Gorontalo. Dahulu Jambi merupakan
bagian dari kerajaan melayu yang berpusat sepanjang sungai batang hari
dengan pusat kerajaan di Dharmasraya Sumbar, sejarah mencatat peristiwa
ekspedisi pamalayu dari kerajaan Singosari dan penyerahan arca
amongshapasa yang didirikan dipusat kerajaan Melayu Dharmasraya
sekrang tersimpan di museum Nasional Jakarta, awalnya kata melayu
bukan merujuk etnis tetapi adalah nama kerjaan yakni Melayu (perbukitan)
yang didirikan etnis Minang, seiring waktu kata melayu berubah makna
merujuk kepada etnis atau suku yakni orang atau keturunan yang berasal
dari wilayah kerajaan melayu untuk merujuk tempat berasalnya Melayu
yaitu dari Kerajaan Malayu di Batang Hari Dharmasraya. Bahasa Melayu
Jambi sangat mirip dengan bahasa warga lokal Dharmasraya, termasuk
sama seperti Melayu Palembang dan Melayu Bengkulu, yaitu bahasa
Indonesia berdialek "o" pada akhiran kata.
1. Sejarah
Kota Jambi dibentuk sebagai pemerintah daerah otonom kotamadya berdasarkan
ketetapan Gubernur Sumatera nomor 103/1946, tanggal 17 Mei 1946. Kemudian ditingkatkan
menjadi kota besar berdasarkan Undang-undang nomor 9 tahun 1956 tentang pembentukan
daerah otonom kota besar dalam lingkungan daerah provinsi Sumatera Tengah.[1] Kemudian
kota Jambi resmi menjadi ibukota provinsi Jambi pada tanggal 6 Januari 1957 berdasarkan
Undang-undang nomor 61 tahun 1958.nPeta kota Jambi pada tahun 1886.
2. Geograf
Berdasarkan Undang-undang nomor 6 tahun 1986, luas wilayah administratif pemerintah
kota Jambi adalah 205.38 km, secara geomorfologis kota ini terletak di bagian barat
cekungan Sumatera bagian selatan yang disebut sub-cekungan Jambi, yang merupakan
dataran rendah di Sumatera bagian timur.
Dari topografinya, kota Jambi relatif datar dengan ketinggian 060 m di atas permukaan laut.
Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota, sedangkan daerah rawa terdapat di
sekitar aliran Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera dengan
panjang keseluruhan lebih kurang 1.700 km (11 km yang berada di wilayah kota Jambi
dengan lebar sungai 500 m), sungai ini berhulu pada Danau Di atas di provinsi Sumatera
Barat dan bermuara di pesisir timur Sumatera pada kawasan selat Berhala.
Kota Jambi beriklim tropis dengan suhu ratarata minimum berkisar antara 22,1-23,3 C dan
suhu maksimum antara 30,8-32,6 C, dengan kelembaban udara berkisar antara 82-87%.
Sementara curah hujan terjadi sepanjang tahun sebesar 2.296,1 mm/tahun (rata-rata 191,34
mm/bulan) dengan musim penghujan terjadi antara Oktober-Maret dengan rata-rata 20 hari
hujan/bulan, sedangkan musin kemarau terjadi antara April-September dengan rata-rata 16
hari hujan/bulan.[2]
3. Kependudukan
Kota Jambi merupakan kota dengan jumlah penduduk paling banyak di
provinsi Jambi, sekitar 17% dari keseluruhan populasi penduduk provinsi
Jambi.
E. Bengkulu

Bengkulu adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di


Kota Bengkulu. Provinsi ini terletak di bagian barat daya Pulau Sumatera.

1. Batas wilayah
Berikut merupakan batas wilayah Provinsi Bengkulu.

Utara Sumatera Barat


Selatan Lampung

Barat Samudra Hindia


Timur Jambi dan Sumatera Selatan
2. Seni dan budaya
Bengkulu memiliki kerajinan tradisional batik besurek, yakni kain batik
yang dihiasi huruf-huruf Arab gundul dan diakui oleh pemerintah Republik
Indonesia sebagi salah satu bagian warisan budaya Republik Indonesia serta
turut memperkaya khazanah budaya di Indonesia. Kebudayaan Bengkulu
memiliki beberapa ciri berbeda karena dipengaruhi oleh suku-suku berbeda
yakni kebudayaan suku Rejang, suku Serawai, dan suku Lembak. Budaya
tabut merupakan satu kultur unik yang memadukan tradisi lokal dengan
Islam Syiah secara kultural.
Tari-tarian tradisional dari Bengkulu antara lain:
Tari Tombak Kerbau

Tari Putri Gading Cempaka

Tari Pukek

Tari Andun

Seni musiknya adalah:

Geritan, cerita sambil berlagu.

Serambeak, seni yang berupa patatah-petitih.

Andei-andei, seni sastra yang berupa nasihat.

Sambei, seni vokal khas suku Rejang yang biasanya untuk pesta perkawinan
F. Sumatera Selatan
Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di
bagian selatan Pulau Sumatera. Provinsi ini beribukota di Palembang.
Secara geografis provinsi Sumatera Selatan berbatasan dengan provinsi
Jambi di utara, provinsi Kep. Bangka-Belitung di timur, provinsi Lampung
di selatan dan Provinsi Bengkulu di barat. Provinsi ini kaya akan sumber
daya alam,

1. Sejarah
Provinsi Sumatera Selatan sejak berabad yang lalu dikenal juga dengan
sebutan Bumi Sriwijaya pada abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi wilayah
ini merupakan pusat kerajaan Sriwijaya yang juga terkenal dengan kerajaan
maritim terbesar dan terkuat di Nusantara. Gaung dan pengaruhnya
bahkan sampai ke Madagaskar di Benua Afrika.

Sejak abad ke-13 sampai abad ke-14, wilayah ini berada di bawah
kekuasaan Majapahit. Selanjutnya wilayah ini pernah menjadi daerah tak
bertuan dan bersarangnya bajak laut dari Mancanegara terutama dari
negeri China.
2. Geografi
Provinsi Sumatera Selatan secara geografis terletak antara 1 derajat sampai
4 derajat Lintang Selatan dan 102 derajat sampai 106 derajat Bujur Timur
dengan luas daerah seluruhnya 87.017.41 km.
Batas batas wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut : sebelah
utara berbatasan dengan Provinsi Jambi, sebelah Selatan berbatasan dengan
Provinsi Lampung, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Bangka
Belitung, sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.
Secara administratif Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 13 (tigabelas)
Pemerintah Kabupaten dan 4 (empat) Pemerintah Kota, dengan palembang
sebagai ibukota provinsi. Pemerintah Kabupaten dan Kota membawahi
Pemerintah Kecamatan dan Desa / Kelurahan, Provinsi Sumatera Selatan
memiliki 13 Kabupaten, 4 Kotamadya, 212 Kecamatan, 354 Kelurahan, 2.589
Desa. Kabupaten Ogan Komering Ilir menjadi Kabupaten dengan luas
wilayah terbesar dengan luas 16.905,32 Ha, diikuti oleh Kabupaten Musi
Banyuasin dengan luas wilayah sebesar 14.477 Ha.
Berikut adalah jumlah penduduk Sumatera Selatan dari
tahun ke tahun :

Tahun 1971 1980 1990 2000 2003 2005 2010

Jumlah
2.930.83 3.975.9 5.492.9 6.210.8 6.503.9 6.782.3 7.450.3
pendud
0 04 93 00 18 39 94
uk
G. Bangka Belitung
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (disingkat Babel) adalah sebuah
provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka
dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P. Pongok, P.
Mendanau dan P. Selat Nasik, total pulau yang telah bernama berjumlah 470
buah dan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Bangka Belitung terletak di
bagian timur Pulau Sumatera, dekat dengan Provinsi Sumatera Selatan.
Bangka Belitung dikenal sebagai daerah penghasil timah, memiliki pantai
yang indah dan kerukunan antar etnis. Ibu kota provinsi ini ialah
Pangkalpinang. Pemerintahan provinsi ini disahkan pada tanggal 9 Februari
2001. Setelah dilantiknya Pj. Gubernur yakni H. Amur Muchasim, SH
(mantan Sekjen Depdagri) yang menandai dimulainya aktivitas roda
pemerintahan provinsi.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya adalah bagian dari
Sumatera Selatan, namun menjadi provinsi sendiri bersama Banten dan
Gorontalo pada tahun 2000. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didirikan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 Tentang Pembentukan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tanggal 21 November 2000 yang terdiri
dari Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung dan Kota Pangkalpinang. Pada
tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tanggal 23
Januari 2003 dilakukan pemekaran wilayah dengan penambahan 4
kabupaten yaitu Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan dan
Belitung Timur. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan
pemekaran wilayah dari Provinsi Sumatera Selatan.

H.Lampung
Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera,
Indonesia, Ibukotanya Lampung
terletak di Bandar Lampung. Provinsi ini memilki 2 Kota dan 13
Kabupaten. Kota yang dimaksud adalah Kota Bandar Lampung dan Kota
Metro. Disebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.
1. Geografi
Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km dan terletak di antara
10545'-10348' BT dan 345'-645' LS. Daerah ini di sebelah barat
berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa.
Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian
besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau
Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau
Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga
Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten
Lampung Barat.

Anda mungkin juga menyukai