Anda di halaman 1dari 35

TRAUMA KIMIA

PADA MATA

Efbri Chauresia
Dalitan
030.07.077
dr. I Gede Eka Y, Sp.M
PENDAHULUAN
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan
kedaruratan oftalmologi, dapat menyebabkan cedera
pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan
penglihatan
Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7
ataupun zat basa pH > 7 yang dapat menyebabkan
kerusakan struktur bola mata.
Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis,
volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat
penetrasi dari zat kimia tersebut.
Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di amerika
Serikat menerima pengobatan medis karena trauma
mata pada saat bekerja.
Laki-laki : perempuan = 4:1
Rata-rata umur 31 tahun
Anatomi Mata
Mata terdiri atas bola mata, rongga orbita, kelopak mata,
pembuluh darah dan sistem persarafan.
Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar
mata yang berwarna putih dan relatif kuat.

Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam


kelopak mata dan bagian luar sklera.

Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah,


merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior
serta membantu memfokuskan cahaya
1. Epitel
2. Membran Bowman
3. Lamina propria
4. Membran Descemet
5. Endotel
Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.

Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin,


menggantung di belakang kornea dan di depan lensa;
berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata
dengan cara merubah ukuran pupil.

Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung


diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu
memfokuskan cahaya ke retina.
Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di
bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan
pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang
membawa pesan visuil dari retina ke otak.
Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir
diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior
mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa
dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di
belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen
posterior mata).
Segmen Anterior
Mulai dari kornea sampai
iris

Segmen posterior
Mulai dari tepi lensa
bagian belakang sampai
retina
DEFINISI TRAUMA
KIMIA

Trauma yang mengenai bola


mata akibat terpaparnya
bahan kimia baik yang
bersifat asam atau basa
yang dapat merusak struktur
bola mata tersebut.
Trauma Kimia
!! Kedaruratan Oftalmologi !!
Di akibatkan zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa
pH > 7

Tingkat keparahan trauma tergantung:


- Jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, derajat
penetrasi dari zat kimia tersebut.

Dapat terjadi pada laboratorium, industri, pekerjaan yang


memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, peperangan
yang menggunakan bahan kimia, alat-alat rumah tangga
EPIDEMIOLOGI
WHO
Trauma berakibat
kebutaan unilateral
Trauma
sebanyak 19 juta asam :
orang, 2,3 juta basa =
penurunan visus
bilateral, 1,6 juta
1:1
kebutaan bilateral sampai
akibat cedera mata 1:4
(84% merupakan
trauma kimia).
United States Eye
Injury Registry
(USEIR)
80% Frekuensi di Amerika
pajanan Serikat mencapai 16
karena %, meningkat di
pekerjaa lokasi kerja
dibandingkan dengan
n
di rumah. Lebih
banyak pada laki-laki
(93 %) dengan umur
rata-rata 31 tahun
Etiologi
Bahan Bahan
Asam Basa

Asam Sulfat ( H2SO4 ) : air Amonia (NH3), pembersih


accu rumah tangga, pendingin,
pupuk
Asam sulfit (H2SO3) :
pengawet buah sayuran NaOH : bahan pembersih
pipa
Asam Asetat
( CH3COOH ) : asam cuka Potassium hydroxide (KOH),
caustic potash
Asam Hidrofluorik (HF) :
Magnesium Hydroxide
pemoles kaca
(Mg(OH)2), pada kembang
Asam klorida (HCL) : api
larutan pembersih 31-38%
Lime(Ca(OH)2), seperti pada
Chromik (Cr2O3) : Industri
perekat, mortar, semen dan
pelapisan krom kapur
Etiologi
Trauma Asam
ion hidrogen. Merusak permukaan okular dengan
mengubah pH.
anion dalam kornea. Merusak dengan cara denaturasi
protein, presipitasi dan koagulasi.
Koagulasi protein mencegah penetrasi yang lebih
lanjut dari zat asam tampilan ground glass dari
stroma korneal trauma asam lebih ringan daripada
basa.
Kecuali Asam hidroflorida! Bahan ini merupakan suatu
asam lemah yang dengan cepat menembus membran
sel.(seperti alkali)
PATOFISIOLOGI
Bahan kimia asam

Asam cenderung berikatan dengan protein

Menyebabkan koagulasi protein plasma

Koagulasi protein ini, sebagai barrier yang membatasi


penetrasi dan kerusakan lebih lanjut (Luka hanya terbatas
pada permukaan luar saja)

Asam masuk ke bilik mata depan menimbulkan iritis dan


katarak

Gangguan persepsi penglihatan


Gambar menunjukkan
koagulasi protein yang berlaku Gambar menunjukkan mata yang
pada mata akibat trauma asam, pada bagian konjungtiva bulbi
dan menimbulkan kekeruhan yang hiperemis dan pupil yang
pada kornea, dimana yang melebar karena peningkatan
nantinya akan cenderung untuk tekanan intraokular
masuk ke bilik depan mata dan
bisa menimbulkan katarak.
Pada saat mata terkena asam di tempat kejadian,
tindakan pertama yang harus diambil adalah dengan
irigasi bagian mata yang terkena dengan menggunakan
air keran yang mengalir atau menggunakan garam
fisiologis jika ada selama 15-30 menit
Trauma Basa
Lebih berat dari trauma asam
hidrofilik dan lipolifik, penetrasi cepat.
Terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan
kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses
safonifikasi, disertai dengan dehidrasi.

Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah


penetrasi lebih lanjut zat alkali
Patofisiologi
1. Kerusakan
Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai
gangguan dan oklusi pembuluh darah pada limbus.
Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi
dan konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan
kerusakan persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan
ulkus kornea bersih.
Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan
kerusakan dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi
kornea.
Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat
menyebabkan kerusakan iris dan lensa
Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang
dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.
Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.
2. Penyembuhan epitel kornea dan stroma
Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi
atau pergeseran dari sel-sel epitelial yang berasal dari
stem cell limbus
Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh
keratosit terjadi sintesis kolagen yang baru
Patofisiologi
Bahan kimia alkali

Pecah atau rusaknya sel jaringan dan Persabunan disertai disosiasi asam
lemak membran sel mempermudah penetrasi lebih lanjut

Mukopolisakarida jaringan menghilang & terjadi penggumpalan sel kornea

Serat kolagen kornea akan membengkak & kornea akan mati

Edema terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma, cenderung


disertai masuknya pemb.darah (Neovaskularisasi), membran sel basal epitel
kornea rusak

Dilepaskan plasminogen aktivator (sel epitel baru terbentuk) & kolagenase


(merusak kolagen kornea)

Terjadi gangguan penyembuhan epitel

Berkelanjutan menjadi ulkus kornea atau perforasi ke lapisan yang lebih dalam
Bila basa sudah masuk ke COA

gangguan fungsi badan siliar

Basa masuk ke vitreus sampai retina

Kebutaan
Klasifikasi Thoft
Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus
(prognosis sangat baik)
Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang
masih terlihat dan terdapat kurang dari 1/3 iskemik
limbus (prognosis baik)
Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut
dengan gambaran iris tidak jelas dan sudah terdapat
iskemik limbus (prognosis kurang)
Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih
dari limbus (prognosis sangat buruk)
Gambar Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat
2, (c) derajat 3, (d) derajat 4
Klasifikasi Hughes
Kategori Penemuan Klinis
Ringan Prognosis baik
Terdapat erosi epitel kornea
Kekeruhan yang ringan pada kornea
Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea
ataupun konjungtiva

Sedang Prognosis baik


Kornea keruh, sehingga sukar melihat iris
dan pupil secara terperinci
Terdapat nekrosis dan iskemi ringan pada
konjungtiva dan kornea

Berat Prognosis buruk


Akibat kekeruhan kornea, pupil tidak dapat
dilihat
Konjungtiva dan sklera pucat
Prognosis buruk
Akibat kekeruhan kornea, pupil tidak dapat dilihat
Konjungtiva dan sklera pucat
Diagnosa anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

Gejala Klinis : Pemeriksaan Penunjang:


- Epifora - Pemeriksaan PH
- Blefarospasme secara berkala.
(kelopak menutup - Lup atau slit lamp.
diluar kontrol) - Pemeriksaan
- Nyeri berat oftalmoskopi
- Penurunan - Pemeriksaan tonometri
penglihatan (nekrosis
superfisial kornea
Pemeriksaan Fisik :
- Irigasi terlebih dahulu.
Diagnosis Banding
Konjungtivitis
Konjugtivitis hemoragik akut
Keratokunjugtivitis sicca
Ulkus kornea
Penatalaksanaan
Emergency!
1. Irigasi
2. Double eversi pada kelopak mata
3. Debridemen
4. bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan
artificial tear (air mata buatan).
Medikamentosa
Steroid. steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering off
setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED
diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolon
IV 50-200 mg
Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan
sinekia posterior. Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan
2 kali sehari.
Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan
meningkatkan penyembuhan luka dengan membantu pembentukan
kolagen matur oleh fibroblas kornea. Natrium askorbat 10% topikal
diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai
dosis 2 gr.
Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk
menurunkan tekanan intra okular dan mengurangi resiko terjadinya
glaukoma sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid (diamox)
500 mg.
Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman
oportunis. Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase,
menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus.
Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin
100 mg).
Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea
dan menstabilkan barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat
aktivitas netrofil dan mengurangi respon inflamasi. Natrium sitrat
10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari. Tujuannya untuk
mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah trauma.
Pembedahan
Segera. Pembedahan yang sifatnya segera dibutuhkan
untuk revaskularisasi limbus, mengembalikan populasi
sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks.
Lanjut
Komplikasi
Simblefaron,.
Kornea keruh, edema, neovaskuler
Sindroma mata kering
Katarak traumatik.
Glaukoma sudut tertutup
Entropion dan phthisis bulbi
Prognosis
Ditentukan oleh bahan penyebab trauma tersebut.
Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan
konjungtiva merupakan salah satu indikator keparahan
trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang
paling luas pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva
memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling berat
pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran
cooked fish eye dimana prognosisnya adalah yang
paling buruk, dapat terjadi kebutaan.

Anda mungkin juga menyukai