Anda di halaman 1dari 34

REFERAT

MORBILI PADA ANAK

Oleh:
Siti handayani
Pengertian

Morbili penyakit infeksi akut,


menular yang ditandai dengan tiga
stadium yaitu stadium kataral,
stadium erupsi dan stadium
konvalesen
Epidemiologi
Berdasarkan Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT)di
Indonesia campak menduduki
tempat ke 5 dalam urutan
sepuluh macam penyakit utama
pada bayi (0,7%) dan tempat ke
5 dalam urutan 10 macam
penyakit utama pada anak usia
1-4 tahun (0,77%).
Amerika Serikat (1989-1991),
sebagian besar kasus terjadi pada
anak yang tidak mendapatkan
imunisasi, termasuk anak-anak di
bawah umur 15 bulan.

Afrika dan Asia, campak


menginfeksi sekitar 30 juta orang
setiap tahunnya dengan tingkat
kefatalan 900.000 kematian.
Berdasarkan data yang dilaporkan
ke WHO, pada tahun 2007, sekitar
1.141 kasus campak di Afganistan.

Pada tahun 2006, tercatat


sebanyak 735 kasus campak di
Myanmar
Etiologi
Virus campak merupakan
virus RNA
Famili paramyxoviridae
Genus Morbili virus
Bentuk bulat dengan tepi
yang kasar
Diameter sekitar140 nm,
Dibungkus oleh selubung
luar yang terdiri dari
lemak dan protein
Virus morbili tidak dapat bertahan lama
bila berada diluar tubuh manusia
Pada temperatur kamar 3-5 hari virus
kehilangan 60% sifat infektifitasnya, tetap
aktif minimal 34 jam
15 minggu di dalam pengawetan beku,
minimal 4 minggu dalam temperatur 35C,
beberapa hari pada suhu 0C
tidak aktif pada pH rendah
Patofisiologi

Penularan droplet melalui


udara
kontak dengan permukaan
epitel nasofaring atau
konjungtiva
1-2 hari sblm timbul gejala
sampai 4 hari setelah timbul
ruam
Droplet Epitel nasofaring/ Limfatik local, kelenjar
konjungtiva getah bening regional

Viremia primer

Multiplikasi virus pada


epitel saluran nafas
ditempat infeksi pertama
dan pada RES
Focus infeksi yang
berada disaluran nafas Pembuluh darah, Orofaring,
dan konjungtiva, saluran nafas,
konjungtivanekrosis kulit, kandung kemih ,usus
1-2 lapis
Batuk pilek, konjungtiva merah,
demam tinggi, anak tampak sakit
berat, tampak ulserasi kecil pada
mukosa pipi (bercak koplik)

Daya tahan tubuh menurun (respon


hypersensitivity terhadap antigen
virus) muncul ruam makulopapular
Manifestasi klinis
Stadium kataral (prodromal)
Berlangsung 4-5 hari disertai
panas,
malaise, batuk, fotofobia,
konjungtivitis koriza.
Stadium erupsi

Koriza dan batuk-batuk


bertambah.
Timbul enantema atau
titik merah dipalatum
durum dan palatum mole.
Kadang terlihat pula
bercak koplik.
Terjadinya eritema yang
berbentuk makulo papula
disertai naiknya suhu
tubuh
Mula-mula eritema timbul dibelakang
telinga, dibagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah.
Kadang terdapat perdarahan ringan
dikulit, rasa gatal, muka bengkak.
Ruam mencapai badan pada hari
ketiga dan akan menghilang dengan
urutan seperti terjadinya
Stadium konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan


bekas berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama
kelamaan akan hilang sendiri
Diagnosis

Anamnesis
Demam tinggi terus menerus 38,5 0C atau
lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan,
mata merah dan silau bila kena cahaya
(fotofobia), seringkali diikuti diare.
Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit,
suhu meningkat lebih tinggi dari semula.
Pada saat ini anak dapat mengalami kejang
demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare
bertambah parah sehingga anak mengalami
sesak nafas atau dehidrasi
Pemeriksaan fisik
Pada stadium kataral manifestasi yang
tampak adalah demam, tanda-tanda
nasofaringitis dan konjungtivitis.
Pada umumnya anak tampak lemah.
Pada pemeriksaan rongga mulut
ditemukan adanya bercak koplik.
Bercak koplik yaitu bercak putih keabu-
abuan yang dikelilingi daerah berwarna
merah.
Pada stadium erupsi timbul ruam (rash)
yang khas: ruam makulopapular yang
munculnya mulai dari belakang telinga,
mengikuti pertumbuhan rambut di dahi,
muka, dan kemudian seluruh tubuh.
Pemeriksaan penunjang
Darah tepi : jumlah leukosit normal atau
meningkat apabila ada komplikasi infeksi
bakteri
Pemeriksaan antibodi IgM dan IgG anti
morbili

Pemeriksaan untuk komplikasi :


Ensefalopati/ensefalitis : pemeriksaan
cairan serebrospinalis, kadar elektrolit dan
analisis gas darah
Enteritis : feses lengkap
Bronkopneumonia : dilakukan
pemeriksaan foto thorax dan analisis
gas darah

Diagnosis morbili ditegakkan


berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan fisik sedangkan
pemeriksaan laboratorium jarang
dilakukan
Diagnosis banding

Campak jerman.
Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik,
tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah
suboksipital, servikal bagian posterior,
belakang telinga.

Eksantema subitum.
Perbedaan dengan penyakit campak, ruam
akan timbul bila suhu badan menurun.
Infeksi
enterovirus
Ruam kulit cenderung kurang jelas
dibandingkan dengan campak. Sesuai
dengan derajat demam dan berat
penyakitnya.

Penyakit Riketsia
Disertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul
biasanya tidak mengenai wajah yang secara
khas terlihat pada penyakit campak.
Meningokoksemia
Disertai ruam kulit yang mirip dengan
campak, tetapi biasanya tidak dijumpai
batuk dan konjungtivits.

Ruam kulit akibat obat


Ruam kulit tidak disertai dengan batuk dan
umumnya ruam kulit timbul setelah ada
riwayat penyuntikan atau menelan obat.
Demam skarlantina.
Ruam kulit difus dan makulopapuler halus,
eritema yang menyatu dengan tekstur
seperti kulit angsa secara jelas terdapat
didaerah abdomen yang relatif mudah
dibedakan dengan campak
Komplikasi

Bronkopneumonia
Encephalitis
Subacute Slcerosing Panencephalitis
(SSPE)
Konjungtivitis
Otitis Media
Diare
Laringotrakeitis
Black measles
Prognosis

Prognosis baik pada anak dengan


keadaan umum yang baik, tetapi
prognosis buruk bila keadaan umum
buruk, anak yang sedang menderita
penyakit kronis atau bila terdapat
komplikasi
Penatalaksanaan

Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis:


istirahat, pemberian cairan yang cukup,
suplemen nutrisi
antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder
anti konvulsi apabila terjadi kejang
antipiretik bila demam,
vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan
hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak
usia >1 tahun
Pengobatan dengan
penyulit
Bronkopneumoni antibiotik ampisilin 100
mg/kgbb/hari dalam 4 dosis intravena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 75
mg/kgbb/hari intravena dalam 4 dosis

EnteritisPada keadaan berat anak mudah


terjatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan
intravena dapat dipertimbangkan apabila
terdapat enteritis ditambah dengan dehidrasi
Pencegahan
Pencegahan Tingkat Pertama
Memberi penyuluhan kepada masyarakat
mengenai pentingnya pelaksanaan
imunisasi campak untuk semua bayi.
Imunisasi dengan virus campak hidup yang
dilemahkan, yang diberikan pada semua
anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan
karena dapat melindungi sampai jangka
waktu 4-5 tahun.
Pencegahan tingkat dua
Menentukan diagnosis campak dengan
benar baik melalui pemeriksaan fisik atau
darah.
Mencegah perluasan infeksi
Pengobatan simtomatik diberikan untuk
mengurangi keluhan penderita
Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi
protein
Pencegahan tingkat
ketiga
Penanganan akibat lanjutan dari
komplikasi campak.
Pemberian vitamin A dosis tinggi
karena cadangan vitamin A akan turun
secara cepat terutama pada anak
kurang gizi yang akan menurunkan
imunitas
Jadwal imunisasi
Kesimpulan
Morbili adalah penyakit infeksi akut,
menular yang ditandai dengan tiga
stadium yaitu stadium kataral, stadium
erupsi dan stadium konvalesen
Morbili dapat ditularkan droplet melalui
udara
Pasien morbili tanpa penyulit dapat
berobat jalan, cukup cairan dan kalori,
sedangkan pengobatan bersifat
simptomatik
Imunisasi morbili di Indonesia termasuk
Imunisasi dasar yang wajib diberikan
terhadap anak usia 9 bulan yang
DAFTAR PUSTAKA
PhillipsC.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C.
(eds) Nelson Textbook of Pediatrics. 12th edition. Japan.
Igaku-Shoin/Saunders. p.743
T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik
pada Anak. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90
Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S.
Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
Hal. 125
Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry,
Demmler, Kaplan (eds) Textbook of Pediatrics Infectious
Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. p.2283
2298
Alan R. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik Penyakit
Eksantema Akut dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk.
(ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit
Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 113
Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak.
Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk. (ed) Buku Imunisasi di
Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Hal. 105
Sumarmo S. Purwo Sudarmo, Herry Garma, Sri
Rejeki S. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari. 2012.
Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi 3. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI
Rusepto Hasan, Husein Alatas. 2007. Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: infomedika
Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman. 2010.
Nelson Esensi Pediatri. Edisi 4. Jakarta: EGC
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai