2426 - Kebijakan Finansial Dan Fiskal

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 40

Kebijakan Finansial dan

Fiskal
Pengertian
Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan
ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi
lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan
kebijakan moneter untuk mengatur
jumlah uang beredar, namun kebijakan
fiskal lebih mekankan pada pengaturan
pendapatan dan belanja pemerintah.
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan
yang ditempuh oleh pemerintah untuk
membelanjakan dananya tersebut dalam rangka
melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain,
kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah yang
berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran
Negara. Dari semua unsure APBN hanya
pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara
dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan
kebijakan fiscal. Contoh kebijakan fiscal adalah apabila
perekonomian nasional mengalami inflasi,pemerintah
dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat
dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau
menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara
demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.
Tujuan
Tujuan kebijakan fiscal adalah untuk
mempengaruhi jalannya perekonomian.
Hal ini dilakukan dengan jalan
memperbesar dan memperkecil
pengeluaran komsumsi pemerintah (G),
jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah
pajak (Tx) yang diterima pemerintah
sehingga dapat mempengaruhi tingkat
pendapatn nasional (Y) dan tingkat
kesempatan kerja (N).
Tujuan utama kebijakan fiskal ialah
untuk mencegah pengangguran dan
menstabilkan harga.
Implementasinya untuk
menggerakkan Pos penerimaan dan
pengeluaran dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
Dengan semakin kompleksnya struktur
ekonomi perdagangan dan keuangan, maka
semakin rumit pula cara penanggulangan
inflasi. Kombinasi beragam harus digunakan
secara tepat, seperti kebijakan fiskal,
kebijakan moneter, perdagangan dan
penentuan harga.Dalam kebijakan fiskal,
inflasi dikendalikan dengan surplus
anggaran, sedangkan dalam kerangka
kebijakan moneter, inflasi dikendalikan
dengan tingkat bunga dan cadangan wajib.
Piranti kebijakan yang perlu
dipersiapkan
1. Pajak untuk sektor swasta
2. Pinjaman pada masyarkat
3. Pengeluaran Pemerintah untuk
pengendalian pengangguran
Permasalahan yang mungkin
muncul dalam kebijakan fisKal
1. Bagaimana meningkatkan
kemampuan perpajakan (Taxable
Capacity)
2. Bagaimana membuat seimbang
komposisi pajak
3. Bagaimana merancang pajak-
pajak khusus
Macam-macam Kebijakan
Fiskal
Functional finance : Pembiayaan pemerintah
yang bersifat fungsional
The managed budget approach : Pendekatan
pengelolaan Anggaran
The stabilizing budget : Stabilisasi anggaran
yang otomatis, apabila model ini gagal, maka
pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya
seperti dengan menaikkan gaji PNS atau subsidi
Balance budget approach : Pendekatan Anggaran
Belanja berimbang, namun bila terlambat
penyesuaian (Perubahan Anggaran Keuangan),
maka kepercayaan masyarakat akan hilang.
nstrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan
dan pengeluaran pemerintah yang
berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi
pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang
berlaku akan berpengaruh pada ekonomi.
Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya
beli masyarakat akan meningkat dan industri
akan dapat meningkatkan jumlah output.
Dan sebaliknya kenaikan pajak akan
menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum.
Perubahan dalam tingkat dan komposisi pajak dan
pengeluaran pemerintah dapat berdampak pada variabel-
variabel berikut dalam perekonomian:

Aggregate demand and the level of


economic activity ( Permintaan agregat
dan tingkat kegiatan ekonomi ) The
pattern of resource allocation (Pola
alokasi sumber daya) The distribution of
income (Distribusi pendapatan) Kebijakan
fiskal mengacu pada efek keseluruhan
hasil anggaran pada kegiatan ekonomi.
Sikap yang tiga kemungkinan kebijakan
fiskal yang netral, ekspansif, dan
kontraktif:
Sikap
Sebuah sikap netral menyiratkan kebijakan fiskal anggaran
berimbang di mana G = T (Pemerintah pengeluaran = Pajak
pendapatan). Pengeluaran pemerintah sepenuhnya didanai oleh
penerimaan pajak dan hasil keseluruhan anggaran memiliki efek
netral pada tingkat kegiatan ekonomi. Sikap ekspansif kebijakan
fiskal bersih melibatkan peningkatan pengeluaran pemerintah (G>
t) melalui pengeluaran pemerintah meningkat, penurunan
pendapatan pajak, atau kombinasi dari keduanya. Hal ini akan
mengakibatkan defisit anggaran yang lebih besar atau lebih kecil
daripada surplus anggaran pemerintah sebelumnya, atau defisit
jika sebelumnya pemerintah memiliki anggaran berimbang. .
Ekspansioner kebijakan fiskal biasanya berhubungan dengan defisit
anggaran. Sebuah kontraktif kebijakan fiskal (G <T) terjadi ketika
bersih dikurangi pengeluaran pemerintah baik melalui pendapatan
pajak yang lebih tinggi, mengurangi pengeluaran pemerintah, atau
kombinasi dari keduanya. Hal ini akan mengakibatkan defisit
anggaran yang lebih rendah atau surplus yang lebih besar daripada
pemerintah sebelumnya, atau surplus jika sebelumnya pemerintah
memiliki anggaran berimbang.. Kontraktif kebijakan fiskal biasanya
berhubungan dengan surplus.
KEBIJAKAN FINANSIAL ATAU
MONETER
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam
mengendalikan keadaan ekonomi makro agar
dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan
melalui pengaturan jumlah uang yang beredar
dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan
agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta
terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Kebijakan moneter adalah proses di mana
pemerintah, bank sentral, atau otoritas
moneter suatu negara kontrol suplai (i) uang,
(ii) ketersediaan uang, dan (iii) biaya uang atau
suku bunga untuk mencapai menetapkan
tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi.
Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan
antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian,
yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan
pasokan total uang. Kebijakan moneter
menggunakan berbagai alat untuk mengontrol
salah satu atau kedua, untuk mempengaruhi hasil
seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar
dengan mata uang lainnya dan pengangguran.
Dimana mata uang adalah di bawah monopoli
penerbitan, atau dimana ada sistem diatur
menerbitkan mata uang melalui bank-bank yang
terkait dengan bank sentral, otoritas moneter
memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah
uang beredar dan dengan demikian mempengaruhi
tingkat suku bunga (untuk mencapai kebijakan gol).
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada
masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary
Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam
rangka menambah jumlah uang yang edar
Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary
Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam
rangka mengurangi jumlah uang yang edar.
Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight
money policu)
Tujuan Kebijakan
Moneter
a. Menjaga Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi akan tercapai apabila
tercipta keadaan ekonomi yang stabil,
untuk mewujudkan hal ini maka harus
terwujud arus perputaran barang dan
arus perputaran uang yang berjalan
secara seimbang dan terkendali. Dengan
demikian perlu adanya pengatyuran
jumlah uang yang beredar sesuai dengan
kebutuhan oleh bank sentral.
b. Menjaga Kestabilan Harga
Jumlah uang yang beredar di masyarakat
sangat mempengaruhi tingkat harga-harga
yang berlaku. Dengan adanya pengaturan
jumlah uang yang beredar oleh bank
sentral, maka tingkat harga dari waktu ke
waktu relatif akan terkendali. Jika keadaan
harga stabil, masyarakat akan percaya
bahwa membeli barang sekarang akan
sama dengan membeli barang pada masa
yang akan datang.
c. Meningkatkan Kesempatan Kerja
Stabilitas ekonomi yang baik akan
mendorong peningkatan jumlah investor
untuk mengembangkan investasi-
investasi baru, yang akan membuka
lapangan kerja baru sehingga terjadi
peningkatan kesempatan kerja. Stabilitas
ekonomi tercapai apabila pengaturan
jumlah uang yang beredar dapat
dikendalikan dengan baik oleh bank
sentral.
d. Memperbaiki Nereca Perdagangan dan
Neraca Pembayaran
Melalui kebijakan moneter, pemerintah dapat
memperbaiki neraca perdagangan luar negeri
menjadi surplus (ekspor lebih besar daripada
impor) atau minimal berimbang. Bentuk
kebijakan moneter pada permasalahan ini
seperti pemerintah melakukan devaluasi
(menurunkan nilai mata uang dalam negeri
terhadap mata uang asing). Dengan adanya
devaluasi, diharapkan nilai ekspor kita
meningkat dan berpengaruh pada neraca
perdagangan dan neraca pembayaran ke arah
yang lebih baik.
Macam-macam Kebijakan
Moneter
a. Politik Diskonto
adalah satu kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral
dengan menambah atau mengurangi jumlah uang dengan
cara menaikan atau menurunkan tingkat suku bunga. Jika
bank sentral menaikan suku bunga diharapkan masyarakat
tertarik untuk menyimpan uang di bank dengan demikian
jumlahuang yang beredar berkurang. Selain itu kenaikan
suku bunga tabungan akan meningkat suku bunga kredit,
dengan naiknya suku bunga kredit orang akan enggan untuk
mengajukan kredit. Jika suku bunga turun, tentu keadaannya
mencerminkan keadaan bahwa di masyarakat jumlah uang
harus ditambah. Dengan bunga yang rendah masyarakat
tidak tertarik untuk menabung dan suku bunga kredit akan
turun dan mengakibatkan masyarakat banyak tertarik untuk
mengajukan pinjaman ke bank. Dengan demikian jumlah
uang yang beredar di masyarakat bertambah. Penurunan
suku bunga biasanya dilakukan pada saat perekonomian
mengalami kelesuan (resesi).
b. Politik Pasar Terbuka (Open Market Policy)
adalah salah satu kebijakan politik yang dilakukan
oleh bank sentral dengan menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
menjual atau membeli surat-surat berharga. Jika bank
sentral menjual surat berharga SBI (Sertifikat Bank
Indonesia) tujuannya adalah untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar. Dengan menjual SBI uang
dari masyarakat akan tertarik masuk ke bank
sehingga diharapkan jumlah uang beredar berkurang.
SBI hanya dijual oleh bank sentral. Jika bank sentral
melakukan pembelian surat-surat berharga (Saham,
Obligasi dan surat berharga lainnya) berarti bank
sentral sedang melakukan penambahan jumlah uang
yang beredar di masyarakat.
c. Kebijakan Cadangan Kas (Cash Ratio)
Kebijakan cadangan kas adalah kebijakan bank sentral
untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan cara menaikan atau menurunkan
cadangan minimum yang harus dipenuhi oleh bank
umum, dalam mengedarkan atau memberikan kredit
kepada masyarakat.Jika bank sentral menaikkan
cadangan kas berarti bank sentral ingin mengurangi
jumlah uang beredar. Hal ini terjadi karena dengan
naiknya cadangan kas berarti bank umum harus lebih
banyak menahan uang tunai untuk tidak diedarkan.
Jika bank sentral menurunkan cadangan kas, berarti
bank sentral ingin menambah jumlah uang yang
beredar. Dalam hal ini bank-bank umum diberi
kesempatan untuk dapat mengedarkan uang lebih
banyak.
d. Kebijakan Kredit Selektif
Kebijakan kredit selektif adalah
kebijakan pengetahuan jumlah uang
yang beredar. Kredit selektif ini
dilakukan dengan cara menentukan
syarat-syarat kredit yang dikenal
dengan 5C. Anda masih ingat dengan
syarat kredit tersebut?
Apakah hubungan antara
kebijakan finansial dan
fiskal dengan APBN?
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara Indonesia
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan
terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari -
31 Desember). APBN, perubahan APBN,
dan pertanggungjawaban APBN setiap
tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Macam-macam Kebijakan Fiskal/Anggaran Jika
ditinjau dari sisi teori, ada tiga macam kebijakan
anggaran yaitu:
Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional
(functional finance), adalah kebijakan yang mengatur
pengeluaran pemerintah dengan melihat berbagai
akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional
dan bertujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja.
Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget
approach), adalah kebijakan untuk mengatur
pengeluaran pemerintah, perpajakan, dan pinjaman
untuk mencapai stabilitas ekonomi yang mantap.
Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis (the
stabilizing budget), adalah kebijakan yang mengatur
pengeluaran pemerintah dengan melihat besarnya
biaya dan manfaat dari berbagai program. Tujuan
kebijakan ini adalah agar terjadi penghematan dalam
pengeluaran pemerintah.
dilihat dari perbandingan jumlah penerimaan
dengan jumlah pengeluaran, kebijakan
fiskal/anggaran dapat dibedakan menjadi empat
jenis. sebagai berikut :
a. Kebijakan Anggaran Seimbang
Kebijakan anggaran seimbang, adalah kebijakan
anggaran yang menyusun pengeluaran sama besar
dengan penerimaan. Ini berarti jumlah pengeluaran yang
disusun pemerintah tidak boleh melebihi jumlah
penerimaan yang didapat. Sehingga negara tidak perlu
berhutang, baik berhutang dari dalam negeri maupun ke
luar negeri. Dalam masa depresi (kelesuan ekonomi),
sebaiknya negara tidak menggunakan kebijakan
anggaran seimbang karena bisa memperburuk keadaan
ekonomi. Pada masa depresi penerimaan negara sangat
rendah sehingga negara perlu mendapat pinjaman untuk
memperbaiki perekonomian. Dengan demikian, negara
tidak bisa melakukan kebijakan anggaran seimbang.
Adapun kebijakan anggaran yang tepat digunakan pada
masa depresi adalah kebijakan anggaran defisit.
a. Kebijakan Anggaran Seimbang
Kebijakan anggaran seimbang, adalah kebijakan
anggaran yang menyusun pengeluaran sama besar
dengan penerimaan. Ini berarti jumlah pengeluaran yang
disusun pemerintah tidak boleh melebihi jumlah
penerimaan yang didapat. Sehingga negara tidak perlu
berhutang, baik berhutang dari dalam negeri maupun ke
luar negeri. Dalam masa depresi (kelesuan ekonomi),
sebaiknya negara tidak menggunakan kebijakan
anggaran seimbang karena bisa memperburuk keadaan
ekonomi. Pada masa depresi penerimaan negara sangat
rendah sehingga negara perlu mendapat pinjaman untuk
memperbaiki perekonomian. Dengan demikian, negara
tidak bisa melakukan kebijakan anggaran seimbang.
Adapun kebijakan anggaran yang tepat digunakan pada
masa depresi adalah kebijakan anggaran defisit.
c. Kebijakan Anggaran Surplus
Kebijakan anggaran surplus, yaitu kebijakan
anggaran dengan cara menyusun pengeluaran
lebih kecil dari penerimaan. Kebijakan ini
umumnya dilakukan pemerintah untuk mencegah
inflasi (kenaikan harga akibat terlalu banyak
jumlah uang yang beredar). Dengan memperkecil
jumlah pengeluaran (belanja), diharapkan jumlah
permintaan terhadap barang dan jasa tidak
meningkat. Jika permintaan terhadap barang dan
jasa tidak meningkat, maka harga barang dan jasa
juga tidak akan naik, ini berarti inflasi bisa
dicegah.
d. Kebijakan Anggaran Dinamis
Kebijakan anggaran dinamis, yaitu kebijakan
anggaran dengan cara terus menambah jumlah
penerimaan dan pengeluaran sehingga semakin
lama semakin besar (tidak statis). Anggaran yang
dinamis diperlukan karena semakin hari semakin
banyak kegiatan rutin dan kegiatan pembangunan
yang harus dibiayai negara, yang membutuhkan
dana lebih besar.
Penyusunan APBN digunakan sebagai penentu
kebijakan fiskal suatu negara, sebagai alat untuk
mempengaruhi peningkatan pendapatan nasional.
Pokok-Pokok Kebijakan
Fiskal
Pokok-pokok kebijakan fiskal dalam
APBN dapat diperinci berdasarkan
arah kebijakan dan strategi
kebijakan.
Arah Kebijakan Fiskal dalam
APBN
1. Kebijakan fiskal dalam APBN diarahkan
untuk dapat membiayai pengeluaran
dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan negara yang efektif namun
tetap efisien dan bebas dari pemborosan
maupun korupsi.
2. Kebijakan fiskal diarahkan untuk dapat
turut serta dalam memelihara dan
memantapkan stabilitas perekonomian,
dan berperan sebagai pendorong
pertumbuhan ekonomi.
3. Kebijakan fiskal diarahkan untuk dapat mengatasi
masalah-masalah mendasar yang menjadi prioritas
pembangunan, yaitu: penanggulangan kemiskinan,
peningkatan kesempatan kerja, investasi, dan
ekspor,revitalisasi pertanian dan pembangunan
perdesaan, peningkatan kualitas dan aksesibilitas
terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan;.
4. Kebijakan fiskal diarahkan untuk mendukung
keberlanjutan proses konsolidasi desentralisasi
fiskal dalam rangka penyelenggaraan otonomi
daerah dengan tujuan antara lain untuk
mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan
daerah, serta antardaerah, dan mengurangi
kesenjangan pelayanan publik antardaerah.
Strategi Kebijakan Fiskal dalam
APBN
1. Meningkatkan konsolidasi fiskal untuk
mempertahankan kesinambungan
fiskal (fiscal sustainability).
2. Mengupayakan penurunan beban
utang, pembiayaan yang efisien, dan
menjaga kredibilitas pasar modal.
3. Menurunkan defisit anggaran
terhadap PDB.
4. Meningkatkan penerimaan negara yang
bersumber dari pajak dan penerimaan
negara bukan pajak (PNBP).
5. Mengendalikan dan meningkatkan
efisiensi belanja negara.
6. Memberikan stimulus guna mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

7. Melanjutkan reformasi administrasi
perpajakan, kepabeanan, dan cukai.
8. Mempertajam prioritas alokasi
anggaran belanja pemerintah pusat.
9. Mengalokasikan alokasi anggaran
belanja ke daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku.
10.Mengoptimalkan kebijakan
pembiayaan defisit anggaran dengan
biaya dan tingkat risiko yang rendah.
a. Tujuan Kebijakan
Fiskal/Anggaran
1. untuk menciptakan stabilitas
ekonomi;
2. untuk menciptakan lapangan kerja
3. untuk menciptakan pertumbuhan
ekonomi tinggi
4. untuk menciptakan keadilan dalam
mendistribusikan pendapatan
5. mengatasi inflasi
6. mengatasi pengangguran
7. menciptakan pertumbuhan ekonomi.
8. Untuk meningkatkan produksi
nasional (PDB) dan pertumbuhan
ekonomi.
9. Untuk memperluas lapangan kerja
dan mengurangi pengangguran.
10. Untuk menstabilkan harga-harga
barang, khususnya mengatasi inflasi
b. Kebijakan finansial atau
moneter
1. Menyelenggarakan dan mengatur
peredaran uang.
2. Menjaga dan memelihara
kestabilan nilai uang rupiah, baik
untuk dalam negeri maupun untuk lalu
lintas pembayaran luar negeri.
3. Memperluas, memperlancar dan
mengatur lalu lintas pembayaran uang
giral.
4. Mencegah terjadinya inflasi
(kenaikan harga barang secara
umum).
5. Menjaga Stabilitas Ekonomi
6. Menjaga Kestabilitasan Harga
7. Meningkatan Kesempatan Kerja
8. Memperbaiki Neraca Perdagangan
dan Neraca Pembayaran

Anda mungkin juga menyukai