Stanislaus Limausin, seorang farmasis Perancis mengembangkan kontener untuk penyimpanan larutan
steril, dan menamakannya ampoule (ampul). Kontener gelas tersebut mempunyai leher panjang yang
ujungnya terbuka.
Ehrlich berhasil mensintesis arsfenamin dan hal ini secara dramatis memacu perkembangan terapi
Abad parenteral.
ke-20 Reaksi piretik (kenaikan suhu tubuh) berlanjut dan terkait dengan pemberian obat secara parenteral
Florence Seibert membuktikan bahwa sumber rekasi piretik berasal dari air yang digunakan untuk
pembuatan larutan, Karena air tidak di destilasi dan disimpan secara biak serta engandung pirogen yang
Th. merupakan hasil metabolism mikroorganisme
1923 Zat ini yang merupakan penyebab reaksi demam pada pasien yang menerima injeksi secara parenteral.
Monografi resmi pertama dari larutan injeksi tampil dalam monografi National Formulary V (NF V) Amerika
Th. dengan judul ampuls
1926
PERKEMBANGAN KEMASAN
SEDIAAN PARENTERAL
Dalam perkembangan terapi parenteral, terjadi perubahan dalam 2 hal.
Yaitu pada kemasan sediaan parenteral dan cara pemberian sediaan
parenteral
Perubahan kemasan yang terjadi yaitu penggunaan penutup karet pada
vial gelas. Karena penutup karet dapat ditembus oleh jarum secara
berulang, sesudah itu dapat menutup kembali. Maka berkembanglah
penutup karet untuk vial
Untuk beberapa obat dengan dosis tetap, berkembang tipe kemasan
cartridge yang terdiri dari tabung gelas yang mengandung sediaan steril
dan kedua ujungnya ditutup dengan penutup karet.
PENGEMBANGAN RUTE PEMBERIAN
1. Sediaan harus diberikan oleh personal terlatih (dokter, mantri, perawat, bidan
2. Membutuhkan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan pemberian obat
menurut rute lain
3. Pemberian obat secara parenteral secara ketat mengikuti ketentuan/prosedur
aseptic, dan kadang kadang rasa nyeri yang timbul pada pemberian obat
secara parenteral tidak dapat dihindarkan
4. Begitu obat sudah diberikan secara parenteral, sulit untuk
membalikkan/mengurangi efek fisiologinya
5. Karena persyaratan manufaktur dan pengemasan, sediaan parenteral lebih
mahal harganya dibandingkan dengan sediaan yang diberikan menurut rute lain
Bentuk Sediaan Parenteral
Sediaan
Sediaan Sediaan parenteral
parenteral Vol. parenteral Vol. berbentuk
Kecil (Svp) Besar (Lvp) serbuk untuk
direkonstitusi
1. SEDIAAN PARENTERAL VOL. KECIL
(SPV)
Termasuk kategori ini adalah ampul 1 mL, 3 mL, 5 mL, dan 20 mL serta
vial 2 mL, 5 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL, dan 30 mL.
Sediaan ini dapat digunakan untuk penyuntikan secara intramuscular,
intravena, intradermal, subkutan, intraspinal, dan intrasisternal atau
intratekal
2. SEDIAAN PARENTERAL VOL. BESAR
(LPV)
Kontener (kemasan) yang berisi larutan injeksi dengan volume 100 mL atau
lebih dinamakan sebagai volume besar, dan biasanya digunakan melalui rute
intravena
Larutan yang saat ini dipasarkan termasuk dalam 2 kategori, yaitu elektrolit
dan nonelektrolit. Contoh larutan elektrolit larutan natrium klorida dan
kalium klorida, sedangkan larutan dektrosa dan manitorl adalah contoh
larutan nonelektrolit
Larutan intravena untuk penggunaan khusus yang biasa digunakan,
diantaranya, larutan dialysis peritonial, larutan antikoagulan sitrat dektrosa,
cairan irigasi glisin dan metronidazole dalam injeksi dektrosa, dan lain lain.
Larutan parenteral volume besar, biasanya tersedian dalam kontener dengan
volume 500 mL atau 1000 mL
3. SEDIAAN PARENTERAL BENTUK SERBUK
Sediaan ini dapat didefinisikan sebagai produk kering, melarut atau tidak
melarut (bentuk suspensi), untuk dikombinasikan dengan suatu pelarut
atau pembawa sebelum digunakan.
Biasanya tersedia di dalam vial, contohnya injeksi penisilin, ampicillin,
amoksisilin, streptomisin, dan lain sebagainya.
PENETAPAN VOL. INJEKSI DALAM
WADAH
Setiap kontener wadah tunggal mengandung suatu volume injeksi berlebih. Kelebihan volume
dinyatakan secara spesifik pada table berikut sehingga memungkinkan untuk mengeluarkan
sejumlah volume sesuai dengan label.
Volume yang dianjurkan
Volume tertera dalam
penandaan Untuk cairan encer Untuk cairan kental
Vol. rata-rata ditentukan dari 10 kontener takaran tunggal, tidak boleh menyimpang lebih dari
5% dari persyaratan yang diuraikan di atas dan tidak boleh lebih dari satu kontener dosis
tunggal yang menyimpang lebih dari dari 10% dari persyaratan yang dinyatakan
Untuk dapat mengeluarkan volume dalam dosis tertentu dari kontener dengan dosis multiple
(ganda), maka kontener haruslah mengandung jumlah volume berlebih sehingga
memungkinkan untuk mengeluarkan volume sesuai dengan dosis yang telah ditentukan
PENGAWET YANG DIGUNAKAN
DALAM FORMULASI INJEKSI
Pengawet yang lazim digunakan dalam formulasi sediaan parenteral
dapat dilihat pada table berikut:
No Nama Pengawet Konsntrasi yang Stabilitas dan Inkompatibilitas
. lazim
1. Benzil alcohol 1% - 2% Agen bakteriostatika menunjukkan
kerja anastetika lemah
2. Klorobutol 0,2% - 0,5% Sifat antibakteri dan germisidal
efektif terhadap Pseudomonas
aeruginosa
3. Klorkresol 0,1% - 0,2% Volatil pada 100 C
4. Fenil etilalkohol 0,25% - 0,5% Lebih aktuf thd baketeri gram
negatif , volatile, sensitive thd
cahaya dan agen pengoksidasi
5. Fenol 0,5% Bakteriostatika, bakterisidal, dan
fungisidal
6. Fenil merkurinitrat 0,001% - 0,002% Bekerja lambat dan toksik
METODE MANUFAKTUR
Injeksi adalah larutan steril dan bebas pirogen, biasanya berbetuk larutan atau suspense
yang akan diberikan secara parenteral. Larutan atau suspense obat untuk injeksi pada
umumnya dibuat menurut cara umum yang sama dengan sediaan cair atau suspense
oral, hanya ada beberapa perbedaan yaitu:
1. Pelarut/[embawa harus memenuhi persyaratan kemurnian khusus dan standar
lainnya, sehingga terjamin keamanan pada saat disuntikkan
2. Penggunaan bahan tambahan, seperti dapar, penstabil, dan pengawet antimikroba
harus memenuhi persyaratan
3. Penggunaan warna yang dilarang
4. Produk parenteral sll disterilkan dan memenuhi standart sterilitas, dan harus bebas
pirogen
5. Bebas dari partikel partikulat
6. Harus dibuat dengan lingkungan terkendali dengan standar sanitasi yang ketat
7. Produk dikemas dalam kontener berpenutup kedap
8. Setiap kemasan injeksi diisi dengan vol yang sedikit berlebih dari label
METODE MANUFAKTUR (LANJUTAN)
parenteral
Bebas dari kontaminasi
pirogenik (termasuk
endotoksin)
Demam dan toksisitas, baik Reaksi sekunder thd reaksi alergi atau reaksi toksik
secara local maupun sistemik
Dapat terjadi segera atau tertunda seterlah beberapa
Hipersensitivitas waktu