Kelompok 4 / Perikanan B
Biota Bathynomus
giganteus
Laut
Argyropelecus
olfersii
Kepiting
Kingdom : Animalia
Filum : Athropoda
Kelas : Crustasea
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Portunus
mempunyai chelipeds (terletak di depan kaki pertama ) dan
empat pasang kaki jalan.
bagian kaki juga dilengkapi dengan kuku dan sepasang penjepit.
Tubuh kepiting juga ditutupi dengan Carapace (kulit yang keras
atau dengan istilah lain exoskeleton (kulit luar) berfungsi untuk
melindungi organ dalam bagian kepala, badan dan insang).
mulut kepiting terbuka dan terletak pada bagian bawah tubuh
bagian yang terdapat di sekitar mulut berfungsi dalam memegang
makanan dan juga memompakan air dari mulut ke insang.
Untuk menemukan makanannya kepiting menggunakan
rangsangan bahan kimia yang dihasilkan oleh organ tubuh.
Antena memiliki indera penciuman yang mampu merangsang
kepiting untuk mencari makan.
reproduksi kepiting terjadi di luar tubuh.
Bathynomus
giganteus (kutu
laut raksasa)
panjang rata-rata antara 19 dan 36 cmdengan berat dan panjang maksimum sekitar
1,7 kg dan 76 sentimeter (30in).
memiliki kemampuan untuk menggulung tubuhnya menjadi seperti bola dengan
cangkang yang keras menghadap ke luar.
memiliki 2 pasangantena.
Kaki torakisataupereiopod-nya tersususn dari 7 pasang kaki, di mana yang pertama
dimodifikasi menjadimaxillipoduntuk memasukkan makanan ke 4 set rahangnya.
Abdomennya memiliki 5 ruas yang disebutpleonit.
Kutu laut raksasa merupakan hewan pengais yang penting di lingkunganbentikdi laut
dalam.
ditemukan dizona sub-litoralyang gelap pada kedalaman depth 170 meter (560ft)
hingga batas kegelapan dengan zonabatipelagicpada kedalaman 2,140 meter
(7,020ft)
Argyropelecus olfersii (Deep-sea
Hatchetfish)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Superkelas : Gnathostomata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Stomiiformes
Famili : Sternoptychidae
Genus : Argyropelecus
Spesies : Argyropelecus olfersii
tubuh hampir menyerupai kapak.
panjang tubuh maksimum 90 cm dengan sirip
punggung berjumlah 9, sirip dada berjumlah 10-
12, sirip dubur berjumlah 12, total insang
penyapu berjumlah 15-16, dan vertebra
berjumlah 36-37.
Memiliki organ Photopore yang terletak di bagian
bawah sisi tubuhnya (menghasilkan cahaya dan
berfungsi sebagai bentuk kamuflase).
hidup di daerah mesopelagic (daerah perairan
tropis dan subtropis) dengan kedalaman sekitar
200-6000 m.
Parameter fisik, kimia & biologis
pada zona oseanik (kecuali
epipelagis)
redup-gelap gulita
Cahaya tidak ada
Substra tumbuhan,
Bakteri berlemak yang mudah dicerna
(rata-rata populasi bakteri 2mgC/m 2),
t Bahan organik terlarut.
Cara adaptasi organisme
Epipelagi oseanik
k memiliki ciri khusus sebagai perenang cepat,
Ciri-
karena kondisi lingkungannya yang masih bisa
dijangkau matahari dan dekat dengan permukaan,
pewarnaan pada ikan-ikan epipelagic sangat
beragam dan kontras, sesuai dengan koloninya
h
kedepan membentuk sebuah puncak), ikan tuna
(streamline) sehingga bisa berenang cepat dan
mudah bermigrasi
Cara adaptasi organisme
mesopela oseanik
gik warna hewan umumnya abu-abu keperakan
h
Cara adaptasi organisme
Batipela oseanik
gik Umumnya terdapat ikan berwarna
hitam kelam, sedangkan
invertebratanya seakan tidak
berpigmen (putih cerah), ukuran
mata sangat kecil, bahkan tidak
Ciri- bermata, bahkan ada yang
memiliki mata berbentuk pipa (ikan
ciri Argyropelecus) dan sebelah
matanya lebih besar (cumi-cumi
Histioteuthis). Ikan yang ditemukan
umumnya berukuran sangat kecil,
namun invertebrata yang hidup
umumnya berukuran sangat besar.
Cara adaptasi organisme
abisopela oseanik
gik Organisme yang hidup pada
zona abisal dan batial sering
tidak berwarna atau berwarna
Ciri- putih kotor, dan tampaknya
tidak berpigmen ( khususnya
hewan hewan bentik),
ciri bermata sangat kecil, bahkan
tidak ada, mulut yang
melebar, rahang yang kuat
dan gigi-gigi tajam
Adaptasi Tingkah Laku
Perubahan tingkah laku tersebut disebabkan adanya berbagai perubahan
diantaranya sebagai berikut:
Suhu
Apabila laju konsumsi oksigen bawah air menurun, maka suhu media
menurun pula. Suhu memberikan dampak sebagai berikut terhadap ikan :
a) Suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan peningkatan suhu
b) Peningkatan aktivitas metabolisme ikan
c) Penurunan gas (oksigen) terlarut
d) Efek pada proses reproduksi ikan
e) Suhu ekstrim bisa menyebabkan kematian ikan.
Salinitas
Faktor faktor yang mempengaruhi salinitas :
1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di
suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan
sebaliknya.
2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu
wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah
dan sebaliknya.
3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut
tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut
tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan
sebaliknya