Anda di halaman 1dari 18

Penerapan Prosedur Oksigenasi Melalui

Nasal Kanul Pada Pasien Akibat Efusi


Pleura

Disusun oleh :
Shifa Retty Putri
P3.73.20.1.14.092

Non Regular A
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan
viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain (Amin Huda, 2015).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam tubuh, oksigen
berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal
yang sangat berarti bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. (Santa, dkk 2008)
Dalam jurnal Roca, et al (2010: 408-413) yang berjudul High Flow Oxygen Therapy in Acute
Respiratory Failure menyebutkan bahwa tujuan dari terapi ini adalah untuk membandingkan
kenyamanan terapi oksigen aliran tinggi melalui nasal kanul (HFNC) dengan masker wajah pada
pasien dengan kegagalan pernafasan akut (ARF). Selama memberikan oksigen dengan nasal kanul
pada aliran rendah diberikan oksigen 1- 6 L/ menit, sedangkan pada aliran tinggi diberikan
oksigen 6- 15 L/ menit. Oksigen pertama kali dilembabkan dengan gelembung humidifier dan
digunakan melalui masker wajah selama 30 menit, dan kemudian melalui nasal kanul (HFNC)
dengan humidifier dipanaskan selama 30 menit. Pada setiap akhir periode 30 menit pasien di
evaluasi adanya dispnea, mulut kering, dan keseluruhan kenyamanan. Hasil observasi
menunjukkan 95% pasien memilih menggunakan terapi oksigen nasal kanul (HFNC). HFNC dapat
memberikan oksigenasi lebih baik dan dapat menurunkan tingkat pernafasan yang lebih rendah
Menurut WHO (2008), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat
mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia,
bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk
Indonesia. Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per
100.000 orang.
Berbagai penelitian terkait efusi pleura di Indonesia, yaitu di Rumah Sakit Persahabatan,
pada tahun 2010-2011, dari 119 pasien efusi pleura penyebab terbanyak adalah keganasan
(42.8%). Penyakit lain yang mendasari terjadinya efusi pleura antara lain TB, pneumonia,
empiema toraks, gagal jantung kongestif, dan sirosis hepatis. (Khairani, 2012; Tobing,
2013; Yusanti, 2011).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan dengan prosedur nasal kanul pada pasien gangguan
kebutuhan oksigen akibat efusi pleura?
3. Tujuan Studi Kasus
Tujuan umum:
Memberikan gambaran tentang Penerapan Pemberian Oksigenasi Melalui Nasal Kanul akibat
Efusi Pleura di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan.
Tujuan khusus:
1. Mampu memberikan gambaran mengenai gangguan oksigenasi
2. Mampu memberikan gambaran mengenai konsep dasar dari penyakit Efusi pleura
3. Mampu memberikan gambaran mengenai asuhan keperawatan pada gangguan oksigenasi
4. Mampu memberikan gambaran mengenai prosedur oksigenasi
4. Manfaat Studi Kasus
Studi kasus ini di harapkan memberikan manfaaat bagi:
a. Masyarakat
Membudidayakan pengelolaan pasien Efusi Pleura dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
b. Bagi pengembang ilmu dan teknologi keperawatan
Menambah keluaasaan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
c. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya
studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien Efusi
Pleura.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Efusi Pleura


1. Pengertian
Menurut Black (2015) Efusi pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura. Cairan
pleura normalnya merembes secara terus menerus kedalam rongga dada dari kapiler-
kapiler yang membatasi pleura parietalis dan diserap ulang oleh kapiler dan sistem
limfatik pleura viseralis. Kondisi apapun yang mengganggu sekresi atau drainase dari
cairan ini akan menyebabkan efusi pleura.

2. Etiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi
cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini disebabkan oleh
salah satu dari lima mekanisme berikut: (Morton, 2012)
a) Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
b) Peningkatan permeabilitas kapiler
c) Penurunan tekanan osmotic koloid darah
d) Peningkatan drainase limfatik ruang pleura
3. Manifestasi
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
napas.
2. Adanya gejala penyakit penyebab sepertu demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkolosis), banyak keringat, batuk,
banyak riak.
3. Deviasi tranhea menjauh tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleura yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang bergerak dalam
pernafasan. Fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,
dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
5. Di dapati segitiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian
atas garis Ellis Damoiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultrasi daerah ini di dapati vesikuler
melemah dengan ronki.
4. Patofisiologi
5. Penatalaksanaan

Pemeriksaan
1)a)Pemeriksaan radiologi
Penunjang 2) Pemeriksaan Medis
(Rontgen dada)
b) Ultrasonografi
c) Torakosentesis/pungi pleura
d) Cairan pleura dianalisis a) Tirah baring
dengan kultur bakteri,
b) Thorakosentesis
perwarmaan gram, basil
tahan asam hitung sel darah c) Antibiotik
merah dan putih, d) Pleurodesis
pemeriksaan kimiawi,
analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan pH
e) Biopsi pleura

B. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Oksigenasi
A. Pengkajian C. Perencanaan
1) Riwayat Keperawatan
a. Masalah pernafasan yang pernah 1) Kaji frekuensi, kedalaman dan ekspansi
di alami dada
b. Riwayat penyakit pernafasan 2) Auskultasi dan catat bunyi napas krekels,
c. Riwayat kardiovaskular wheezing, gesekan pleura

d. Gaya hidup 3) Atur posisi semi fowler dan bantu


mengubah posisi
2) Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
4) Observasi pola batuk dan karakter sekret
3) Pemeriksaan Penunjang
5) Anjurkan klien naps dalam dan latihan
batuk efektif
B. Diagnosa Keperawatan 6) Kolaborasi dalam pemberian oksigen
Pola nafas tidak efektif berhubungan 7) Kolaborasi dalam pemberian inhalasi
dengan obstruksi jalan nafas
8) Kolaborasi dalam fisioterapi dada
D. Pelaksanaan
Pelakanaan keperawatan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

E. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan dilakukan berdasarkan pelaksanaan keperawatan, yang mengacu
pada tujuan dan kriteria hasil
Pola nafas efektif
1. Frekuensi nafas normal
2. Suara pernafasan bersih
3. Partisipasi dalam menigkatkan fungsi paru
C. Prosedur Keperawatan Pemberian
Oksigenasi dengan Nasal Kanul

1. Definisi
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan
kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara
memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan
mengaitkannya di belakang telinga. (Aryani, 2009:54)

2. Manfaat
Manfaat penggunaan nasal kanul dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan,
bergerak, berbicara, lebih mudah di tolerin klien dan terasa nyaman.
3. Manfaat
Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen
minimal
Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum. (Aryani,
2009:54)

4. Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk
memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). (Suparmi, 2008:67)

5. Kontra IndikasiJika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal
kanul.(Aryani, 2009:53)
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Rancangan Studi Kasus
Menurut Moeleong (2007:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, perpepsi, motivasi, tindakan, dll secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang dialami dan dengan memanfaatkan berbagi metode alamiah.
2. Subjek Studi Kasus
A. Kriteria inkusi
Pasien laki-laki atau perempuan dengan diagnosa medis Efusi Pleura di Rumah Sakit Umum
Persahabatan.
Pasien laki-laki atau perempuan yang memiliki gangguan Oksigenasi
Pasien laki-laki atau perempuan yang kooperatif
B. Kriteria Eksklusi
Pasienlaki-laki atau perempuan yang bukan memiliki diagnose medis Efusi Pleura di Rumah Sakit
Umum Persahabatan.
Pasien laki-laki atau perempuan yang tidak memiliki gangguan Oksigenasi
Pasien laki-laki atau perempuan yang tidak kooperatif
3. Fokus Studi Kasus
Fokus studi adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik acuan studi kasus
1) Kebutuhan Oksigenasi pada pasien Efusi Pleura
2) Penerapan prosedur nasal kanul pada pasien gangguan kebutuhan Oksigenasi

4. Definisi operasional
Menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti
yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstrak yang
lebih baik.
a. Pasien dengan Efusi Pleura
Menurut Black (2015) Efusi pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura.
b. Kebutuhan Oksigenasi
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta
konsentrasi 20-40%, dengan cara memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di
belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 1,3 cm. (Aryani, 2009:54)
c. Prosedur Pemberian Nasal Kanul
Nasal kanul merupakan selang bantu pernafasan yang di letakan pada lubang hidung. adapun keuntungannya adalah
pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju, pernafasan teratur, Pemasangannya mudah, pasien bebas makan,
Pasien bebas berbicara dengan nyaman. Selain itu nasal kanul juga memiliki kerugian di antaranya adalah tidak dapat
memberi konsentrasi oksigen lebih dari 44% , suplai oksigen berkurang bila pasien bernafas melalui mulut, dapat mengiritasi
selaput lendir.
5. Intstrumen Studi Kasus
Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengmpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
a. Teknik wawancara
b. Teknik pengamatan/observasi
c. Teknik dokumentasi
d. Teknik triagulasi

6. Prosedur pengumpulan data


Prosedur pengumpulan data dalam studi kasus yang dilakukan pada tanggal 13-21 April ruang Soka
Atas di Rs.Persahabatan menggunakan studi kasus dokumentasi dan studi kepustakaan. Instrumen
yang digunakan pada studi kasus ini adalah berupa wawancara, dokumentasi dan observasi.

7. Tempat dan waktu studi kasus


Studi kasus dilakukan pada tanggal 13 sampai 21 April 2017 di Rumah Sakit Umum Persahabatan
Ruang Soka Atas
8. Analisis data dan penyajian data
Menurut Ardhana12 (dalam Lexy J. Moleong 2012: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah
proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan
uraian dasar.
Penyajian data merupakan alur kedua dalam kegiatan analisis data. Data dan informasi yang sudah
di proleh dilapangan di maksukan ke dalam suatu matriks. Penyajian data dapat meliputi berbagai
macam jenis matriks, grafik, jaringan dan bagan.

9. Etika studi kasus


Prinsip dasar etik penelitian:
a. Prinsip menghormati martabat
b. Prinsip etik berbuat baik (beneficence
c. Prinsip etik keadilan (justice
Selesai

Anda mungkin juga menyukai