Anda di halaman 1dari 60

METAZOA

Dactylogiriosis sp (cacing
insang)
Penyebab : Dactylogyrus sp dan Cychlidogyrus sp

Bio-Ekologi Patogen
Cacing kecil yg bersifat ektoparasit dan
berkembang biak dengan bertelur

Menginfeksi insang semua jenis ikan air tawar


terutama ukuran benih
Dactylogyrus sp memiliki 2
pasang titik mata dan pada ujung
kepalanya terdapat 4 buah
tonjolan

Cychlidogyrus sp bntknya lebih


pipih pada kedua ujungnya dan
hanya memiliki sepasang titik
mata
sebagian besar parasit seperti
dactylogyrus bersifat ovivar (bertelur)
dimana telur yang menetas menjadi
larva yang berenang bebas yang
dinamakan oncomiracidium
Penyerangan dimulai dengan cacing
dewasa yang menempel pada insang
atau bagian tubuh lainnya
Gejala klinis
Nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna
gelap
Pertumbuhan lambat, produksi lendir berlebih
Peradangan pada kulit disertai warna kemerahan
pada lokasi penempelan cacing
Menggosok-gosokan badannya pada benda di
sekitar
Tingkah laku dan berenang tidak normal
Ikan sering terlihat mengumpul di sekitar air
masuk
Insang tampak pucat dan membengkak
Diagnosa
Preparat ulas : insang
Menggunakan mikroskop untuk melihat morfologi
parasit
Pengendalian
Mempertahankan suhu air >29oC selama 2
minggu atau lebih
Menjaga kualitas air dan meningkatkan
ketahanan tubuh ikan
Frekuensi pergantian air lebih sering
Perendaman dengan Kalium Permanganat (PK)
4 ppm selama 24 jam atau lebih, diulang setiap
2 hari selama 3 kali pemberian
Perendaman dlm larutan garam dapur (NaCl) 1-
2% selama 10 menit dilakukan berulang-ulang
(GYRODACTILIOSIS) CACING KULIT
Penyebab : Gyrodactylus sp

Bio-Ekologi Patogen
cacing kecil yg bersifat ektoparasit dan
berkembang biak dengan beranak
Menginfeksi kulit dan sirip semua jenis ikan air
tawar terutama ukuran benih
Gyrodactylus sp tidak memiliki titik mata dan
pada ujung kepalanya terdapat 2 buah
tonjolan
Penularan terjadi secara vertikal pada saat
anak cacing lahir dari induknya
Gejala klinis
Nafsu makan menurun, lemah, tubuh
berwarna gelap
Pertumbuhan lambat, produksi lendir
berlebih
Peradangan pada kulit disertai warna
kemerahan pada lokasi penempelan cacing
Menggosok-gosokan badannya pada benda
di sekitar

Diagnosa
Preparat ulas : insang
Menggunakan mikroskop untuk melihat
morfologi parasit
Pengendalian
Menjaga kualitas air dan meningkatkan
ketahanan tubuh ikan
Frekuensi pergantian air lebih sering
Perendaman dengan Kalium
Permanganat (PK) 4 ppm selama 24
jam atau lebih, diulang setiap 2 hari
selama 3 kali pemberian
Perendaman dlm larutan garam dapur
(NaCl) 1-2% selama 10 menit dilakukan
berulang-ulang
ARTHROPODA
Lerneasis
Penyebab : Lernea cyprinaceae dan L. arcuata
Bio-Ekologi Patogen

Parasit ini dikenal sebagai cacing jangkar (anchor


worm)
Menempel ke tubuh ikan dengan jangkar yg
menusuk dan berkembang di bawah kulit
Badan parasit di lengkapi dengan dua buah
kantung telur akan terlihat menggantung di luar
tubuh ikan
Hampir semua jenis ikan air tawar rentan
terhadap infeksi parasit ini terutama yg berukuran
benih
Pd tingkat infeksi yang tinggi dapat
mengakibatkan kasus kematian yang serius
Gejala klinis
Terlihat menyerupai panah yg menusuk tubuh
ikan
Terkadang pada tubuh parasit ditumbuhi
lumut sehingga ikan yang terinfeksi terlihat
seperti membawa bendera hijau
Terjadi luka/pendarahan pd lokasi
penempelannya
Pada benih ikan dalamnya tusukan bisa
mencapai organ dalam sehingga dapat
mengakibatkan kematian

Diagnosa
Secara visual terlihat adanya parasit yang
menempel pada tubuh ikan
Pengendalian
Penyaringan air masuk
Pemusnahan ikan yg terinfeksi dan
pengeringan dasar kolam yg diikuti
dengan pengapuran
Larutan Abate pada dosis 1 ppm
(akuarium) dan 1,5 ppm (kolam)
Larutan Trichlorfon 2-4 ppm selama 24
jam
Larutan Dichlorvos 0,2 ppm selama 24
jam atau lebih, setiap minggu selama 4
minggu berturut-turut
ARGULUSIOSIS
Penyebab : Argulus sp
Bio-Ekologi Patogen
Parasit ini dikenal sebagai kutu ikan dan penghisap
darah
Berbentuk datar dan lebih nampak seperti piring
Melukai tubuh ikan dengan bantuan enzim cytolytic
Selain pada kulit, kutu ini juga sering dijumpai dibawah
tutup insang ikan
Hampir semua jenis ikan air tawar rentan terhadap infeksi
parasit ini
Pada intensitas serangan yang tinggi, ikan dewasapun
dapat mengalami kematian karena kekurangan darah
Gejala klinis
Luka serta pendarahan pada tempat gigitan
Secara visual, parasit ini tampak menempel
pd tubuh ikan terutama di bawah sisik atau
pada pangkal sirip
Hilang keseimbangan, lemah dan nafsu
makan menurun

Diagnosa
Secara visual terlihat adanya parasit menempel
pada tubuh ikan
Pengendalian
Merontokan parasit dalam wadah terbatas
dengan bahan kimia yg mengandung bahan aktif
Dichlorvos pada konsentrasi 5-7 ppm selama 60
menit
Setelah parasit rontok ikan dipindahkan ke
wadah lain untuk diobati dengan desinfektan
untuk mencegah adanya infeksi sekunder oleh
bakteri pd bekas gigitan parasit
Pengeringan dasar kolam yg diikuti dgn
pengapuran
Perendaman dalam larutan Dylox pd dosis
0,25 ppm selama24 jam atau lebih di
kolam
Perendaman dalam larutan Trichlorfon 2-4
ppm selama 24 jam
Perendaman dalam larutan Amonium
Klorida (NH4Cl) pada dosis 1,0-1,5%
selama 15 menit atau garam dapur pada
dosis 1,25% selama 15 menit
JAMUR
SAPROLEGNEASIS
Penyebab : Saprolegnea sp dan Achyla sp

Bio-Ekologi Patogen
Jamur umumnya sebagai penginfeksi sekunder
akibat : infeksi oleh bakteri/parasit/virus, trauma,
stres atau penanganan yang kurang baik
Menginfeksi semua jenis ikan air tawar dan
telurnya
Reproduksi terutama secara aseksual,
membentuk spora dan hyfa fertil
Zoospora dapat berpindah melalui telur, bulu
burung, angin, dll
Pertumbuhan optimum pada kisaran suhu air 18-
28oC
Serangan bersifat kronis hingga akut, dapat
mengakibatkan kematian hingga 100%
Gejala klinis
Terlihat adanya benang-benang halus
menyerupai kapas yang menempel
pada telur atau luka pada bagian
eksternal ikan
Gejala tersebut juga dapat digunakan
sebagai presumtif diagnosa

Diagnosa
Pengamatan mycelia jamur secara
mikroskopis pada slide glass
Pengendalian
Menaikkan suhu air atau mengganti
dengan air segar
Menjaga stamina dan meningkatkan
ketahanan tubuh ikan melalui
immunostimulasi (mis: vitamin C)
Perendaman dalam larutan PK (1
gr/100lt air) selama 90 menit
Garam dapur 1000 ppm selama 15-30
menit
Pengobatan dan preventif jamur pada
telur ikan:
Pada telur ikan yang terserang jamur dapat
dibasmi dengan betadine sebanyak 1%
metode perendaman selama 10 menit (pada
umumnya telur tdk akan menetas dengan
baik)

Preventif:
Merendam telur yang akan ditetaskan dengan
ovadine atau betadine 100-200 ppm selama
10-15 menit
Telur direndam dalam larutan formalin dan
coopersulfat 150-250 ppm selama 15 menit
BAKTERI
keragaman morfologi, ekologi dan
fidiologinya tinggi; baru sekitar 1%
Bakteri dari total bakteri di alam yang sudah
dikenal

Penyakit infeksi bakterial pada ikan


memiliki waktu inkubasi, tingkat
mortalitas dan tanda-tanda klinis
Identifikasi : diisolasi dan bervariasi
ditumbuhkan pada media buatan di
lab

manajemen dan kontrol penyakit


bakterial :
1. Perbaikan manajemen budidaya
2. Penggunaan antibiotik
3. Vaksin
4. Immunostimulan
5. Probiotik
AEROMONAS HYDROPHILA
Bio-Ekologi Patogen
Bakteri gram negatif, berbentuk batang
pendek dan bergerak dengan flagela
Menginfeksi semua jenis ikan air tawar
Infeksi biasanya berkaitan dengan kondisi
stres akibat: kepadatan, malnutrisi,
penanganan, infeksi parasit, kualitas air yang
buruk, fluktuasi suhu yang ekstrim, dll
Serangan bersifat akut dan apabila kondisi
lingkungan terus merosot, kematian yang
ditimbulkan bisa mencapai 100%
Gejala Klinis
Warna tubuh kusam/gelap, nafsu makan
menurun, ikan mengumpul dekat saluran
pembuangan, kulit kasat dan ekses lendir
Haemoragi pada pangkal sirip, ekor, sekitar
anus dan bagian tubuh yang lain
Sisik lepas, luka dan akhirnya menjadi borok
Pada infeksi berat, perut lembek dan bengkak
(dropsy) yang berisi cairan merah kekuningan
Ikan mati lemas sering ditemukan di
permukaan maupun dasar kolam

Diagnosa
Isolasi dan identifikasi melalui uji bio-kimia
Pengendalian

Manajemen kesehatan ikan terpadu (inang,


lingkungan dan patogen)
Vaksinasi dengan vaksin anti-Aeromonas
hydrophila (Hydrovac) melalui perendaman pada
dosis 1 ml/10 lt air selama 15-3- menit dan
diulang (booster) melalui pakan pada dosis 3
ml/kg berat tubuh ikan diberikan selama 5 hari
berturut-turut
Penyuntikan antibiotik oxytetraciklin 20-40 mg/kg
ikan, kanamycin 20-40 mg/kg ikan atau
streptomycin 20-60 mg/kg pakan
Pencampuran pakan dengan antibiotik
oxytetraciklin 50 mg/kg ikan yang diberikan
setiap hari selama 7-10 hari berturut-turut
Deskripsi Penyakit

Fin rot in channel catfish


Aeromonas on flathead
caused-Aeromonas_infection
catfish
Hemorrhagic_liver_Aerom Koi ulcer from motile
onas hydrophila aeromonas
STREPTOCOCCUS INIAE
Bio-Ekologi Patogen
Bakteri gram positif, berbentuk bulat kecil,
bergabung menyerupai rantai, non motil, koloni
transparan dan halus
Infeksi Streptococcus pada ikan dapat
berlangsung secara kronik hingga akut
Jenis ikan budidaya air tawar yang sering
dilaporkan terinfeksi jenis bakteri ini adalah ikan
nila
Infeksi Streptococcus banyak ditemukan organ
otak, sehingga ikan yang terinfeksi sering
menunjukkan tingkah laku abnormal seperti
kejang atau berputar
Penyakit dan Penyebab

Pewarnaan Gram Streptococcus dan


Staphylococcus
Streptococcus sp
Gejala klinis
Nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna gelap dan
pertumbuhan lambat
Mata menonjol (exopthalmia), pendarahan, perut
kembung atau luka yang berkembang menjadi borok
Sering pula infeksi Streptococcus tidak menunjukkan
gejala klinis yang jelas kecuali kematian yang terus
berlangsung
Pergerakan tidak terarah
Haemoragi pada tutup insang (operculum)

Diagnosa
Isolasi dan identifikasi melalui uji bio-kimia
Penyakit dan Penyebab

Corneal hemorrhage

Streptococcus iniae
Erosion of the caudal fin
and breakdown of muscle tissues
Pengendalian
Manajemen kesehatan ikan terpadu
Vaksinasi dengan vaksin anti Streptococcus iniae
(AQUAVAC TM GARVETIL) untuk ikan berukuran 1
gram dengan cara perendaman pada dosis 0,01
ml/gram ikan selama 60 detik dan menggunakan
AQUAVAC TM GARVETIL oral untuk ikan berukuran 8
gr atau lebih pada dosis 0,20 ml/ekor
Pemberian antibiotik Amphicillin 0,5 gr/kg pakan
selama 5 hari berturut-turut.
MYCOBACTERIOSIS
Penyebab : Mycobacterium spp
Bio-Ekologi Patogen
Bakteri gram positif, berbentuk batang pendek dan non
motil
Serangan bersifat kronis
Infeksi Mycobacterium dilaporkan pada ikan yang
dipelihara pada lingkungan perairan tenang dan sistem
resirkulasi, sehingga jenis ikan seperti gurami dan
cupang yang cocok pada kondisi tersebut sering
dilaporkan terinfeksi penyakit tersebut
Kolam tadah hujan dan pekarangan dengan sumber air
terbatas lebih rentan terhadap infeksi bakteri jenis
penyakit ini
Ikan yang terinfeksi Mycobacterium menunjukkan
gejala yang bervariasi, namun sering pula tidak
menunjukkan gejala klinis sama sekali
Gejala klinis
Hilang nafsu makan, lemah, kurus,mata menonjol
serta pembengkakan tubuh
Apabila menginfeksi kulit, timbul bercak-bercak
merah dan berkembang menjadi luka, sirip dan
ekor geripis
Pada fase infeksi lanjut, secara internal telah
terjadi pembengkakan empedu, ginjal dan hati;
sering ditemukan adanya tubercle/nodule yang
berwarna putih kecoklatan
Gejala tersebut diawali dengan kurang gizi
terutama vitamin E
Gambar Mycobacteriosis
(Shawn Prescott/www.aquaculture.bz)

Tuberculosis with raised Tumour


development

Tuberculosis granuloma
in the Liver x 76
Gambar Mycobacteriosis
(Shawn Prescott/www.aquaculture.bz)

Loss of caudal peduncle Open TB with necrosis ( Gourami)


("tail rot")
due to myxobacteria
Gambar Mycobacteriosis
(Shawn
Prescott/www.aquaculture.bz)

Typical nodules growth on internal


organs
on TB infected fish
Gambar Mycobacteriosis
(Shawn Prescott/www.aquaculture.bz)

Miliary lesions (abscesses)on


internal
organs due to Mycobacterium
fortuitum
in adult chinook salmon
Gambar Mycobacteriosis
(Shawn Prescott/www.aquaculture.bz)

Eye destroyed by TB Granuloma

Side of Spleen with TB cysts


Diagnosa
isolasi dan identifikasi melalui uji bio-kimia

Pengendalian
Manajemen kesehatan ikan terpadu
Ikan yang terinfeksi segera diambil dan
dimusnahkan
Hindari penggunaan air dari kolam yang sedang
terinfeksi bakteri tersebut
Chloramine B atau T 10 ppm melalui perendaman
selama 24 jam dan setelah itu dilakukan pergantian
air baru. Pemberian Kanamycin sulfat dengan dosis
10 mg/kg berat badan selama 4-7 hari
VIBRIOSIS

Penyebab : Vibrio spp

Bio-Ekologi Patogen
Bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek,
bersifat motil dan sensitif terhadap novobiocin
Kasus vibriosis umumnya berkaitan dengan
kondisi lingkungan yang buruk
Serangan bersifat akut dan dapat
mengakibatkan kematian hingga mencapai
100%, terutama pada stadia PL/juvenil
Gejala klinis

Tubuh udang nampak kusam dan kotor


Nafsu makan menurun,kerusakan pada kaki
dan insang atau insang berwarna kecoklatan
Udang yang sekarat sangat lemah dan sering
berenang ke permukaan atau pinggir pematang
tambak
Benur dan juvenil udang tampak menyala
seperti kunang-kunang pada kondisi gelap
Diagnosa
Isolasi dan identifikasi melalui uji bio-kimia

Pengendalian
Manajemen kesehatan udang terpadu
ERIDOKSIN Aquatic dengan perendaman pada
dosis 1-1,5 gr/400 lt air (2,5-3,75 ppm) atau
dengan peroral pada dosis 1 gr/2 kg pakan.
Berikan selama 3 hari berturut-turut. Udang
dan ikan dapat dipanen 14-21 hari setelah
pemberian obat dihentikan
Sulphamerazine 0,2 gr/kg berat badan
dicampur dengan pakan selama 3 hari
berturut-turut, dan setelah itu interval 2
hari dengan dosis yang sama
Atau pemberian furazolidone 50-70
mg/kg berat badan dicampur pada pakan
selama 10 hari berturut-turut
Gambar-Gambar

Ulser: V. anguillarum
Infeksi V. alginolyticus
(Koesharyani et al. 2001)
1. Ulser, petichiae, kehitaman
pada permukaan tubuh
2. Pembesaran swimbladder
dan hemorhagik liver
3. Pembengkakan pada
permukaan

Anda mungkin juga menyukai