Anda di halaman 1dari 24

REFERAT MINI

IMUNISASI

Oleh : Andi Gunawan (K1A112063)


Definisi
Imunisasi merupakan proses induksi
imunitas secara buatan baik melalui
vaksinasi atau pemberian antibodi.
Vaksinasi adalah pemberian vaksin atau
atau toksoid untuk mencegah terjadinya
penyakit (Pambudy, 2014)
Imunisasi dapat digolongkan menjadi
Imunisasi aktif

Imunisasi pasif
Klasifikasi Imunisasi
Manfaat Imunisasi
Imunisasi dapat menyelamatkan kehidupan
anak. Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan
kematian pada anak telah dapat dihilangkan oleh
adanya vaksin yang aman dan efektif.
Imunisasi dapat menghemat waktu dan
menghemat uang. Vaksin dapat mencegah
beberapa penyakit yang dapat menyita waktu
untuk bekerja dan bertambahnya biaya medis atau
perawatan
Imunisasi dapat melindungi generasi
berikutnya. Vaksin telah menurunkan angka
kesakitan yang dapat mengakibatkan kecacatan
dan kematian
Respon imun terhadap
Imunisasi
Setelah injeksi (1) parogen yang terkandung
dalam antigen vaksin menarik sel dendritik,
monosit dan netrofil yang berpatroli dalam tubuh.
(2) Jika antigen/ajuvan vaksin mendapatkan
sinyal berbahaya, hal ini mengaktivasi monosit
dan sel dendritik. (3) yang mengubah permukaan
reseptornya dan menyebabkan migrasi ke dalam
pembuluh limfatik (5) tempat dimana limfosit T
dan limfosit B diaktivasi.
Polio
Poliomielitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
polio menyerang susunan saraf pusat kelumpuhan

Vaksin saluran pencernaan darah memicu


pembentukan antibodi sirkulasi maupun antibodi lokal di
epitel usus

Pemberian dan dosis: IM atau subkutan, 0,5 ml.

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi:


Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan,

indurasi, dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam


setelah penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua
hari.5 Efek samping yang ditakutkan ialah vaccine associated
polio paralytic (VAPP).
Hepatitis B
Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati.
Penyebabnya bermacam-macam, salah satunya adalah
virus hepatitis B. Vaksin hepatitis mengandung 30-40
mikrogram protein HbsAg (antigen virus hepatitis)

Pemberian dan dosis: 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, IM,


sebaiknya di anterolateral paha

KIPI: Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan


pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi
yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
setelah 2 hari. Kadang-kadang dapat timbul demam
ringan untuk 1-2 hari
BCG (Bacille Calmette-Guerin)

BCG adalah vaksin galur Mycobacterium bovis


yang dilemahkan, sehingga didapat basil yang
tidak virulen tetapi masih mempunyai
imunogenitas.

pemberian dan dosis: 0,05 ml,1 kali. Intrakutan,


lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus)

KIPI: 26 minggu setelah imunisasi BCG daerah


bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) yang
semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi
dalam waktu 24 bulan, kemudian menyembuh
perlahan dengan menimbulkan jaringan parut
Vaksin DTP (Difteri, Tetanus, Pertussis)

Vaksin DTP
DTwP (Difteri Tetanus whole cell Pertusis) mengandung

suspensi kuman B. pertusis yang telah mati

DtaP (Difteri Tetanus acellular Pertusis) tidak


mengandung seluruh komponen kuman B. pertusis,
beberapa komponen yang berguna dalam patogenesis
dan memicu pembentukan antibodi.

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DTP : reaksi lokal


kemerahan, bengkak, nyeri pada tempat injeksi
ataupun demam. Serius ensefalopati akut atau
reaksi anafilaksis
Vaksin Campak
Penyakit ini menular lewat udara melalui sistem
pernapasan dan biasanya virus tersebut akan
berkembang biak pada sel-sel di bagian belakang
kerongkongan maupun pada sel di paru-paru

Cara pemberian dan dosis: 0,5 ml disuntikkan


secara subkutan pada lengan kiri atas atau
anterolateral paha, pada usia 911 bulan

KIPI: Hingga 15% pasien dapat mengalami


demam ringan dan kemerahan selama 3 hari
yang dapat terjadi 812 hari setelah vaksinasi.
Haemophylus Influenza B (HiB)

Dua tipe vaksin HiB


Polyribisyritol phosphate (PRP) yang merupakan bagian dari

kapsul bakteri H. Influenzae tipe B dan dikonjugasikan protein


memberan Neisseia meningitidis (PRP-OMP) /protein tetanus (PRP-
T)
Vaksin HiB diberikan untuk mencegah meningitis dan pneumonia

yang disebabkan oleh H. Influenza tipe B.


Cara pemberian : IM, 2 suntikan dengan interval 2 bulan

Kontraindikasi : reaksi anafilaksis pada vaksin, reaksi anafilaksis

pada konstituen vaksin, sakit sedang atau berat, dengan atau


tanpa demam.
KIPI : rasa sakit, kemerahan, dan pembengkakan pada tempat

suntikan kadang-kadang, benjolan pada tempat suntikan (bintil)


yang berlangsung beberapa minggu-perawatan tidak diperlukan
suhu-badan derajat rendah (demam) kehilangan nafsu makan
gelisah, mengantuk,
Rotavirus
Rotavirus merupakan virus penyebab gastroenteritis
dengan manifestasi klinis berupa diare, demam
ringan, dan muntah-muntah

Tiga jenis vaksin tersedia yakni : Vaksin monovalen,


Vaksin tetravalen, Vaksin pentavalen.

Diperlukan perhatian khusus pada bayi-bayi yang


hipersensitif terhadap vaksin, imunodefisiensi, dan
yang mendapat terapi aspirin. KIPI berupa demam,
feses berdarah, muntah, diare, nyeri perut,
gastroenteritis, atau dehidrasi. Intususepsi terjadi
pada 0,5-4,3 kasus/1000 kelahiran
Influenza
Adanya fenomena antigenic drift dan antigenic
shift menyebabkan WHO secara rutin
melakukan pengkajian terhadap strain virus
yang akan bersirkulasi di musim yang akan
datang
Cara pemberian : IM atau subkutan.
Kontraindikasi : reaksi anafilaksis pada vaksin
sebelumnya, alergi telur, sedang menderita
demam akut berat, memiliki riwayat sindrom
guillain barre.
KIPI : nyeri, bengkak, demam, dan eritema,
nyeri otot, nyeri sendi.
MMR (Measles, Mumps, Rubella)

Gondongan merupakan penyakit yang diakibatkan oleh virus dari family


paramyxovirus.Virus ini terutama menyerang kelenjar getah bening dan
jaringan saraf. Rubella merupakan infeksi akut ringan yang disebabkan
oleh virus rubella yang termasuk ke dalam famili Togavirus.Penyebaran
rubella melalui udara dan droplet.

Cara pemberian: subkutan


Dosis: 0,5 mL

Kontraindikasi: keganasan atau ggn imunitas, mendapatkan terapi


imunosupresi, alergi berat terhadap gelatin atau neomisisn, dalam
terapi steroid dosis tinggi (2mg/kgBB), mendapatkan vaksin hidup
lainnya dalam 4 minggu, dalam waktu 3 bulan pasca pemberian
imunoglobulin atau transfusi darah (whole blood) , HIV.

KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): malaise, demam, ruam, kejang


demam, ensefalitis, meningioensefalitis, trombositopenia
Tifoid
Vaksin oral dibuat dari galur Salmonella typhii non-patogen yang telah
dilemahkan.Vaksin parenteral dibuat dari polisakarida dan kuman
salmonella typhii, sementara bahan lainnya termasuk fenol dan larutan
bufer yang mengandung natrium klorida, disodium fosfat, monosodium
fosfat dan pelarut

Cara pemberian:
Parenteral: 0,5 mL, suntikan intramuskuler atau subkutan pada daerah

deltoid atau paha.

Kontraindikasi: alergi terhadap bahan vaksin, demam, penyakit akut atau


kronis progresif.

KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): demam, nyeri kepala, pusing,


nyeri sendi, nyeri otot, nausea, nyeri perut jarang dijumpai. Sangat
jarang bisa terjadi reaksi alergi berupa pruritus, ruam kulit dan urtikaria.
Hepatitis A
Vaksin hepatits A mengandung virus yang tidak aktif
(mati). Imunisasi aktif dengan vaksin mati memberikan
imunitas yang sangat baik

Cara Pemberian : Intramuskular


Dosis : 720U diberikan dua kali dengan interval 6
bulan, intramuskular di daerah deltoid

KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): bengkak,


kemerahan, atau radang di lokasi suntikan, nyeri
kepala, penurunan nafsu makan, rasa lelah dapat
berlangsung 1-2 hari, reaksi alergi berat dapat
berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam
setelah suntikan
Varisella
Penyakit ini ditularkan melalui droplet.
Komplikasi dapat terjadi seperti infeksi sekunder
(streptokokus) serebelitis, meningitis aseptik,
trombositopenia, dan penumonia. Vaksin yang
digunakan adalah vaksin varicella zooster hidup

Cara pemberian : subkutan,


Dosis : 0,5 ml
Kontraindikasi : demam tinggi, limfosit <1200
sel/mcl, defisiensi imun selualar, penerima
kortikosteroid dosis tinggi, alergi neomisin.
KIPI : demam, ruam vesikopapular ringan
HPV
Human Papillomavirus (HPV) adalah infeksi yang sangat umum dan
ditularkan melalui kontak seksual. Vaksin HPV paling efektif apabila
diberikan pada perempuan sebelum mereka mulai aktivitas seksual
dan risiko eksposur terhadap HPV. Maka disarankan kepada pasangan
yang akan menikah untuk melakukan serangkaian imunisasi HPV untuk
mencegah kanker serviks. Selanjutnya imunisasi ini diberikan pada
saat trimester pertama kehamilan
Cara pemberian : Intramuskular

Dosis : 0,5 mL diberikan secara intramuskular pada daerah deltoid.


KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) :
Efek samping lokal vaksin HPV bivalen dan kuadrivalen adalah nyeri,
reaksi kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan.
Efek samping sistemik vaksin HPV bivalen dan kuadrivalen adalah
demam, nyeri kepaladan mual
Dengue
Vaksin Dengue (Dengvaxia) diberikan kepada anak
dan remaja berumur 9 sampai 16 tahun yang tinggal
di daerah endemis. Dengvaxia mengandung virus
dengue serotipe 1,2,3, dan 4 yang telah dilemahkan

Cara pemberian: injeksi subkutan, Dosis : 0,5 ml


Kontraindikasi: anak usia di bawah 9 tahun, alergi
terhadap bahan vaksin, demam ringan sampai tinggi,
infeksi HIV, mendapat pengobatan kortikosteroid dosis
tinggi atau kemoterapi

KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): reaksi alergi,


merah dan bengkak pada bekas suntikan, sakit
kepala, demam, myalgia, malaise
Jadwal Imunisasi 2016
Keterangan:
Cara membaca kolom usia: misal 2 berarti usia 2 bulan (60 hari) s.d. 2 bulan 29
hari (89 hari)
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai 1 Oktober 2016

Optimal Chatch-up Booster Daerah endemi

Untuk memahami tabel jadwal imunisasi perlu membaca ketearangan tabel


Vaksin hepatitis B (HB). Vaksin HB pertama paling baik diberika dalam waktu 12
jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K, sekitar 30 menit
sebelumnya. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin
hepatitis B (HbIg) pada ekstermitas yang berbeda. Vaksin HB selanjutnya dapat
menggunakan vaksin HB monovalen atau vaksin kombinasi. Jika diberikan vaksin
kombinasi DTP-HB-HiB, vaksin HB usia 1 bulan tidak perlu diberikan(vaksin HB
mencapai 5 dosis pada umur 18 bulan). Jika diberikan Vaksin monovalen maka
jadwal pemberian adalah 0, 1 dan 6 bulan.
Vaksin polio. Pada saat lahir atau pada saat bayi dipulangkan harus diberikan
vaksin polio oral(OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio
booster dapat diberikan vaksinnOPV atau IPV, paling sedikit mendapat satu dosis
vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV 3
Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2
bulan. Apabiladiberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu.
Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat
diberikanvaksin DTPw atau DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila
diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti vaksin tersebut yaitu uisa 2, 4, dan 6
Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV
diberikan 2 kalidengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1
kali, namun keduanya perlu booster pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2
bulan setelah dosis terakhir. Padaanak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup
satu kali.
Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali dosis I diberikan
umur 6-14 minggu, dosis ke-2diberikan dengan interval minimal 4 minggu dan
harus selesai sebelum usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali,
dosis ke-1 diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 dan ke-3, dengan interval 4-10
minggu;dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu.
Vaksin influenza. Vaksin influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang
setiap tahun.Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur
kurang dari 9 tahundiberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6
- < 36 bulan, dosis 0,25 mL. Hal ini berlaku bagi vaksin trivalen dan quadrivalen
Vaksin campak dan MMR. Vaksin campak diberikan usia 9 bulan, vaksin MMR 12
bulan. Apabilan vaksin sudah diberikan pada MMR 12 bulan, vaksin campak kedua
tidak perlu diberikan pada umur 18 bulan, vaksin campak ketiga tidak perlu
diberikan apabila sudah mendapatkan MMR kedua.
Vaksin varisela. Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik
pada umursebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada umur lebih dari 12
tahun, perlu 2 dosisdengan interval minimal 4 minggu.
Vaksin Dengue. Diberikanpada usia 9 16 tahun dengan jadwal 0, 6, 12 bulan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai