Anda di halaman 1dari 22

KONSELING

OUTLINE....
F.
F. Persiapan
Persiapan A. Definisi
Konseling
Konseling

E. Tujuan Tehnik B. Tujuan


Komunikasi Pemberdayaan Konseling
Konseling Masyarakat

D. Tehnik
C. Kriteria Konseling
Konseling
G.Tujuan
Persiapan H. Langkah I. Percakapan
Konseling Konseling Konseling

K. Mendengar
L.Menyimpulkan J. Bertanya Dalam
Dalam Konseling
Dalam Konseling Konseling
A.Definisi
B. Tujuan Proses membantu seseorang
untuk belajar menyelesaikan
masalah interpersonal,
emosional dan atau
memutuskan hal tertentu.

Membantu kemampuan
klien untuk mengambil
Konseling keputusan yang bijaksana
dan realistik
Membantu individu
mencapai perkembangan
kesempurnaan berbagai
aspek kehidupan manusia.
Menuntun perilaku klien
agar mampu mengemban
C. Kriteria Konseling

Fokus pada masalah klien.


Percakapan dua arah.
Terstruktur: menyambut, membahas,
membantu menetapkan pilihan, mengingatkan.
Bertujuan membantu klien untuk mengenal
dirinya, memahami permasalahannya, melihat
peluang dan mencari alternatif
penyelesaiannya.
Memerlukan kemampuan melakukan
komunikasi interpersonal.
Dilakukan dalam suasana yang menjamin
rasa aman dan nyaman.

5
D. Teknik Konseling
seperangkat metode yang
digunakan dalam melakukan
konseling.

Teknik konseling terdiri atas:


Kemampuan melakukan komunikasi
Membangun kerjasama dengan klien
Menjadi pendengar yang terampil
Memahami kebutuhan klien
Merencanakan program konseling hingga selesai
E. Tujuan Komunikasi Dalam Konseling

1. Untuk membentuk komunikasi pribadi:


> Membina rapport & berempati kepada klien
> membangun kerjasama dengan klien
> menjadi pendengar yang terampil
>berbicara singkat (tidak lebih banyak dari klien)
>bila tidak tahu harus mengatakan sesuatu lebih baik diam
> mengenali resistensi klien
> merencanakan tujuan dan pengakhiran
konseling sejak awal

7
2. Mencapai tujuan yang diinginkan dari proses
konseling yaitu terbantunya penyelesaian
problem klien

8
F. Persiapan Konseling

Beberapa hal yang diperlukan oleh seorang konselor


untuk melakukan konseling:
1. Mengetahui alasan konseling (mengatasi kesulitan
pengambilan keputusan, keraguan dalam pilihan
vital, penyesuaian diri dalam situasi baru)
2. Setting dan tempat konseling
3. Memahami kasus yang memerlukan konseling
(mengalami stresor psikososial yg secara subyektif
bermakna, mis. kehilangan orang yg dicintai,
perceraian orangtua,dll)
4. Menyiapkan alat bantu konseling yang mungkin
diperlukan (gambar, buku, kertas tissue)
G.Tujuan Persiapan Konseling

1. Agar konselor dapat mempersiapkan diri secara


optimal sebelum melakukan konseling.
2. Agar dapat melakukan antisipasi terhadap
kemungkinan yang dapat terjadi selama proses
konseling
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan konseling.
H. Langkah Konseling

1. Menyambut (sikap, kalimat pembuka:


Ada yang bisa saya bantu? tidak dianjurkan
Ada masalah apa?)
2. Membahas (konseling tidak bisa instant,
perhatikan: arahkan klien bila sulit formulasikan
yang ingin diungkapkan, bicara singkat kecuali
pada saat konklusi)
3. Membantu menetapkan pilihan (tidak
dianjurkan segera memberi nasihat, bila klien
sangat tegang bantu ajukan alternatif
pilihan).
4. Mengingkatkan hal-hal penting.
I. Percakapan Konseling
Yaitu:
saling interaksi antara
konselor dan kliennya dalam
bentuk kalimat baik verbal
maupun non verbal.
Hubungan konselor dan klien
biasanya mendalam, melibatkan
emosi.
Percakapan Konseling
Bermakna:
Pemberian informasi:
> konselor tidak memberikan informasi yang tidak
ditanyakan oleh klien
>sering diajukann klien untuk
menghindarkan dari problem sebenarnya secara lebih
mendalam (resistensi)
> dilakukan bila esensial, amat
diperlukan.
Pemberian saran:
> tidak diberikan terlalu dini
> adakalanya dalam bentuk pertanyaan,
yang dalam menanggapinya klien mendapat pencerahan
Penyelesaian masalah:
> jangan dilakukan pada fase awal
> usaha konselor untuk ciptakan
alternatif dann ajnuran strategi penyelesaian problem klien
(sering klien sudah mengetahui perlu arah yang tepat)
J. Bertanya
a. Cara Bertanya:
Dalam Konseling
1. Hindari bertanya dengan kalimat terlalu
panjang (pertanyaan terbuka lebih baik)
2. Hindarkan pertanyaan Mengapa karena
sulit dijawab dan klien justru dapat bersikap
defensif
3. Nada dan intonasi ke arah netral, tanpa
terpengaruh kalimat klien yang bermuatan
emosi tinggi.
4. Usahakan bertanya tentang hal yang
memang berasal dari klien, jangan
terperangkap oleh asosiasi konselor sendiri
terhadap kata atau kalimat klien.
5. Tidak dianjurkan ajukan pertanyaan dengan
ungkapkan sesuatu yang sama sekali baru
bagi klien, terlebih dengan muatan emosi
1. Usahakan tidak
dengan gaya
interogasi atau yang
b. Gaya
membuat klien
Bertan merasa tertekan.
ya 2. Usahakan tidak
Dalam terkesan seperti
Konseli menggurui
ng 3. Tidak dianjurkan
dengan gaya formal
karena membuat
jarak. Sebaliknya
jangan terlalu cepat
akrab sehingga batas
konselor-klien
terlampaui
BERTANYA DALAM
KONSELING
Menjawab pertanyaan dalam konseling:
Usahakan tidak langsung menjawab
pertanyaan, terlebih yang
penyelesaian problem secara instant
Usahakan pahami klien lebih
mendalam terlebih dahulu: motivasi
dan karakternya menjawab dengan
misalnya Menurut
Anda seperti itu?
Menurut A sendiri kira-kira .
K. Mendengar Dalam Konseling

Merupakan alat yang diandalkan dalam


konseling
Mendengar dengan saksama (empathic
listening, and not just hearing)
Mendengarkan nada (tinggi-rendahnya), volume
(lirih-kerasnya), intonasi (datar, bervariasi, amat
berfluktuasi)
Mendengarkan metafor, yaitu kata-kata yang
mempunyai makna lain selain yang benar-benar
diucapkan.
L.Menyimpulkan
Dalam Konseling
Pengertian:
Rekapitulasi dari isu-isu
utama dalam konseling.
Harus dilakukan oleh
seorang konselor terhadap
kliennya.
Menyimpulkan
Dalam Konseling
Penyimpulan tentang isu atau topik dapat dilakukan
pada sesi berlangsung, akhir sesi atau akhir proses
konseling
Dapat dilakukan oleh kedua belah pihak
Dapat digunakan sebagai cara untuk memantapkan
proses konseling sehingga klien mau melanjutkan
hingga masalahnya terselesaikan.
Membantu klien mencapai tilikan atas kondisi jiwanya.
Menetapkan langkah selanjutnya berdasarkan simpulan
yang telah disepakati (melanjutkan konseling, atau
sementara dapat berdiri sendiri, atau dirujuk ke yang
lebih ahli)
PERTANYAAN.....
REFERENSI

Notoadmojo, S. 2012. Promosi


kesehatan dan prilaku kesehatan.
Rineka cipta: jakarta
Syarifudin, Dkk. 2009. Promosi
Kesehatan Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Trans Info Media: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai