Oleh :
Ulan Noputri, S.Ked
H1AP09046
Pembimbing :
dr. Puspawati Syahril, Sp. KK
dr. Sabrina YST
Golongan I : fotokromogen
M. marinum dan M. kansasii
Golongan II : skotokromogen
M. scrofulaceum
Golongan III : nonfotokromogen
M. avium intracellulare dan M. ulcerans
Golongan IV : rapid growers
M. fortuitum dan M. abscessus
KLASIFIKASI
TUBERKULOSIS
KUTIS
Abses dingin
Fistel
Bentuk memanjang
Tidak teratur
Ulkus Disekitarnya livide
Bergaung
Sembu Pus seropurulen
. h Krusta kekuningan
Skin
brid Sikatrik
ges
4. Tuberkulosis kutis verukosa
Infeksi terjadi secara eksogen (kuman langsung
masuk ke dalam kulit).
Predileksi : tungkai bawah dan kaki, tempat yang lebih
sering mendapat trauma (lutut).
Gambaran klinisnya khas, berbentuk bulan sabit
akibat penjalaran serpiginosa. Ruam terdiri atas
papul-papul lentikular di atas kulit eritematosa. Pada
bagian yang cekung terdapat sikatriks.
5. Tuberkulosis kutis gumosa
Tuberkulosis ini terjadi akibat penjalaran secara
hematogen, biasanya dari paru.
Kelainan kulit berupa infiltrat subkutan, berbatas tegas
yang menahun, kemudian melunak dan bersifat
destruktif.
Diagnosis banding: sifilis, frambusia, mikosis profunda
6. Tuberkulosis kutis orifisialis
nodusum
Eritema dan nodus
indolen.
Nodus dengan
bagian atas eritema
Dapat mengalami
supurasi menjadi
Predileksi : anggota ulkus namun juga
tubuh bagian dapat regresi hingga
ekstensor terbentuk hipotrofi
DD : Lepra, alergi kulit.
obat secara sistemik, Predileksi : anggota
demam rematik. tubuh bagian fleksor
Kronik residif
Eritema Eritema
nodusum induratum
DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan bakteriologik
Penting untuk mengetahui penyebabnya.
Menggunakan bahan berupa pus. Antara lain berupa
pemeriksaan BTA, kultur dan PCR.
Pemeriksaan BTA dengan menggunakan pewarnaan
Ziehl Neelson mendeteksi kurang lebih 10.000 basil
per mL.
Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) dapat
juga digunakan untuk mendeteksi M. tuberculosis.
Pemeriksaan kultur menggunakan medium non sekeltif
(Lowenstein-Jensen), tetapi hasilnya memerlukan
waktu yang lama (8 minggu).
2. Pemeriksaan Histopatologi
Penting untuk menegakkan diagnosis. karena hasilnya
cepat (1 minggu).
3. Tes Tuberkulin (Tes Mantoux)
Berarti pada usia < 5 tahun. Jika (+) artinya pernah
atau sedang menderita TBC. Tetapi tidak dapat
membedakan apakah infeksi tersebut masih
berlangsung aktif atau telah berlalu.
4. LED
Pada tuberkulosis kutis, LED mengalami peningkatan.
LED meninggi berarti terjadi kerusakan jaringan.
Tetapi LED ini lebih penting untuk pengamatan obat
daripada untuk membantu menegakkan diagnosis.
TATALAKSANA
Terapi dengan obat anti tuberkulosis :
Prinsip Pengobatan pada tuberkulosis kutis sama
dengan pengobatan tuberkulosis paru. Untuk
mencapai hasil yang baik hendaknya diperhatikan
syarat sebagai berikut :
1. Pengobatan harus dilakukan secara teratur
tanpa terputus agar tidak terjadi resistensi.
2. Pengobatan harus dalam kombinasi. Dan dalam
kombinasi tersebut disertakan INH karena obat
tersebut bersifat bakterisidal.
3. Keadaan umum diperbaiki.
Obat antituberkulosis
2 tahapan :
1. Tahap awal (intensif) : membunuh kuman yang aktif
sebanyak dan secepat mungkin dgn obat yang bersifat
bakterisidal.
2. Tahap lanjut : membunuh kuman yang tumbuh lambat.
Obat cadangan (sekunder, barisan II )
Levofloksasin
Ofloksasin
Kombinasi amoksisilin/kalium klavulanat
Amikasin
Yang sering digunakan yaitu kombinasi INH dan
Levofloksasin
Edukasi yang perlu disampaikan kepada pasien
:
Bahwa pengobatan penyakit ini dalam jangka
waktu lama, dan kemungkinan efek samping
dari pengobatan.
Pasien dianjurkan untuk minum obat secara
teratur dan kontrol teratur setiap bulan jika
obat habis selama jangka waktu pengobatan.
Menjaga hygene peroral.
Tatalaksana Mikobakteria Atipikal
No Bakteri Pengobatan
1. M. Marinum - Minosiklin 100-200 mg / hari selama 6-12
minggu
- Rifampisin 600 mg dan Etambutol 1-2
gram/hari selama 3-6 bulan.
- Kotrimoksazol 2-3 tablet, 2 kali/hari selama 6
minggu
2. M. Kansassi - Obat anti TB terutama Streptomisin, Rifampisin,
dan Etambutol dalam kombinasi
- Minosiklin 200 mg/hari
3. M. avium- Pembedahan
intracelulare
4. M. Fortuitum - Klaritromisin 500 mg 2 kali/hari
- Minosiklin 100-200 mg/hari
PROGNOSIS
Pada umumnya selama pengobatan
memenuhi syarat seperti yang telah
disebutkan, prognosisnya baik.
Prognosis tergantung deteksi dini dan
diagnosis yang tepat dari penyakit ini. Jika
tuberkulosis menjadi generalisata atau
menyerang meningen, prognosis dubia.
Mortalitas pasien dengan ko-infeksi TB-
HIV/AIDS lebih besar jika dibanding pasien
yang tidak menderita HIV.
KESIMPULAN
Tuberkulosis kutis adalah penyakit infeksi
granulomatosa kronis yang disebabkan oleh
basil Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis kutis ini umumnya menyerang
orang-orang yang mempunyai imunitas
rendah. Kuman ini dapat menginfeksi dengan
6 cara baik itu langsung melalui kulit ataupun
penjalaran melalui organ tubuh lainnya.
Klasifikasinya dapat dibedakan menjadi
tuberkulosis sejati dan tuberkuloid.
Diagnosis tuberkulosis kutis ini berdasarkan atas
anamnesa riwayat TB, pemeriksaan klinik umum,
dan dermatologi. Diperlukan juga pemeriksaan BTA
dan kultur.
Formula untuk pengobatan TB kulit ini adalah
kombinasi 3 atau 2 obat ( HRZ atau HRE)
Prognosis dari penyakit ini baik apabila pasien
bersedia menjalani terapi tanpa putus obat dan
dengan tetap menjaga kebersihan badan dan
lingkungan sekitarnya.
TERIMA
KASIH