Sistem imun
Imunodefisiensi Primer
- Kelainan Genetik
Imunodefisiensi Sekunder
- Nutrisi yang buruk
- Setelah Radiasi
- Pengobatan Khemoterapi
- Obat-obat imunosupresan
- Infeksi HIV
Strategi Pemeriksaan
Laboratorium HIV
Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
Retrovirus
P 17/18 (Capsid)
Lipid bilayer
P 24/25 (Core)
Envelope
Gp 120
Gp 41
RNA
Reverse
Transcrip
tase
P 9/7
Scientific Americans (1988)
Sifat Hidup Virus (HIV)
*
Hidup intra sel darah putih
(lekosit : limfosit, monosit)
* Mudah mati:
Suhu kamar, sinar matahari, berapa jam.
Panas-kering (170o C, oven), 2 jam.
Panas-basah (120oC, autoclave), 20 menit.
Air mendidih (direbus), 20 menit.
Disinfektan : formalin, H2O2, Na-Hipokhlorit.
Kebersihan standart.
* Penularan:
Kontaminasi langsung darah (penderita)
Pemeriksaan Laboratorium HIV
Biakan virus
Deteksi antigen virus
Deteksi antibodi terhadap virus (anti-gp120
gp41, p24)
Deteksi materi genetik : DNA provirus / RNA
Pemeriksaan limfosit T ( TCD4 dan TCD8)
PENTING !!!
Surveilans > 10 % I
< 10 % II
Diagnosissimptomatik > 30 % I
< 30 % II
asimptomatik > 10 % II
< 10 % III
Alur Strategi Pemeriksaan HIV
Rekomendasi UNSAID-WHO (Th 1992)
Strategi I Strategi II Strategi III
Transfusi darah Surveilans Diagnosis
A1 A1 A1
A1+ A1-
A1+ A1- A1+ A1- Laporkan
Anggap laporkan laporkan A2
negatif
positif (2) negatif A2 negatif (3) A1+A2+ A1+A2-
Ulangi A1 dan A2
A1+A2+ A1+A2-
Laporkan A1(+)A2(+) A1(+)A2(-) A1(-)A2(-)
positif (4) Ulangi laporkan
A1 dan A2 negatif
A3
Surveilans AIDS
DepKes RI Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Jakarta 1998
Hal yang perlu diperhatikan
Western Blot
Line Immunoassay
RIPA
Imunofluoresensi
Ag Neutralisation,
NAT
Tes Diagnostik Alergi
Gejala alergi yang sering
ditemukan
Hidung : pembengkakan mukosa hidung
Sinus : sinusitis
Mata : konjungtiva merah dan gatal
Saluran nafas : bersin, batuk, Wheezing,
asthma,
odema laryng
Telinga : gatal, rasa fullness
Kulit : ruam
Traktus gastrointestinal : nyeri
abdominal, kembung,
Penyebab Alergi
Alergen telan : makanan al kacang, susu,
kedelai, gandum,
ayam, telur, daging, seafood, keju, sayuran,
buah, dsb
Alergen hirup: bulu binatang, tungau, spora
jamur, benang
sari
Alergen lain: latex, obat, gigitan serangga
Macam tes alergi
Tes kulit :
Skin Prick Test.
Intradermal test.
Patch test
Tes darah :
- Kadar IgE total
- RAST, kadar IgE spesifik
Tes lain
Kontraindikasi Tes Kulit
Riwayat anafilaxis
Resiko tinggi terjadi reaksi anafilaktik
(asthma yang tidak terkontrol, penurunan fungsi
paru,
riwayat adanya reaksi hebat terhadap suatu
alergen)
Ruam kulit setelah penyuntikan
Tidak bisa stop pemakaian obat
Penyakit kardiovascular ( coronary artery, cardiac
arrhythmias)
Skin Prick Test /
SPT
Pilihan pertama
Simpel, cepat, aman, sensitive,
murah
Dapat mengidentifikasi jenis
alergen (telan, hirup, obat,
sengatan serangga)
Cara : teteskan alergen tertentu
pada kulit (tangan / punggung)
Gores kulit dengan jarum pada
tetesan alergen
Cek kulit setelah 15 menit, amati
adanya benjolan merah dan gatal
(wheals)
Jika SPT negative: lakukan tes
intradermal test pada kunjungan
Skin Prick Test
Tes Intradermal
Tes Intradermal
Reaksi tes alergi Intradermal
Benzyl Pennicillin
Penicillin Polylysine (major
determinant)
Minor determinant mixture
Amoxycillin
Augmentin
Flucloxacillin
Tes intradermal untuk obat
lain
Cefaclor
Insulin (Bovine, human, Porcine)
Isocyanate ( bahan cat)
Local Anaesthetic
General Anaesthetic
Gelatin (bahan vaccine)
Bisa ular
Patch test
Bermacam-macam
alergen
ditempelkan pada
patches yang
menyerupai plester
Mengetahui adanya
dermatitis kontak
Indikasi Patch Test
Nilai Referensi
Umur (tahun)
Range (IU/ml)
<1 1 - 52
1- 4 0 - 352
5 - 10 0 - 393
11- 15 2 - 170
>15 0 - 158
Tes Diagnostik Test
Syok Anafilaksis
Macam Tes
Tidak ada tes yang spesifik
Dua mediator yang dikeluarkan oleh sel mastosit
dan basofil kondisi anafilaksis yaitu triptase and
histamin.
Peningkatan kadar triptase and histamin dapat
dideteksi dalam sampel darah (serum) segera
setelah onset gejala
Peningkatan kadar metabolit histamin (N-methyl
histamine and N-methylimidazole acetic acid)
dan prostaglandin (PG) D2 metabolite, 11-beta-
PGF2-alpha (11-PGF2), dapat diukur dalam urin
setelah kejadian anafilaktik.
Tes Diagnostik
Lupus Eritematosus
Sistemik
Pemeriksaan Laboratorium
Rutin : Pemeriksaan Darah Lengkap,
Urinalisis, Kimia Klinik
Petanda inflamasi : LED, CRP
Pengukuran autoantibodi : ANA, anti-
dsDNA
Pengukuran kadar komponen komplemen
Penanda Keradangan