Anda di halaman 1dari 53

Tes Diagnostik Penyakit

Sistem imun

Prof. Dr. dr Kusworini Handono,


MKes, SpPK
Kepentingan Pemeriksaan
Lab
Membantu menegakkan diagnosis
Evaluasi aktivitas penyakit
Evaluasi progresivitas penyakit
Mengikuti efek terapi
Membedakan penyakit primer atau
sekunder
Pokok Bahasan : Tes
Diagnostik
Penyakit Imunodefisiensi
Penyakit Alergi
Syok Anafilaktik
Penyakit Autoimun :
Lupus Eritematosus Sistemik
Tes Diagnostik
Penyakit
Imunodefisiensi
Tanda Klinik adanya sindroma
imunodefisiensi

Sering terjadi infeksi


Infeksi sulit sembuh meskipun mendapat
Tx adequate
Infeksi mudah menyebar
Timbulnya infeksi oportunistik
Timbulnya cancer tertentu ( sarkoma
Kaposis pada pasien AIDS)
Penyebab Imunodefisensi

Imunodefisiensi Primer
- Kelainan Genetik
Imunodefisiensi Sekunder
- Nutrisi yang buruk
- Setelah Radiasi
- Pengobatan Khemoterapi
- Obat-obat imunosupresan
- Infeksi HIV
Strategi Pemeriksaan
Laboratorium HIV
Human Immunodeficiency Virus
(HIV)

Retrovirus

2 jenis : HIV-1 & HIV-2

Struktur terdiri dari :


Envelope
Capsid
Core
HIV: Struktur Virus

P 17/18 (Capsid)

Lipid bilayer

P 24/25 (Core)

Envelope
Gp 120
Gp 41

RNA

Reverse
Transcrip
tase
P 9/7
Scientific Americans (1988)
Sifat Hidup Virus (HIV)

*
Hidup intra sel darah putih
(lekosit : limfosit, monosit)

* Mudah mati:
Suhu kamar, sinar matahari, berapa jam.
Panas-kering (170o C, oven), 2 jam.
Panas-basah (120oC, autoclave), 20 menit.
Air mendidih (direbus), 20 menit.
Disinfektan : formalin, H2O2, Na-Hipokhlorit.
Kebersihan standart.

* Penularan:
Kontaminasi langsung darah (penderita)
Pemeriksaan Laboratorium HIV

Biakan virus
Deteksi antigen virus
Deteksi antibodi terhadap virus (anti-gp120
gp41, p24)
Deteksi materi genetik : DNA provirus / RNA
Pemeriksaan limfosit T ( TCD4 dan TCD8)
PENTING !!!

Informed consent tertulis

Didahului dengan pre-test counseling

Diikuti dengan post-test counseling


Bahan Pemeriksaan
Serum, Plasma , Whole Blood
Segera dipisahkan
Stabilitas :
2 8 oC, tahan 1 mg
- 20 o C, tahan lebih lama
Metoda Pemeriksaan pada
HIV
Penapisan awal
Aglutinasi
Enzyme immunoassay (EIA)
Imunokromatografi
Konfirmasi
Immunofluorescent
Western blotting
RIPA
PCR
Strategi Penyaringan
Tujuan tes Prevalensi Strategi
Donor & semua I
transplantasi prevalensi

Surveilans > 10 % I
< 10 % II
Diagnosissimptomatik > 30 % I
< 30 % II
asimptomatik > 10 % II
< 10 % III
Alur Strategi Pemeriksaan HIV
Rekomendasi UNSAID-WHO (Th 1992)
Strategi I Strategi II Strategi III
Transfusi darah Surveilans Diagnosis
A1 A1 A1
A1+ A1-
A1+ A1- A1+ A1- Laporkan
Anggap laporkan laporkan A2
negatif
positif (2) negatif A2 negatif (3) A1+A2+ A1+A2-
Ulangi A1 dan A2
A1+A2+ A1+A2-
Laporkan A1(+)A2(+) A1(+)A2(-) A1(-)A2(-)
positif (4) Ulangi laporkan
A1 dan A2 negatif
A3

A1(+) A1(+) A1(+) A1(+)


A1(+)A2(+) A1(+)A2(-) A1(-)A2(-) A2(+)A3(+) A2(+)A3(-) A2(-)A3(+) A2(-)A3(-)
Laporkan anggap laporkan
Laporkan
positif (4) indertimi negatif R. tinggi R. rendah
positif (4) Anggap
nate (5)
indrtermi Anggap Anggap
Surveilans AIDS nate (5) indetermi negatif
DepKes RI Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular nate (5) (6)
dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Jakarta 1998
Keterangan Strategi Pemeriksaan HIV
Sesuai Rekomendasi UNSAID-WHO, Tahun 1992

1. A1, A2 dan A3 merupakan 3 test yang berbeda.


2. Hasil ini tidak cukup untuk menegakkan diagnosis, pakailah
strtegi II atau III untuk diagnosis. Apapun hasil akhir
pemeriksaan, semua donor yang pertama kali sudah positif
tidak dapat untuk transfusi atau transplantasi.
3. Hasil boleh dilaporkan.
4. Untuk orang yang baru pertama kali terdiagnosis, hasil yang
positif harus dikonfirmasi menggunakan sampel kedua.
5. Pemeriksaan harus diulang 14 hari kemudian dengan
menggunakan sampel kedua.
6. Tidak ada resiko infeksi HIV sama sekali.

Surveilans AIDS
DepKes RI Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Jakarta 1998
Hal yang perlu diperhatikan

Untuk hasil yang indeterminate, periksa


ulang dengan bahan baru yang diambil
sedikitnya 14 hari sesudah yang pertama
Bila hasil tetap indeterminate, periksa
ulang pada 3, 6 atau 12 bulan. Bila setelah
1 tahun hasil tetap indeterminate,
dianggap tidak terinfeksi HIV
Untuk keperluan Dx, baik pada Strategi II
atau III bila hasilnya positif sebaiknya
dilakukan konfirmasi
Tes
Konfirmasi

Western Blot
Line Immunoassay
RIPA
Imunofluoresensi
Ag Neutralisation,
NAT
Tes Diagnostik Alergi
Gejala alergi yang sering
ditemukan
Hidung : pembengkakan mukosa hidung
Sinus : sinusitis
Mata : konjungtiva merah dan gatal
Saluran nafas : bersin, batuk, Wheezing,
asthma,
odema laryng
Telinga : gatal, rasa fullness
Kulit : ruam
Traktus gastrointestinal : nyeri
abdominal, kembung,
Penyebab Alergi
Alergen telan : makanan al kacang, susu,
kedelai, gandum,
ayam, telur, daging, seafood, keju, sayuran,
buah, dsb
Alergen hirup: bulu binatang, tungau, spora
jamur, benang
sari
Alergen lain: latex, obat, gigitan serangga
Macam tes alergi
Tes kulit :
Skin Prick Test.
Intradermal test.
Patch test
Tes darah :
- Kadar IgE total
- RAST, kadar IgE spesifik
Tes lain
Kontraindikasi Tes Kulit
Riwayat anafilaxis
Resiko tinggi terjadi reaksi anafilaktik
(asthma yang tidak terkontrol, penurunan fungsi
paru,
riwayat adanya reaksi hebat terhadap suatu
alergen)
Ruam kulit setelah penyuntikan
Tidak bisa stop pemakaian obat
Penyakit kardiovascular ( coronary artery, cardiac
arrhythmias)
Skin Prick Test /
SPT
Pilihan pertama
Simpel, cepat, aman, sensitive,
murah
Dapat mengidentifikasi jenis
alergen (telan, hirup, obat,
sengatan serangga)
Cara : teteskan alergen tertentu
pada kulit (tangan / punggung)
Gores kulit dengan jarum pada
tetesan alergen
Cek kulit setelah 15 menit, amati
adanya benjolan merah dan gatal
(wheals)
Jika SPT negative: lakukan tes
intradermal test pada kunjungan
Skin Prick Test
Tes Intradermal
Tes Intradermal
Reaksi tes alergi Intradermal

Lebih sensitive dibanding skin prick test


sejumlah kecil larutan alergen diinjeksikan ke
dalam kulit
Tes Intradermal Penisilin

Benzyl Pennicillin
Penicillin Polylysine (major
determinant)
Minor determinant mixture
Amoxycillin
Augmentin
Flucloxacillin
Tes intradermal untuk obat
lain
Cefaclor
Insulin (Bovine, human, Porcine)
Isocyanate ( bahan cat)
Local Anaesthetic
General Anaesthetic
Gelatin (bahan vaccine)
Bisa ular
Patch test

Bermacam-macam
alergen
ditempelkan pada
patches yang
menyerupai plester

Pakai patches selama 24 -


72 jam, tidak boleh mandi
atau olah raga

Mengetahui adanya
dermatitis kontak
Indikasi Patch Test

Atypical Eczema & non-immediate


skin reactions
Allergic Contact Dermatitis
Occupational asthma & dermatitis
Drug Reactions, especially delayed
tipe
Non-immediate Food Reactions
Tes Darah (immunoassay)
Mengukur kadar IgE total, specific IgE ( RAST, ELISA)
Kapan dilakukan ?
- Adanya risiko anaphylaxis.
- Adanya ruam ( sengatan, eczema).
- Tidak bisa menghentikan pemakaian obat
(antihistamin,
antidepresan, beta blocker, ACE inhibitor,
immunomodulatory creams, topical steroids)
- dugaan alergi terhadap bahan yang tidak biasa
Kurang sensitive dibandingkan tes kulit
Harga lebih mahal
Pengukuran Kadar IgE
Total
IgE merupakan <0.001% dari total
Imunoglobulin
Mayoritas IgE terikat pada permukaan sel
mastosit dan basofil
~ 50% pasien dengan dermatitis, rhinitis
alergika atau asthma menunjukkan
peningkatan kadar IgE total
Peningkatan kadar IgE total juga ditemukan
pada :
Infeksi Parasit
Bronchopulmonary Aspergillosis
Imunodefisiensi seperti infeksi HIV
Merokok
Kadar Total IgE serum

Nilai Referensi
Umur (tahun)
Range (IU/ml)
<1 1 - 52
1- 4 0 - 352
5 - 10 0 - 393
11- 15 2 - 170
>15 0 - 158
Tes Diagnostik Test
Syok Anafilaksis
Macam Tes
Tidak ada tes yang spesifik
Dua mediator yang dikeluarkan oleh sel mastosit
dan basofil kondisi anafilaksis yaitu triptase and
histamin.
Peningkatan kadar triptase and histamin dapat
dideteksi dalam sampel darah (serum) segera
setelah onset gejala
Peningkatan kadar metabolit histamin (N-methyl
histamine and N-methylimidazole acetic acid)
dan prostaglandin (PG) D2 metabolite, 11-beta-
PGF2-alpha (11-PGF2), dapat diukur dalam urin
setelah kejadian anafilaktik.
Tes Diagnostik
Lupus Eritematosus
Sistemik
Pemeriksaan Laboratorium
Rutin : Pemeriksaan Darah Lengkap,
Urinalisis, Kimia Klinik
Petanda inflamasi : LED, CRP
Pengukuran autoantibodi : ANA, anti-
dsDNA
Pengukuran kadar komponen komplemen
Penanda Keradangan

Deteksi protein fase akut


yang disekresikan oleh liver
sebagai respon terhadap
kondisi inflamasi
Kepentingan : monitor
aktivitas penyakit,
mendukung diagnosis
Laju Endap Darah (LED)
Kepentingan : monitor aktivitas
penyakit
Mengukur kecepatan sel darah
merah mengendap dalam tabung
Westergren dalam waktu 1 jam.
Nilai Referensi :
Pria : 0-15 ml/jam
Wanita : 0-20 ml/jam
Meningkat : inflamasi akut dan
kronis
Tidak spesifik, dipengaruhi
kehamilan, anemia, hipoksia,
dehidrasi dsb
C-reactive protein (CRP)

Merupakan protein dalam darah


yang disekresikan selama
inflamasi
(acute-phase protein)
Nilai Referesi CRP : < 0,6 mg/dl
Kelebihan : meningkat lebih
cepat, tidak dipengaruhi oleh
faktor2 seperti pada LED CRP is an annular
pentameric disc in
shape.
Pemeriksaan
Autoantibodi
Mendeteksi adanya antibodi
spesifik yang berkaitan dengan
penyakit autoimun
Indikasi : mendukung diagnosis,
monitoring aktivitas penyakit
Tes Autoantibodi
Anti Nuclear Antibodies / ANA
Anti double stranded DNA antibodies/
anti-dsDNA
Anti-Extractable Nuclear Antigen / anti
ENA
(anti-Sm, anti-Ro, anti-La, anti-RNP)
Anti-Phospholipid antibodies / APL
dll
Anti Nuclear Antibodies / ANA
Autontibodi yang bereaksi terhadap protein-
protein inti sel
Sceening untuk penyakit autoimun LES ( kriteria
dianostik )
Sangat sensitif tapi kurang spesifik
Ada 2 cara deteksi : IF (mikroskop
Immunofluorescence) and Enzyme Immuno Assay
(EIA)
Nilai normal : < 1/100 (IF), < 20 IU (EIA)
Hasil positif harus dilakukan
pemeriksaan untuk autoantibodi lain
(anti-dsDNA, anti-ENA, dll)
Pola Pengecatan IF
Anti-dsDNA antibodies

Autoantibodi dengan target DNA


Dijumpai pada 75% pasien LES
patients
Merupakan tes diagnostik LES
(spesifisitas 94%) dan untuk
monitor aktivitas penyakit
Nilai normal : < 92 IU/ml
Pemeriksaan kadar
Komplemen dalam serum
Deteksi pemakaian komponen
komplemen yang berkaitan
dengan aktifitas penyakit
Komplemen
Protein permukaan sel dan plasma, 9
komponen (C1-9)
15 % fraksi globulin, merupakan proenzym
atau zymogen
Fungsi untuk pembersihan kompleks imun
Nilai normal :
C3 : 85 185 mg/L ; C4 : 10 - 50 mg/L
Indikasi :
Monitoring aktifitas penyakit

Anda mungkin juga menyukai