Anda di halaman 1dari 20

Berbagai Upaya dan

Strategi Pemberantasan
Korupsi

Sesi 9-10
(Fijnaut dan Huberts : 2002):
It is always necessary to relate anti-
corruption strategies to characteristics
of the actors involved (and the
environment they operate in). There is
no single concept and program of good
governance for all countries and
organizations, there is no one right
way. There are many initiatives and
most are tailored to specifics contexts.
Societies and organizations will have to
seek their own solutions.
Mengapa Dibutuhkan Strategi yang
Spesifik?
One size does not fits all approach "One size fits all" is
a description for a product that would fit in all instances...
Politically, the phrase has come to mean that methods of
administration or political beliefs in one country should not
necessarily be applied to another. (wikipedia.com)
Sebab, faktor dan masalah korupsi yang berbeda-beda
antara satu tempat dengan yang lain
Korupsi adalah kejahatan white collar, sehingga dibutuhkan
cara yang canggih dan efektif untuk memberantasnya
(extra-ordinary crime needs extra-ordinary strategy)
Cara melakukan korupsi berubah seiring dengan strategi
untuk menanganinya
Untuk mengurangi kegagalan dalam memberantas korupsi
Dua Kebijakan Umum Menangani
Kejahatan (Dirjen Dikti, hal. 106)
Pemidanaan terhadap kejahatan tersebut. Hukum
atau sanksi pidana dipandang (satu-satunya) cara
yang efektif untuk menghentikan kejahatan dan
menghadirkan efek jera. Negara memiliki peran
untuk menjaga ketertiban sosial dan masyarakat
wajib mematuhinya. Pendekatan pidana diterapkan
terhadap kejahatan yang sudah terjadi (post-
factum).
Pencegahan tanpa pemidanaan/penghukuman.
Menitikberatkan pada upaya menanggulangi faktor
penyebab kejahatan terjadi sehingga potensi
kejahatan tidak termaterialisasi.
Pertanyaannya? Mana yang lebih efektif?
Sisi Lemah Penindakan (Dirjen Dikti,
hal. 91)
Operasionalisasi kerja penindakan membutuhkan waktu yang
panjang, biaya yang tinggi dan usaha yang berlapis-lapis
sehingga kerap dianggap tidak efektif
Terdapat efek buruk dari hukum pidana, yang dapat dilihat
dari membludaknya (overload) kapasitas LP untuk
menampung pelaku kejahatan
Pidana hanya menyembuhkan gejala dari kejahatan, bukan
penyebabnya
Hukum pidana hanya menjadi sub-sistem dari sistem kontrol
sosial dan cara membangun ketertiban sosial sehingga tidak
bisa menyelesaikan keseluruhan masalah kejahatan
Sistem pemidanaan bersifat individual/personal, tidak
struktural, sistemik dan fungsional
Efektifitas hukum sangat bergantung dari berbagai faktor
Faktor Apa yang Ikut Mempengaruhi
Efektifitas Penghukuman atas Kejahatan?
Beberapa Pandangan Kontra atas Pendekatan
Pidana atas Kejahatan (korupsi)

Pemidanaan kasus korupsi bukanlah obat generik (panacea).


Ia bukan satu-satunya cara untuk memberantas korupsi,
melainkan harus dipandang sebagai salah satu pilihan.
Pengaruh yang lebih besar dari turunnya angka kejahatan
bukan pada ada tidaknya UU yang berlaku, melainkan pada
mekanisme dan perubahan kultural yang hidup dan
berkembang di masyarakat
Sistem pencegahan umum lain (kontrol sosial), seperti
kekuasaan orang tua, perintah agama, adat bisa jadi lebih
efektif mencegah kejahatan daripada UU
Secara teknis, sulit mengukur pengaruh keberadaan hukum
pidana dengan perilaku masyarakat luas
Pesimis? Iya jika kita hanya berharap pada satu cara dalam
menangani korupsi
Praktek Baik Melawan Korupsi
Pembentukan lembaga antikorupsi yang independen.
Lembaga ini tidak harus seperti ICAC di Hongkong, CPIB di
Singapura, KPK di Indonesia, melainkan bisa dalam bentuk
yang lain, seperti Ombudsman (berkembang di negara
Eropa Barat)
Dalam banyak praktek, Ombudsman bertugas untuk
menampung komplain masyarakat atas pelayanan publik
yang diberikan oleh negara. Ombudsman memberikan
rekomendasi mengikat, membangun standar perilaku,
standar kode etik pejabat/pegawai negara, serta
membangun kesadaran masyarakat atas hak mereka
sebagai warga negara
Indonesia memiliki Ombudsman sekaligus KPK yang
independen
Selain membentuk lembaga antikorupsi
independen, tugas tak kalah penting adalah
mereformasi lembaga peradilan dan penegak
hukum yang sudah terlebih dulu berdiri
Pada tingkat birokrasi, pembenahan pada
posisi dan fungsi inspektorat/badan pengawas
internal supaya bekerja lebih efekfif dan
profesional
Perbaikan layanan publik satu atap pasti
biaya, waktu dan prosedur
Memperbaiki tata kelola pemerintah daerah
karena sebaran korupsi meluas paska
desentralisasi diberlakukan
Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

Kewajiban Pelaporan LHKPN. Efektif? Jika


tidak, mengapa?
Penerapan E-Lelang dalam proyek
pengadaan pemerintah
Perbaikan sistem rekrutmen Pegawai
Negeri/Polisi/TNI
Membangun sistem insentif bagi pegawai
negeri yang kinerjanya baik, dan
memberikan punishment bagi pegawai
yang tidak profesional
Pemberdayaan Masyarakat sebagai
Fungsi Kontrol Sosial
Hak Akses atas informasi publik
Kampanye penyadapan antikorupsi
Menyediakan sarana partisipasi seperti tempat melaporkan
dugaan korupsi yang sederhana, mudah dan terjangkau bagi
masyarakat luas
Menghapus pasal karet yang dapat mengancam keberanian
masyarakat untuk melaporkan kasus korupsi pencemaran
nama baik, UU ITE, fitnah dan memberikan perlindungan
hukum yang serius LPSK
Jaminan atas kebebasan pers?
Memperkuat peran CSO/NGO antikorupsi, baik pada level
internasional, nasional maupun lokal
Penerapan/penggunaan teknologi modern spt cctv, electronic
surveillance dll
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/05/150503_a
ji_pers_polisi_kekerasan
Pengembangan Instrumen Hukum
yang mendukung agenda antikorupsi
Penerapan berbagai macam aturan hukum yang
melindungi hak warga negara untuk berpartisipasi
dalam pengawasan korupsi (hak atas informasi,
perlindungan saksi dan peniup peluit, aturan
pembuktian terbalik, penghapusan pasal karet, jaminan
kebebasan pers, dll)
Kegiatan monitoring evaluasi untuk mengetahui
capaian, dampak dan persoalan yang dihadapi dalam
memberantas korupsi
Memperkuat kerjasama internasional (konvensi PPB
antikorupsi (UNCAC), perjanjian ekstradisi, interpol,
mutual legal assistance (MLA), International Anti-bribery
act OECD, JICA, dll)
Enam Strategi Memerangi Korupsi
(Bank Dunia)
Bayarkan gaji yang baik/memadai kepada pegawai negeri
Tingkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses
penganggaran publik New Zealand telah memiliki The
Fiscal Responsibility Act sejak 1994
Memotong mata rantai birokrasi pada aspek perijinan,
urusan dokumen barang, maupun pelayanan publik yang
lebih umum
Cabut subsidi yang salah sasaran dan ganti dengan cash
transfer
Terapkan standar internasional melawan korupsi (UNCAC)
Manfaatkan teknologi pintar dan canggih

http://blogs.worldbank.org/futuredevelopment/six-strategies-fight-
corruption
Upaya Pemberantasan Korupsi:
Pelajaran dari Hong Kong
Mendirikan ICAC pada tahun 1974, meski pada
mulanya banyak yang pesimis (mission impossible)
Selama 3 tahun, 247 pejabat pemerintah dan 143
polisi diseret ke pengadilan oleh ICAC
Hong Kong dikenal sbg tempat dimana korupsi
sektor swasta juga menjadi target utama
penegakan hukum dan pencegahan
Membangun sistem pemilu yang bersih dari
suap/politik uang
Korupsi di Hong Kong kini hanya terjadi pada
tempat yang sangat rahasia
Apa yang harus
diperhitungkan?
Identifikasi/diagnosa persoalan eksternal yang
membuat korupsi merajalela pada lingkungan
politik, ekonomi, hukum dan sosial
Diagnosa persoalan internal: sistem, staff,
kemampuan pegawai, struktur birokrasi, style
manajemen, strategi yang ada, dan nilai-nilai
yang dianut bersama
Dari semua diagnosa itu, ditarik berbagai
persoalan utama yang membuat korupsi massif
Berdasarkan identifikasi masalah utama, disusun
formula dan stategi penanggulangannya
Apa strategi tipikal Hong
Kong?
Tiga dimensi pemberantasan korupsi, yakni penegakan
hukum, pencegahan dan pendidikan antikorupsi
Penindakan sebagai garda depan (70% resources ICAC ada
di bagian penindakan)
ICAC diisi oleh orang-orang yang profesional
Pengembangan strategi efek jera yang efektif
Pengembangan strategi pencegahan yang efekfif
Aturan hukum yang mendukung illicit enrichment
Tekanan yang sama pada korupsi sektor pemerintah dan
swasta
Mobilisasi dukungan melalui kerjasama dng berbagai pihak
Kemauan politik yang kuat, independen dan anggaran yang
memadai

http://www.unafei.or.jp/english/pdf/PDF_rms/no69/16_P196-201.pdf
Tantangan Dalam Menyusun dan
Menerapkan Strategi
Pemberantasan Korupsi
Tidak adanya diagnosa masalah yang dalam dan tepat atas
korupsi yang terjadi (data yang dipakai tidak valid, tidak
memadai, dan tidak mencerminkan persoalan sebenarnya)
Perubahan politik menyediakan kesempatan dan tantangan
untuk menjaga ritme dan semangat antikorupsi
Strategi yang dipilih/yang tersedia merupakan pendekatan
yang digunakan di tempat lain/negara lain
Cara pandang sektoral, tidak komprehensif
Strategi antikorupsi tidak menjadi bagian dari rencana dan
aksi pembangunan nasional
Lemahnya politik will, dukungan pendanaan yang minim,
dan lemahnya kapasitas pelaksana/staff
Tiadanya/terbatasnya keterlibatan stakeholders

Anda mungkin juga menyukai