Oleh: Zahrina Amalia Eka N 122011101007 Rizki Nur Fitria 122011101096
Dokter Pembimbing: dr. Justina Evy, Sp.KJ
LAB/SMF PSIKIATRI RSD DR. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2017 Prevalensigangguan mood diperkirakan akan semakin meningkat. Pada tahun 2020, diperkirakan depresi mayor merupakan gangguan yang paling banyak. Sementara itu, bukti yang muncul gangguan bipolar mulai lebih banyak prevalensinya. Gangguan afektif bipolar kondiantara gangguan mental menempati posisi kedua terbanyak sebagai penyebab ketidak mampuan/disabilitas. Sama angka kejadiannya pada kelompok pria dan wanita, sekitar 5 per 1000 orang. Mengalami gangguan tidur. Terjadi hanya beberapa minggu Gangguan somatic merupakan salah satu keluhan yang terdapat pada gangguan mood. Peningkatan gejala somatic berhubungan dengan tingkat keparahan depresi dan umur . Pengetahuan tentang gejala somatik pada gangguan mood masih belum banyak diketahui. Gangguan tidur hipersomnia sebagian besar terkait dengan depresi pada gangguan bipolar. Definisi
Gangguan Bipolar dikenal juga dengan
gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi. Neurotransmiter Pada Gangguan Bipolar
Neurotransmiter yang berpengaruh pada
terjadinya gangguan bipolar adalah dopamin, norepinefrin, serotonin, GABA, glutamat dan asetilkolin. kelompok neurotransmiter lain yang berperan penting pada timbulnya mania, yaitu golongan neuropeptida, termasuk endorfin, somatostatin, vasopresin dan oksitosin. Monoamin dan Depresi zat-zat yang menyebabkan berkurangnya monoamin, seperti reserpin berkurangnya ketersediaan neurotransmiter monoamin, terutama NE dan serotonin dapat menyebabkan depresi. Serotonin Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido. Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi Adanya gangguan serotonin dapat menjadi Noradrenergik Badan sel neuron adrenergik yang menghasilkan norepinefrin terletak di locus ceruleus(LC) batang otak dan berproyeksi ke korteks serebri, sistem limbik, basal ganglia, hipotalamus dan talamus berperan dalam mulai dan mempertahankan keterjagaan Stresor akut aktivasi fungsi LC fungsi vegetatif seperti makan dan tidur menurun. Stressor menetap menurunkan kadar norepinefrin di forbrain medial menyebabkan anergia, anhedonia, dan penurunan libido pada Epidemiologi
Insiden gangguan bipolar 0,3-1,5%.
Risiko kematian terus membayangi penderita bipolar. Kematian itu dikarenakan mereka mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri. Risiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya 1,3 per 1000 pasien. Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul di usia remaja atau dewasa. Gambaran Klinis
DSM IV membagi menjadi gangguan bipolar I dan II.
Gangguan bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai episode hipomanik. Gangguan bipolar I paling tidak terdapat 1 episode manik di sana. Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode hipomanik PPDGJ III gangguan ini bersifat episode berulang gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta. Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Diagnosis Dan Klasifikasi F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya GANGGUAN SOMATIK PADA GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
Gangguan afektif bipolar episode depresif, pada tiap
orang berbeda-beda dan bersifat individual. Gangguan depresif mempengaruhi pola pikir, perasaan, dan perilaku seseorang serta kesehatan fisiknya. Dua pertiga pasien depresi datang dengan keluhan somatik. Perubahan nafsu makan dan libido, kurang energi, gangguan tidur bangun lebih cepat saat tidur, kesulitan untuk tidur, gejala somatik tanpa nyeri (pusing, palpitasi, sesak), serta keluhan nyeri (nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri muskuloskeletal, dan gangguan gastrointestinal). Gejala muncul karena stres yang besar, kekhawatian, dan kecemasan terkait gangguan depresifnya Gejala somatik pada depresi semakin jelas pada peningkatan usia sedangkan variasi mood diurnal, hypersomnia, dan peningkatan nafsu makan menjadi kurang menonjol pada peningkatan usia. Pada gangguan bipolar fase depresi, munculnya gejala somatik lebih sedikit Patofisiologigangguan somatoform masih tidak diketahui. Gangguan gejala somatik primer dapat berhubungan dengan kesadaran yang tinggi dari sensasi yang dirasakan tubuh. Kesadaran ini dapat dipasangkan dengan bias kognitif untuk menafsirkan setiap gejala fisik sebagai indikasi penyakit medis. Gejala otonom ini mungkin berhubungan dengan efek fisiologis dari senyawa Peran neurotransmiter serotonin. Serotonin disintesis dari asam amino esensial tryptophan dalam 2 tahap enzimatis. Plasma tryptophan blood-brain barrier secara aktif dengan melalui large neutral amino acid transporter protein. Perubahan fungsi serotoninergik otak menunjukkan perubahan fungsi tubuh dan perilaku yang merupakan gejala kllinis utama depresi, seperti nafsu makan, tidur, fungsi seksual, sensitivitas nyeri, temperatur tubuh dan irama sirkadian. Faktor psikoneuroendokrinologi. Hiperkortisolisme gejala psikiatrik seperti anergia, anhedonia dan mood depresi. Pada gangguan depresi mayor terdapat kadar kortisol plasma, cairan serebrospinal dan urin yang meningkat; peningkatan kortikopin releasing hormon di cairan serebrospinal dan terdapat hipertropi kelenjar adrenal. Disregulasi axis HPA (Hipotalamus-Pituitari-Adrenal) pada gangguan depresi mayor akibat terganggunya transmisi signal melalui reseptor kortikoid. Antidepresan bekerja menormalkan transmisi signal ini. Disregulasi axis HPT (Hipotalamus-Pituitari-Tiroid) dapat menunjukkan gejala psikiatrik. Hipertiroidisme berhubungan dengan labilitas emosi, iritabilitas, insomnia, anxietas, kehilangan berat badan dan agitasi psikomotor. Faktor psikoneuroimunologi Perilaku sakit (ilness behavior) seperti penurunan nafsu makan, kelelahan, somnolen pada gangguan mood berhubungan dengan fungsi imunitas. Berbagai gangguan medis dan pengobatan yang meregulasi fungsi imunitas berhubungan dengan gejala psikiatrik. Tatalaksana Farmakoterapi Litium Indikasi Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat sebagai terapi rumatan GB. Lamotrigin Indikasi : Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut maupun rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat. Valproat. Antipsikotika Atipik risperidon, olanzapin, quetiapin, aripiprazol Antidepresan Psikoterapi Penatalaksanaan gangguan somatik
Terapi perilaku kognitif dan obat antidepresan.
Terapi perilaku kognitif akan bermanfaat jika diadaptasi untuk keluhan somatis utama. Pasien dibantu untuk mengenali dan mengatasi stresor sosial yang dialami, juga perlu didorong untuk kembali ke fungsi normal dan mengurangi perilaku sakit secara bertahap. Obat antidepresan bermanfaat dalam sebagian besar kasus meskipun tidak ada depresi yang menyertai. Tetapi penggunaannya harus disertai penjelasan yang memadai agar tidak dianggap mengada-ada. Prognosis Prognosis Buruk Prognosis Baik Akut Fase manic (dalam durasi pendek) Onset terjadi pada usia muda Onset terjadi pada usia yang lanjut Riwayat kerja yang buruk Pemikiran untuk bunuh diri yang rendah Penyalahgunaan alcohol Gambaran psikotik yang rendah Gambaran psikotik Masalah kesehatan (organik) yang rendah. Gambaran depresif diantara episode manic dan depresi Adanya bukti keadaan depresif Jenis kelamin laki-laki. TERIMA KASIH