Anda di halaman 1dari 51

GANGGUAN PSIKOTIK LIR-

SKIZOFRENIA (SCHIZOPHRENIA-
LIKE) AKUT (F23.2)

LAPORAN KASUS

Oleh : Sahriani
111 2015 2227

Pembimbing
dr. Agus Japari, M.Kes, Sp.Kj
IDENTITAS PASIEN

Nama: Nn. M
No. RM : 15 82 67
Umur : 21 tahun (Palopo, 31 Desember 1996)
Agama : Islam
Suku : Palopo
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir: SMA (Tidak tamat)
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Jl. Cendrawasih lorong baji Pangaseng

Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada


tanggal 12 Februari 2016, pukul 00.07 WITA, diantar oleh Ibu
kandung dan saudara pasien.
RIWAYAT PSIKIATRI

KELUHAN UTAMA

Mengamuk
Riwayat Gangguan Sekarang
Keluhan dan Gejala

Pasien perempuan 21 tahun diantar ke UGD RSKS Makassar pertama kali oleh ibu dan

saudaranya dengan keluhan mengamuk yang dialami sekitar 3 hari yang lalu. Menurut
keluarganya pasien mengamuk dengan cara melempar barang disekitarnya apabila ada
orang yang mengenakan baju merah dan hitam sambil menyebut bahwa mereka adalah
setan. Pasien juga mengancam akan membunuh saudaranya yang bermaksud jahat
kepadanya. Sebelumnya pasien kabur dari rumah dan saat ditemukan di pasar sudiang,
pasien dalam keadaan gelisah dan mengatakan agar keluarganya segera bertaubat kepada
Allah. Pasien sering berteriak dan mengatakan bahwa dirinya sangat membenci laki-laki
sebab dengan melihat laki-laki pasien yakin bahwa mereka bermaksud untuk memperkosa
pasien serta mengguna-guna pasien seperti adik kandungnya yang tengah sakit. Pasien
mengaku mendapatkan bisikan bahwa dirinya telah mendapat ilham serta dapat
membentengi diri dan kecantikannya dari segala jenis pengaruh sihir yang ditujukan
kepadanya.
Awal perubahan perilaku pasien dialami sekitar seminggu yang lalu dimana pada saat itu pasien

tengah merawat adiknya yang sakit, lalu sang kakak melihat bahwa pasien sangat kasar dalam

mengurus saudaranya. Sehingga terjadi percekcokan yang menyebabkan pasien langsung kabur dari

rumah tanpa membawa apapun kecuali pakaian yang dipakainya hari itu. Setelah mencari selama 3

hari pasien lalu ditemukan dalam keadaan mengamuk disekitar pasar mandai sudiang dimana

menurut pengakuan orang sekitar pasien diturunkan paksa dari pete-pete sebab tidak membayar.

Pasien lalu dibawa pulang dan mulai berbicara aneh hingga mengamuk. Pendidikan terakhir pasien

adalah SMA kelas 1 dan berhenti sekolah sebab pasien ingin dirumah membantu pekerjaan dan jarak

antara rumah dan sekolah yang jauh. Pasien sehari-hari kini beraktifitas mengurus pekerjaan rumah.

Pasien dikenal sebagai pribadi yang cukup tertutup dan keras kepala, jika ada kemauannya yang tidak

dituruti pasien sering kabur dan pergi kerumah teman atau tetangga dan berlangsung sejak pasien

SMP. Pasien jarang bergaul dengan teman seusianya dan juga tetangga.
Hendaya/Disfungsi
Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)
Hendaya dalam bidang sosial (+)
Hendaya dalam waktu senggang (+)

Faktor Stressor Psikososial


Pasca pertengkaran dengan saudaranya
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat
penyakit fisik dan psikis sebelumnya

Trauma : Tidak ada


Kejang : Tidak ada
Infeksi : Tidak ada
Merokok : Tidak ada
Minum alokohol : Tidak ada
Obat-obatan : Tidak ada
Riwayat Kehidupan Pribadi

Riwayat Prenatal dan Perinatal


Pasien lahir normal, di rumah sakit dibantu oleh dokter dan bidan
pada tanggal 31 Desember 1996. Berat badan lahir tidak diketahui
menurut ibunya pasien lahir seperti bayi pada umumnya. Pasien
dilahirkan ditengah kondisi ekonomi rendah. Bapak dan Ibu pasien
merencanakan dan menginginkan kelahiran pasien. Ibu pasien
tidak pernah mengalami masalah psikis selama kehamilan.

Riwayat masa kanak awal (1-3 tahun)


Perkembangan masa kanak-kanak awal pasien seperti berjalan,
berbicara dan perkembangan motorik berlangsung baik. Pasien
bermain dengan teman seusianya.
Riwayat kanak Pertengahan (3-11thn)

Pasien tinggal dengan orang tua dan saudaranya dan


cukup mendapatkan perhatian dan kasih sayang

Riwayat kanak akhir dan remaja (12-18 thn)


Pasien sekolah seperti kebanyak remaja lainnya,
namun sejak masuk SMP pasien mulai sering bolos.
Tidak ada masalah dalam lingkungan sekolah maupun
keluarga tante pasien namun pasien ingin berhenti
sekolah saat memasuki SMA kelas 1 sebab jarak antara
rumah dan sekolah sangat jauh dan pasien harus
menempuhnya dengan berjalan kaki.
Riwayat masa dewasa:

Riwayat pekerjaan : Setelah memutuskan untuk


berhenti sekolah, pasien kembali tinggal bersama
keluarganya. Pasien hanya membantu pekerjaan rumah
dan mengurus adiknya yang sakit dalam beberapa bulan

Riwayat pernikahan : belum menikah

Riwayat agama: Pasien dilahirkan di lingkungan


keluarga yang memeluk agama islam. Pasien memeluk
agama islam sejak lahir mengikuti agama yang dianut oleh
orang tua pasien. Keluarga pasien dan pasien menjalankan
agamanya biasa saja tidak ketat dan tidak juga permisif.
Riwayat kehidupan keluarga

Pasien adalah anak ke 9 dari 13 bersaudara


(,,,,,,,,,,,,).
Hubungan dengan keluarga kurang baik
Pasien tinggal bersama ibu dan saudaranya
Situasi Sekarang :

Saat ini pasien mengurus adiknya yang sakit dan


tinggal bersama keluarga

Persepsi pasien tentang diri dan


kehidupannya : Pasien merasa sangat yakin
bahwa dirinya tengah dijebak oleh saudaranya
dengan mengatakan bahwa ia gila. Pasien yakin
sepenuhnya bahwa dirinya tidak sakit dan tidak
memerlukan pengobatan apapun dan dapat
mengobati dirinya dari penyakit apapun yang
digunakan kepadanya (guna-guna)
STATUS MENTAL

Deskripsi Umum
Penampilan : Seorang perempuan, wajah tampak sesuai
dengan umurnya (21 tahun), perawakan tubuh sedang, kulit
kuning langsat, mengenakan kerudung warna coklat, kaos
panjang warna putih,celana panjang kain motif kotak merah
putih. Perawatan diri kurang.
Kesadaran : Berubah
Perilaku dan aktivitas psikomotor : Pasien gelisah, tefiksasi
Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa kesan
membanjir
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
Keadaan Afektif

Mood : Labil
Afek : Inappropriate
Empati : Tidak dapat dirabarasakan.
Fungsi Intelektual (kognitif):

Taraf Pendidikan : Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan


tingkat pendidikannya yakni SMA.
Orientasi
Waktu : Terganggu
Tempat : Terganggu
Orang : Terganggu
Daya Ingat
Jangka Panjang : Terganggu
Jangka Sedang : Terganggu
Jangka Pendek : Terganggu
Jangka Segera : Terganggu
Konsentrasi dan Perhatian : Terganggu
Pikiran Abstrak : Terganggu
Bakat Kreatif : Tidak ada
Kemampuan Menolong diri sendiri : Kurang
Gangguan persepsi

Halusinasi : Halusinasi Auditorik (+)


Pasien mendengar bisikan bahwa
dirinya mendapatkan ilham dari
Allah
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
Proses berpikir

Arus Pikir :
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : Irrelevan, asosiasi longgar
Hendaya Berbahasa : Tidak ada

Isi pikiran :
Preokupasi : Tidak ada
Gangguan Pikiran : Terdapat gangguan isi pikir
Waham kejaran
Pasien meyakini bahwa saudaranya berkonspirasi ingin mengambil kecantikannya dan
hendak menjadikannya seorang pelacur seperti mereka
Waham kebesaran
Pasien yakin bahwa dirinya telah mendapat ilham dan dapat membentengi diri dan
kecantikannya
Pengendalian Impuls

Tidak terganggu

Daya Nilai
Norma Sosial : Terganggu
Uji daya nilai : Terganggu
Penilaian Realitas : Terganggu
Tilikan

Pasien merasa dirinya tidak sakit ( Tilikan 1)

Taraf dapat dipercaya


Dapat dipercaya.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

Pemeriksaan Fisik :
Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 100 kali/menit, frekuensi pernafasan
20 kali/menit, suhu tubuh 35,1C, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterus. Jantung, paru-paru, dan
abdomen kesan dalam batas normal, ekstremitas
atas dan bawah tidak ada kelainan.
Status Neurologis

Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-),


Kernigs sign (-)/(-), pupil bulat dan isokor 2,5
mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik
dan sensorik keempat ekstremitas dalam batas
normal, tidak ditemukan refleks patologis.
. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA :

Pasien perempuan 21 tahun diantar ke UGD RSKS Makassar pertama kali oleh ibu dan

saudaranya dengan keluhan mengamuk yang dialami sekitar 3 hari yang lalu. Menurut

keluarganya pasien mengamuk dengan cara melempar barang disekitarnya apabila ada orang

yang mengenakan baju merah dan hitam sambil menyebut bahwa mereka adalah setan. Pasien

juga mengancam akan membunuh saudaranya yang bermaksud jahat kepadanya. Sebelumnya

pasien kabur dari rumah dan saat ditemukan di pasar sudiang, pasien dalam keadaan gelisah

dan mengatakan agar keluarganya segera bertaubat kepada Allah. Pasien sering berteriak dan

mengatakan bahwa dirinya sangat membenci laki-laki sebab dengan melihat laki-laki pasien

yakin bahwa mereka bermaksud untuk memperkosa pasien serta mengguna-guna pasien

seperti adik kandungnya yang tengah sakit. Pasien mengaku mendapatkan bisikan bahwa

dirinya telah mendapat ilham serta dapat membentengi diri dan kecantikannya dari segala

jenis pengaruh sihir yang ditujukan kepadanya.


Awal perubahan perilaku pasien dialami sekitar seminggu yang lalu dimana pada saat itu pasien

tengah merawat adiknya yang sakit, lalu sang kakak melihat bahwa pasien sangat kasar dalam

mengurus saudaranya. Sehingga terjadi percekcokan yang menyebabkan pasien langsung kabur dari

rumah tanpa membawa apapun kecuali pakaian yang dipakainya hari itu. Setelah mencari selama 3

hari pasien lalu ditemukan dalam keadaan mengamuk disekitar pasar mandai sudiang dimana

menurut pengakuan orang sekitar pasien diturunkan paksa dari pete-pete sebab tidak membayar.

Pasien lalu dibawa pulang dan mulai berbicara aneh hingga mengamuk. Pendidikan terakhir pasien

adalah SMA kelas 1 dan berhenti sekolah sebab pasien ingin dirumah membantu pekerjaan dan jarak

antara rumah dan sekolah yang jauh. Pasien sehari-hari kini beraktifitas mengurus pekerjaan rumah.

Pasien dikenal sebagai pribadi yang cukup tertutup dan keras kepala, jika ada kemauannya yang

tidak dituruti pasien sering kabur dan pergi kerumah teman atau tetangga dan berlangsung sejak

pasien SMP. Pasien jarang bergaul dengan teman seusianya dan juga tetangga.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan penampilan Seorang perempuan, wajah tampak sesuai dengan

umurnya (21 tahun), perawakan tubuh sedang, kulit kuning langsat, mengenakan kerudung warna coklat, kaos

panjang warna putih,celana panjang kain motif kotak merah putih. Perawatan diri kurang.

Kesadaran berubah, psikomotor gelisah, terfiksasi, pembicaraan pasien menjawab pertanyaan dengan

spontan, lancar, intonasi biasa kesan membanjir, sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Mood labil, afek

inappropriate, keserasian tidak serasi, empati tidak dapat dirabarasakan. Taraf pendidikan sesuai, orientasi

waktu, tempat, dan orang terganggu, daya ingat jangka panjang, sedang, pendek, dan segera terganggu.

Konsentrasi dan perhatian agak terganggu, pikiran abstrak kurang, kemampuan menolong diri sendiri kurang.

Pada pasien ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik. Pada proses berpikir

produktivitas cukup, kontinuitas irrelevan asosiasiasi longgar, hendaya berbahasa tidak ada. Terdapat

gangguan isi pikir berupa waham kebesaran dan waham kejaran. Preokupasi pasien tidak ada. Pengendalian

impuls tidak terganggu, uji daya nilai terganggu, norma sosial dan penilaian realitas terganggu. Pasien tidak

merasa sakit dan secara umum yang diutarakan oleh pasien dapat dipercaya.
DIAGNOSIS MULTI AKSIAL
Aksis I.

Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status


mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu perilaku
mengamuk,melempar barang didekatnya terutama pada orang yang
mengenakan pakaian warna merah dan hitam. Pasien sering dan
mengucapkan kata kasar keadaan ini menimbulkan pederitaan
(distress) pada pasien dan keluarga, serta terdapat hendaya
(dissabilitas) pada fungsi psikososial, pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam menilai realita dimana pasien

mengalami hendaya berat dalam fungsi mental berupa halusinasi auditorik, waham kejaran dan

ide-ide curiga, waham kebesaran serta hendaya berat dalam fungsi sosial berupa ketidakmampuan

membina relasi dengan orang lain sehingga pasien tidak mampu lagi bekerja, sehingga didiagnosis

gangguan jiwa psikotik.

Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna juga neurologis tidak

ditemukan adanya kelainan yang mengidentifikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan

gangguan fungsi otak. Keadaan ini dapat disingkirkan bahwa gangguan mental bukan disebabkan

oleh keadaan organik sehingga didiagnosa sebagai gangguan jiwa psikotik non organik.
Pada pasien juga ditemukan bahwa keadaan ini dialami sekitar 3 hari yang lalu dan

pertama kalinya sehingga digolongkan kedalam gangguan jiwa psikotik akut.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan gejala yang bermakna yaitu halusinasi

auditorik yang mengatakan bahwa pasien mendapatkan ilham, pasien juga sangat

meyakini saudaranya tengah berkonspirasi menjebaknya sebagai orang gila dan juga

keyakinan akan ilham sehingga meminta agar keluarganya bertaubat dimana hal diatas

dialami dalam kurun waktu 3 hari. Arus pikir produktivitas cukup, kontinuitas irrelevan

asosiasi longgar, terdapat gangguan isi pikir berupa waham kebesaran dan waham kejaran.

Berdasarkan PPDGJ III pasien didiagnosa sebagai skizofrenia dan karena

perlangsungannya akut didiagnosa sebagai gangguan psikotik lir-skizofrenia akut

(f23.2)
Aksis II :
Dari informasi yang didapatkan, ciri kepribadian
pasien sebelum sakit mengarah pada ciri
kepribadian emosional tak stabil
Aksis III :
Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna
Aksis IV :
Tidak ditemukan masalah psikososial bermakna
Aksis V :
GAF Scale : 50-41 (gejala berat, disabilitas berat)
DAFTAR PROBLEM

Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan
psikofarmakoterapi.

Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa adanya
halusinasi auditorik, waham kejaran dan waham kebesaran yang
menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.

Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan
penggunaan waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
PROGNOSIS

dubia et malam

Faktor pendukung berupa

Gambaran klinis adalah simptom positif


Pasien memiliki harapan akan kehidupan yang baik
Mempunyai faktor pencetus yang jelas

Faktor penghambat berupa

Onset usia muda


Pasien tidak merasa sakit
Sebelum sakit pasien mengarah keciri kepribadian emosi tidak stabil
Sering konflik dengan keluarga dan saudaranya
Pasien menolak minum obat
DISKUSI PEMBAHASAN
Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang
diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas
yang dipakai adalah :
a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejal-gejala
psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan
dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya
sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok.

b. Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik = beraneka ragam dan


berubah cepat atau schizophrenia-like = gejala skizofrenik yang khas)

c. Adanya stres akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi
dengan karakter ke 5; x0=tampa penyerta stress akut; x1=dengan penyerta
stress akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh
dimasukkan sebagai sumber stres dalam konteks ini

d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung


Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode
manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-). Walaupun perubahan
emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari
waktu ke waktu
Tidak ada penyebab oganik, speerti trauma kapitis, dleirium, atau
demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol
atau obat-obatan.

.
Adapun untuk diagnosis sebaga Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia Akut menurut PPDGJ-III yakni

Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :

a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang dari sutau keadaan nonpsikotik menjadi keadaan yang jelas

psikotik)

b. Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak

berkembangnya gambaran klinis yang jelas psikotik

c. Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi.

Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari 1 bulan lamanya, maka diagnosis harus dirubah

menjadi skizofrenia (F20.-).

Pada pasien ditemukan halusinasi auditorik, disertai waham kejaran dan waham kebesaran yang berlangsung selama

kurun waktu 3 hari sehingga diagnosis mengarah pada gangguan psikotik lir-skizofrenia akut. Pasien didiagnosa

banding dengan gangguan afektif bipolar episode baru manik dengan gejala psikotik dimana pasien flight of ideas

dengan mood labil dan afek inappropriate dan tidak ada bukti tentang adanya penyakit otak serta tidak ada riwayat geja-

gejala skizofrenia sebelumnya.


Rencana Terapi

a. Psikofarmaka :
Haloperidol 1,5 mg / 8 jam / oral

b. Psikoterapi
- Ventilasi : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien
merasa lega.
- Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien
agar memahami penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya.
- Sosioterapi : Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien
dan orang-orang di sekitarnya. Sehingga dapat menerima dan
menciptakan suasana lingkungan yang membantu.
FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan


perkembangan penyakitnya, efektifitas terapi
serta kemungkinan terjadinya efek samping dari
obat yang diberikan.

Trikotilomania
REFERAT
Latar belakang

Dilaporkan bahwa insidensi dari trikotilomania diperkirakan sekitar

1% dari 2,5 juta populasi di Amerika Serikat. Peningkatan kejadian


harus disertai dengan penilaian dan penatalaksanaan dari
trikotilomania yang merupakan bagian dari kelainan jiwa. Terdapat
berbagai jenis tingkat keparahan dari perilaku ini dan tingginya
komorbiditas dengan kelainan jiwa lainnya sehingga perilaku ini
perlu perhatian khusus. Trikotilomania biasanya didapatkan pada
anak dengan usia pertengahan dimana berkisar antara 13 tahun
hingga usia remaja
Defenisi

Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan


kompulsif yang ditandai dengan kegiatan
menarik-narik rambut berulang (di kepala,
alis, bulu mata, ketiak, pubis) yang didahului
dengan ketegangan kemudian diikuti dengan
rasa puasa atau lega setelahnya.

Kegiatan ini ditandai dengan adanya kerontokan


rambut yang mencolok dan tidak disebabkan oleh
kelainan kulit kepala atau rambut lain atau kegiatan
stereotipi yang lain
Epidemiologi

Sangat sulit untuk menilai seberapa prevalensi dari

fenomena ini disebabkan adalah kurangnya pendekatan

dengan penderita, kesulitan diagnostik dan kriteria

diagnostik yang tidak tepat. Frekuensi dari fenomena ini

diperkirakan sekitar 1,5% dari pria dan 3,4% adalah

wanita
Etiologi

Meskipun trikotilomania dianggap ditentukan oleh banyak hal,


onsetnya dikaitkan dengan situasi yang penuh tekanan pada lebih
dari sperempat kasus.Gangguan hubungan ibu-anak, rasa takut
untuk ditinggalkan sendiri dan baru saja kehilangan objek, sering
dinyatakan sebagai faktor kritis yang berperan dalam keadaaan
ini.
Penyalahgunaan zat dapat mendorong timbulnya gangguan.
Dinamik depresif sering dinyatakan sebagai faktor predisposisi
tetapi tidak ada ciri atau gangguan kepribadian tertentu atau yang
khas pada pasien trikotilomania. Beberapa ahli melihat stimulasi
diri sendiri sebagi tujuan utama prilaku mencabut rambut
Gambaran Klinis

Diagnosis dari kelainan ini tidak mudah. Pasien


jarang meminta bantuan dari psikiater dan psikolog
secara spontan dan jikapun pasien datang untuk
meminta pertolongan biasanya didapatkan dari
pemeriksaan kesehatan rutin.
Tanda yang menjadi penting bagi seorang dokter dalam
pemeriksaan kelainan ini yakni jika didapatkan

Kehilangan sejumlah rambut kepala atau adanya


masalah rambut rontok (biasanya ditandai dengan
adanya kamuflase berupa penggunaan wig atau
rambut palsu, makeup dan lainnya)
Kehilangan rambut pada sebagian area tubuh seperti
pada bulu mata, alis, rambut kemaluan, jenggot,
bulu ketiak, bulu dada dan kaki
Terkadang disertai adanya area yang berubah dari
kulit yang ditumbuhi rambut seperti bekas cakaran,
luka dan peradangan.
Kebiasaan yang seringkali dilaporkan oleh orang lain
atau orang terdekat
Kebiasaan aneh yang dimiliki seperti menggunakan
topi, rambut palsu, makeup yang tebal
Menjauhi tempat-tempat umum seperti kolam
renang dan aktivitas olahraga lainnya.
Gambar 1. Alopecia adalah tampilan klinis
Diagnosis

Trikotilomania digolongkan kedalam gangguan kebiasaan dan impuls (F63) dimana

kategori ini meliputi gangguan perilaku tertentu yang tak termasuk kedalam rubrik lain.

Gangguan ditandai oleh tindakan berulang yang tidak mempunyai motivasi rasional yang

jelas, serta yang umumnya merugikan kepentingan penderita sendiri dan orang lain

(maladaptasi). Penderita melaporkan bahwa perilakunya berkaitan dengan

impuls untuk bertindak yang tidak dapat dikendalikan. Terdapat periode

prodromal berupa ketegangan dengan rasa lega saat terjadinya tindakan

tersebut.

Tidak termasuk kebiasaan memakai alkohol atau zat psikotik yang berlebihan (F10-F19),

gangguan kebiasaan dan impuls mengenai seksual (F65.-) atau perilaku makan (F52.-)

(bukan sekunder terhadap sindrom gangguan jiwa lain).


Pedoman diagnostik menurut PPDGJ III : (5)

Gambaran yang menonjol dari gangguan ini adalah :

kerontokan rambut kepala yang tampak jelas (noticable) disebabkan

oleh berulangkali gagal menahan diri terhadap impuls untuk mencabut

rambut

Pencabutan rambut biasanya didahului oleh ketegangan yang

meningkat dan setelahnya diikuti dengan rasa lega atau puas

Diagnosis ini jangan dibuat apabila sebelumnya sudah ada peradangan kulit, atau

apabila pencabutan rambut adalah respons waham atau halusinasi.

Tidak termasuk gangguan gerakan streotipi dengan mencabuti rambut (F98.4)


Diagnosis banding

Perlunya penelitian yang terus menerus dan dalam


memahami etiologi, neurobiologi dan
penatalaksanaan. Telah disarankan pada DSM-V
bahwa trikotilomania di klasifikasikan ulang sebagai
Gangguan kecemasan dan Obsesif kompulsif
dibandingkan sebagai Gangguan kebiasaan dan
impuls
Terapi

Pada kasus trikotilomania fase awal dan inisial seharusnya berupa


edukasipsikologis yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan intelektual
dari pasien. Pada anak kecil dan remaja edukasi seharusnya ditujukan
kepada anggota keluarga, dan pada beberapa kasus anggota keluarga harus
ikut berpartisipasi dalam terapi psikologisnya sendiri. Pada pasien dewasa
bantuan berupa sharing dengan sesama anggota trikotilomania. Psikoterapi
merupakan tatalaksana standar dalam terapi trikotilomania. Metode yang
dapat dipilih yaitu cognitive behavour therapy (CBT) yang telah
menunjukkan efektivitas pada beberapa pasien dan didasarkan
pada beberapa studi independen.
Farmakoterapi

Tidak ada konsensus mengenai modalitas terapi terbaik untuk trikotilomania. Terapi

biasanya melibatkan psikiater dan dermatologis bersama-sama. Metode

psikodermatologis termasuk steroid topikal dan hydroxyzine hydrochloride

(Vistaril) suatu ansiolitik dengan sifat antihistamin, antidepresan, agen

serotonin, serta antipsikotik. Baik terdapat depresi ataupun tidak, agen antidepresan

dapat memberikan perbaikan dematologik. Bukti terkini dengan kuat menunjukkan

efektivitas obat yang mengubah pergantian serotonin. Pasien yang memberikan respon

buruk terhadap SSRIs dapat membaik dengan pemberian pimozide (Orap), suatu

antagonis reseptor dopamin. Sebuah laporan mengenai keberhasilan terapi lithium untuk

trikotilomania menyatakan kemungkinan efek obat terhadap agresi dan ketidakstabilan

mood sebagai penjelasannya


Prognosis

Usia rerata onset trikotilomania adalah pada masa remaja awal, paling
sering sebelum 17 tahun, tetapi onsetnya telah dilaporkan juga terjadi
pada usia lebih lanjut. Perjalanan gangguan tidak diketahui dengan
baik, bentuk kronis maupun remitten sama-sama dapat terjadi. Onset
dini (sebelum berusia 6 tahun) cenderung lebih mudah
sembuh dan berespon terhadap saran, dukungan dan
strategi perilaku.

Onset lanjut (setelah berusia 13 tahun) dikaitkan dengan


meningkatnya kemungkinan terjadinya kekronisan dan
prognosis yang lebih buruk daripada bentuk onset dini. Kira-
kira sepertiga orang yang datang untuk terapi melaporkan durasi
selama 1 tahun atau kurang, sedangkan pada beberapa kasus gangguan
ini berlangsung selama lebih dari dua dekade.(5)
Daftar pustaka

1. Brandy-Victoria, E.K. (2006). Trichotillomania : Behavioral Assessment and


Treatment Interventions International Journal of Behavioral Consultation and
Therapy. Vol 2, no 1: 65-71
2. Marta-Sawosz, dkk. (2016). Trichotillomania and trichophagia diagnosis,
treatment, prevention.The attempt to establish guidelines of treatment in
Poland Psychiatr. Pol. 50 (1): 127143
3. Sadock dan Benjamin. 2010 Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis
edisi 2 Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta.
4. Liana-Brian, dkk. (2011). Diagnosis and treatment of trichotillomania
Journal of Neuropsychiatry1(2), 12313
5. Maslim R. 2001. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5, FK Unika Atma Jaya. Jakarta
6. The TLC Foundation. (2016) Expert Consensus Treatment Guidelines Body-
Focused Repetitive Behaviors Hair Pulling, Skin Picking, and Related
Disorders Los Angeles : TLC Foundation
7. Charles, ruth, dkk. (1999) A Comprehensive Model for Behavioral Treatment
of Trichotillomania. Association for the Advancement of Behavior Therapy
Cognitive and Behavioral Practice, 6, 23 -43.

Anda mungkin juga menyukai