DIFTERI
dr. Resfaldi Putra
Defenisi Difteri
Demam
Nyeri telan, Tenggorokan sakit , Kelenjar limfe membesar & melunak.
penyumbatan jalan nafas / sesak nafas
PSEUDOMEMBRAN , Lesi khas sebagai suatu membran asimetrik
keabu-abuan dikelilingi oleh daerah inflamasi
BULLNECK : Oedema & pembengkakan di leher pd kasus sedang & berat
Penularan Difteri
Percikan bersin dan batuk dati penderita difteri
penularan lain yang perlu diwaspadai. Antara lain melalui:Barang-barang
yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, misalnya mainan atau handuk.
Sentuhan langsung pada bisul akibat difteri di kulit penderita. Penularan
ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang
padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.
Kontak langsung dengan hewan-hewan yang sudah terinfeksi, misalnya
sapi.
Meminum susu yang belum melalui proses pasteurisasi atau sterilisasi.
Makanan yang terbuat dari susu yang belum melalui proses pasteurisasi
atau sterilisasi.
KOMPLIKASI
- PARALISA SYARAF LOKAL (pallatum molle
paralisis)
- PARALISA NERVE CRANIALIS (Strabismus,
diplopia)
PARALISA NERVE
PERIFER (parese tangan
- Myocarditis & kaki,)
- BLOCK
Mggu
ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KOMPLIKASI YG LAIN :
SUMBATAN Endocarditis
JALAN NAFAS AKUT KIDNEY INJURI Arthritis
osteomyelitis
bwk keren
Diagnosis Difteri
Anamnesa
Pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Langkah PengobatanDifteri
Langkah pengobatan akan dilakukan dengan dua jenis obat,
yaitu antibiotik dan antitoksin.
Antibiotik akan membantu tubuh untuk membunuh bakteri
dan menyembuhkan infeksi. Dosis penggunaan antibiotik
tergantung pada tingkat keparahan gejala dan lama pasien
menderita difteri.
Sementara antitoksin berfungsi untuk menetralisasi toksin
atau racun difteri yang menyebar dalam tubuh. Sebelum
memberikan antitoksin.
Pencegahan Difteri dengan
Vaksinasi
Langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit ini adalah dengan vaksin.
Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DPT. Vaksin ini meliputi difteri,
tetanus, dan pertusis ataubatuk rejan.
Vaksin DPT adalah salah satu dari lima imunisasi wajib bagi anak-anak di
Indonesia. Pemberian vaksin ini dilakukan lima kali pada saat anak berusia dua
bulan, empat bulan, enam bulan, 1,5-2 tahun, dan lima tahun.
Perlindungan tersebut umumnya dapat melindungi anak terhadap difteri
seumur hidupnya. Tetapi vaksinasi ini dapat diberikan kembali pada saat anak
memasuki masa remaja atau tepatnya saat berusia 11-18 tahun untuk
memaksimalisasi keefektifannya.
Penderita difteri yang sudah sembuh juga disarankan untuk menerima vaksin
karena tetap memiliki risiko untuk kembali tertular penyakit yang sama.
Jadwal Pemberian Imunisasi
DPT I : umur 2 bulan
DPT II : umur 4 bulan
DPT III : umur 6 bulan
DPT IV : umur 1,5 tahun 2 tahun
Booster/Pengulangan DT : umur 5 tahun
Booster/Pengulangan TD : diatas 7 tahun
Booster/Pengulangan TD : per-10 tahun
TERIMAKASIH