Anda di halaman 1dari 96

Biocompatibily

Vita Previa Indirayana


160110140102
1. Latar belakang sejarah
biokompatibilitas
Hipocrates (460-377 SM)

1800-an,
dokter gigi mencoba bahan baru untuk pertama kalinya dengan
menempatkannya langsung ke dalam mulut pasien.
- G.V. Black. xpl: bahan restorasi ,amalgam

Menggunakan pasien sebagai research


tanpa pengetahuan biologis material,
kini illegal dan tidak sesuai etika
Kini diregulasi oleh :
FDA (Food and Drug Administration)
ANSI (American National Standard Institute)
ADA (American Dental Association)
ISO (International Standarization for Organization)

Test biologis material dlm kedokteran gigi berkembang


30- 40 tahun
Awal, dikategorikan secara empiris, pada binatang

Kini research fokus pada mekanisme


yang mempengaruhi respon biologis
terhadap material.
Latar belakang sejarah biokompatibilitas

1. 1963 : Meningkatnya perhatian


ADA (american dental assosiation)
terhadap keamanan
biokompatibilitas bahan dan alat
kedokteran gigi

2. 1972 : dibuat dan diterbitkan


berkas dokumen mengenai
Biological testing of dental
materials
Latar belakang sejarah
biokompatibilotas
3. 1979 : dokumen tersebut diperbaiki dan
diterbitkan ulang dan ditetap kan dalam
ANSI/ADA (american dental association )
no. 41 Recommended Standard
Practices for Biological Evaluation of
Dental Materials
4. 1984 : dokumen yang serupa dibuat dan
diterbitkan oleh FDI (federation denttaire
internationale)
5. 1992 : dicantumkan oleh ISO , yang
diberi kode ISO 10993 Testing the
biocompatibility of materials
diadaptasi di Amerika menjadi FDA Blue Book
Memorandum #G95-1
Di indonesia .
UU NOMOR 8 TAHUN 1999 PASAL 7
AYAT 4
Pelaku usaha harus menjamin mutu
barang atau jasa yang diproduksi dan
perdagangkan berdasarkan ketentuan
standar mutu barang dan jasa yang
berlaku
Biokompatibilitas adalah suatu keadaan
dimana tidak terjadi interaksi yang berbahaya
antara material dan tubuh serta tubuh dan
material.

Efek bahan
material tuan
rumah biologisnya
Biokompatibili
tas Efek tuan rumah
material
biologisnya
Persyaratan untuk sifat biokompatibilitas
bahan bahan kedokteran gigi :

1. Tidak boleh membahayakan pulpa dan


jaringan lunak
2. Tidak boleh mengandung substansi toksik
yang larut dalam air, yang dilepaskan dan
diserap ke dalam sistem sirkulasi sehingga
menyebabkan respons toksik sistematik
3. Harus bebas dari bahan berpotensi
menimbulkan sensitivitas yang dapat
menyebabkan suatu respons alergi
4. Tidak memiliki potensi karsinogen

Phillips science of dental material, Ed 11 th Anusavice


2. Efek berbahaya dari
Bahan Kedokteran Gigi
(Adverse effect from dental materials)
Berdasarkan histologi tradisional dan
analisis pathologis dari jaringan :
Toksisitas
Inflamasi
Alergi
Mutagenisitas
Toksisitas
Pemeriksaan pertama tes
toksisitas
Material punya kemampuan untuk
menghasilkan substansi dalam
jumlah adekuat tertentu
Berpengaruh pada tubuh pasien
keracunan
Material yang menghasilkan toksik
berlebih tidak digunakan lagi di
kedokteran gigi
Inflamasi
Tipe respon biologis
terhadap material
kedua yang penting.
Kompleks,
mengaktivasi sistem
immun host (inang)
Inflamasi bisa 8.3 Contoh tes material
disebabkan karena biocompatibility pada tikus.
Kontrol (C),Polyethylene (PE),
toksik atau dari Nikel (Ni),

allergy.
Peran dental material
terhadap bahan
kedokteran gigi,
penting
Penyakit Pulpa dan
periodontal
inflamasi kronis.
Respon Alergi
Merupakan respon paling familiar
Reaksi alergi muncul ketika tubuh
mengenal material sebagai material
asing
Melibatkan sistem imun, Limfosit T
dan B, monosit dan makrofag.
Tipe-tipe reaksi alergi :
Tipe I atopik atau reaksi anafilaksis ketika
antigen bereaksi dengan basofil & sel mast
Tipe II reaksi hipersensitivitas cytotoksik
Tipe III reaksi kompleks hipersensitivitas imun
Tipe IV indikasi penundaan atau
hipersensitifitas sebuah sel
Tipe V reaksi antibodi-stimulasi
Tipe VI bergantung pada antibodi, sel
penengah reaksi sitotoksik
Sulit dibedakan dengan reaksi
inflamasi atau dengan low grade-
toxicity dengan reaksi alergi
Latex, biasanya menyebabkan alergi

Inflamasi Alergi
Reaksi Mutagenik
Muncul ketika materi mengubah sekuen pasangan
basa pada DNA dalam sel
Istilah mutasi , disebabkan :
Radiasi
Kimia
Kesalahan dalam replikasi DNA
Beberapa Ion metal yang mutagen :
Nikel
Tembaga
Berilium
Mutagen belum tentu karsiogenik (menyebabkan
tumor)
Lokal and Systemic Effects of
Materials
Bahan-bahan kedokteran gigi yang digunakan
dalam kedokteran gigi dapat menimbulkan efek
biologis lokal atau sistemik. Efek ini diatur oleh
substansi yang dilepaskan oleh bahan dan
respon biologis terhadap substansi tersebut.

Efek lokal
Pada bahan kedokteran gigi, efek lokal dapat
terjadi pada pulpa gigi, di peridontium, apeks
akar, atau disekitar jaringan seperti mukosa
buccal atau lidah.
Peradangan gingiva dalam kontak
dengan porselen Nekrosis pulpa setelah aplikasi
mahkota menyatu dengan logam tambalan resin
Efek sistemik
Substansi yang dilepas bahan kedokteran gigi
mendapat akses ke seluruh tubuh melalui ingesti
dan absorbsi pada usus; pernafasan: absorbsi
pada mukosa oral.
Distribusi dapat terjadi melalui difusi sederhana
atau melalui limfatik. Respon biologi sistemik
tergantung pada
1. Durasi dan konsentrasi pemaparan
2. Laju eksresi substansi
3. Tempat pemaparan
Key Principle that Determine
Adverse Effects from Materials
Ada dua faktor kunci yang menjadi
pokok dalam menentukan
biokompatibilitas bahan kedokteran
gigi
1. Korosi logam atau degradasi tipe
lain dari material
2. Karakteristik permukaan substansi
1. Korosi logam atau degradasi tipe lain dari
material
Korosi menyebabkan pelepasan substansi dari
material ke hospes. Pelepasan dapat dalam berbagai
bentuk dan disebabkan oleh berbagai faktor.
Gaya elektromekanikal: mahkota logam melepaskan
ion logam
Gaya mekanik (oklusi ; penyikatan gigi) : mahkota
logam melepaskan partikel
Saliva esterase : mempercepat kerusakan resin
Ingesti substansi acid : menyebabkan korosi alloy
atau keramik
2. Karakteristik permukaan substansi
Penelitian menunjukkan bahwa pada
semua bahan kedokteran gigi, bagian
permukaan sedikit berbeda dengan bagian
interior. Bagian permukaan adalah bagian
yang terlihat sehingga komposisi
permukaan , kekasaran, sifat kimia dan
sifat mekanik adalah yang menentukan
biokompatibility material.
Immunotoxicity
Batasan- batasan antara toksik, alergi,
inflamasi dan reaksi mutagen menghilang
seiring dengan bertambahnya pengetahuan
tentang interaksi antara bahan kedokteran
gigi dan sel, salah satunya pada konsep
imunotoksisiti. Imunotoksisiti berdasarkan
pada prinsip bahwa perubahan kecil pada
asel karena bahan kedokteran gigi akan
mendapat konsekuensi biologi yang
signifikan. Konsekuensi biologi ini terjadi
karena adanya sel imun.
Contohnya adalah pada monosit yang
mengontrol inflamasi kronik dan respon
imun. Untuk menyelesaikan peran ini,
monosit mensekresikan substansi yang
dapat mempengaruhi sel lain.
Imunotoksisitas dari bahan kedokteran gigi
dapat meningkatkan atau menurunkan
fungsi sel. Contohnya, merkuri dapat
meningkatkan glutation konten dari monosit
sedangkan paladium menurunkannya.
3. Biological Response in
The Dental Environment
Oral Anatomy That Influences the
Biological Response
Anatomi gigi , periodontal, dan
periapikal environment mempunyai
pengaruh yang dalam pada biological
response pada material, dan
interface antara material dan
jaringan pada kedokteran gigi
Enamel pada gigi sebetulnya
mengandung material inorganik (96%)
dan tersusun oleh enamel rods.
Meskipun enamel bersifat permeable
terhadap beberapa material misalnya
peroksida (bleaching agen) tetapi
enamel ini besifat non permeable
pada komponen material, bakteri,
atau produk bakteri
Dentin sangat kontras dengan
enamel
Dentin adalah suatu matriks yang
termineralisasi yang melekat pada
jaringan organik.
Inorganik yang terkandung sebesar
70% dan organik 18% yang terutama
mengandung kolagen dan protein
serta komponen matriks
ekstraseluler.
Gabungan alami (Composite nature) yang terdapat
pada dentin bisa menghasilkan ikatan karena
asam secara selektif menghancurkan matriks yang
termineralisasi tetapi bukan jaringan kolagen yang
melekat pada gabungan tersebut.
Sebagian besar agen ikatan dentin mencoba untuk
menembus matriks kolagen yang tidak hancur.
Dentin mengandung 12% air, yang sangat penting
karena resin restoratif material bersifat
hidrophobic dan harus didesign untuk membasahi
dentin jika berhasil berikatan dengan strukturnya.
Dentin dilintasi oleh ribuan tubuli dentin.
Dari enamel hingga ke pulpa. Semakin ke
pulpa tubuli semakin besar dan semakin
banyak .
Tubuli dekat enamel ukuran diameter 0.5
m dan kepadatannya 20.000/mm2
Tubuli dekat pulpa diameternya 2.5 m dan
kepadatannya 50.000/mm2
Jika enamel terkena karies, patologi, atau
oleh dokter gigi, maka tubuli ini akan
menjadi saluran bagi komponen material,
bakteri, atau produk bakteri yang akan
mencapai pulpa dan mempengaruhi pulpa
Karena tubuli dentin semakin ke pulpa semakin
banyak dan padat, maka semakin tinggi resiko
substansi masuk ke jaringan pulpa saat dental
restorasi di tempatkan lebih dalam
Saat dokter gigi mengikis dentin, smear layer
dari sisa dentin menutupi dentin dan
menghambat penyerapan produk pada tubulus.
Smear layer ini biasanya terkontaminasi oleh
produk bakteri dan ikatannya menjadi tidak kuat
pada dentin yang akan di potong
Banyak restorativ prosedur untuk
menghilangkan smear layer dengan
cara membersihkan gigi dan
membuat ikatan yang lebih kuat
pada restorative material.
Sisi pulpa pada dentin dibatasi oleh
odontoblas yang membentuk dentin
saat berkembangnya gigi dan saat
memeliharanya, juga membentuk
dentin baru sebagai tooth ages atau
saat dipicu oleh noxious stimuli.
Odontoblast memiliki proses odontoblastic
yang dapat meluas ke tubuli dentin.
Tubulus ini dikelilingi oleh aquous
extraseluler fluid yang berlanjut dengan
extraseluler fluid pada pulpa
Bila terjadi sakit pada pulpa itu disebabkan
oleh perpindahan dari fluida ini dan akan
mempengaruhi proses odontoblastik yang
sekarang disebut hydrodinamic teori (fluid
model) of pulpa pain
Tekanan fluida ini dipengaruhi oleh sistem
kardiovaskular yang tingginya sebesar 24
mmHg
Fluida pada pulpa keluar menuju enamel, jika
enamel tidak ada saat dilakukan restorasi,
maka fluida akan menuju oral cavitas.
Bukti adanya outward flow ini tidak cukup
untuk mengeliminasi masuknya bakteri,
produk bakteri, atau material komponen ke
dalam pulpa.
Pulpa merupakan jaringan ikat yang
berisi element yang normal misalnya
fibroblas, colagen, kapiler, dan saraf.
Pulpa menghasilkan sel untuk
mengganti odontoblas yang hancur
akibat cavity preparation atau
penempatan material dan
membentuk reparative dentin.
Periodontal attachment merupakan
simpangan antara bagian luar dalam
dalam gigi.
Periodontal pockets merupakan lokasi
berkembangnya penyakit periodontal yang akan
menghancurkan junctional epithelium,
periodontal ligament, dan supporting alveolar
bone
Gambaran pengaruh dental material terhadap
struktur periodontal selalu diikuti oleh inflamasi
yang muncul pada penyakit periodontal dan
gaya oklusal yang menegangkan periodontal
ligament dan supporting bone.
Oleh karena itu sulit untuk menentukan sebab
inflamasi pada area ini, apakah disebabkan oleh
penyakit periodontal, trauma oklusal, material,
atau kombinasi dari semua faktor.
Periapikal area merupakan bagian lain dari interface
antara material dan tubuh
Apex terdiri dari simpangan pulpa terhadap gigi,
dan tulang alveolar. Saraf dan pembuluh darah
berada pada foramen apikal
Saat pulpa hancur akibat infeksi saat restorasi,
material endodontik digunakan untuk mengisi ruang
pulpa, dan material ini berinteraksi dengan tubuh
melalui apex. Jika perawatan endodontik tidak
terbentuk secara sempurna, maka material akan
menekan apex hingga ke periapikal area dan
menyebabkan kerusakan fisik.
Special Biological Interfaces with
Dental Materials
Dentin resin interface
Implant bone interface
Dentin resin interface terbentuk bila terjadi
ikatan antara resin base restorative
material dengan dentin.
Interface pada resin material dengan
jaringan kolagen memiliki pengaruh yang
dalam pada biocompatibility pada material
Jika resin material tidak menembus
jaringan kolagen saat polimerasi, gap akan
terbentuk antara resin dengan dentin.
Penyusutan pun akan terjadi pada enamel
Meskipun gap hanya sedikit, akan tetapi akan
sangat besar kemungkinan bakteri masuk dan
oral fluid akan keluar dari pulpa, atau masuk
dari oral cavity.
Kebocoran ini dinamakan mikroleakage.
Biokompatibiliti akan dipengaruhi oleh leakage
proses, yang akan menyebabkan:
1. masuknya bakteri atau produk bakteri untuk
mencapai pulpa dan menyebabkan infeksi
2. akan mendorong gangguan pada material
Nanoleakage tidak akan
menyebabkan bakteri masuk, tetapi
fluids yang ada di pulpa akan keluar
dan hasilnya akan terjadi
microleakage. Jadi diusahakan resin
menempel secara ideal dengan
jaringan kolagen agar tidak terjadi
kerusakan yang lebih parah lagi.
Selain itu juga terdapat pengaruh
biological responses.
Osseointegration
Kemampuan material dalam
menyesuaikan diri dengan
osseointegration sangat berhubungan
erat dengan biocompatibility.
Penggunaan dental implant sekarang
sudah mulai meningkat. Kesuksesan
implant ini mempercayakan
kemampuan material untuk
berintegrasi pada tulang
Dalam kedokteran gigi terbagi
menjadi 4 material mengenai
osseointegration yaitu :
1. commercially pure titanium
2. titanium-aluminum-vanadium alloy
3. titanium
4. several types of ceramic
Material osseointegration memiliki
degradasi yang rendah
Beberapa material misalnya bio-glass
keramik memiliki integrasi antara
tulang dan material dengan tidak
adanya campurtangan ruang sama
sekali. Jika integrasi ini terjadi maka
material bersifat biointegrate dengan
tulang.
Seperti biocompatibility,
osseointegration dan biointegration
merupakan proses dinamik yang
dapat dipengaruhi oleh perubahan
kondisi pasien, fatigue pada material,
dan fungsi implant.
The oral immune system
Sistem imun pada oral environment
bertindak dengan cara yang berbeda
pada oral epitelium, dan jaringan ikat
dengan rest of the body.
Biological responses pada material
dalam mulut tak selalu terlihat
paralel dengan lokasi lain
Sangat penting untuk diingat bahwa
oral environment tidak selalu sesuai
dengan struktur dan fungsi yang ada
di area lain pada tubuh dan
perbedaan ini dapat mempengaruhi
biological response pada material
4. Measuring the Biocompatibility
Issues in Dentistry
Defining the Use of a Material
Fungsi atau penggunaan material dalam tubuh berpengaruh

terhadap sifat respon biologis yang menginduksi

Faktor yang harus diperhatikan ketika mengukur respon

biologis:

o Lokasi bahan keseluruhan respon biologis

o Durasi bahan dalam tubuh.

Durasi singkat di mulut dapat membatasi efek toksik atau

mutagenik.

o Penempatan tekanan (stress) pada bahan


TYPE OF TEST : ADVANTAGES -
DISADVANTAGES
3 tipe dasar tes atau uji biokompatibilitas dental material :

Uji invitro

Uji hewan

Uji pemakaian baik di hewan atau manusia

o Masing-masing memiliki keuntungan dan kelebihan

o Digunakan untuk mengevaluasi bahan sebelum dijual

kepada publik
UJI IN VITRO
Dilakukan di luar tubuh
Pada dasarnya, telah digunakan sebagai uji pertama
terhadap material baru
Dilakukan dalam tabung reaksi, cell-culture dish, flask/labu,
atau wadah lainnya, tetapi mereka dilakukan secara
terpisah dari suatu organisme utuh

Keuntungan :
Cepat
Murah
Mudah distandarisasi
Dapat digunakan dalam skala besar

Kerugian :
Potensi kekurangan dari kesesuaian penggunaan dari material
secara in vivo.
UJI HEWAN
Menempatkan material ke dalam beberapa jenis organisme.

Studi pulpa dan uji hewan lebih jarang daripada uji in vitro

Dikelompokkan dalam beberapa jenis: toksisitas sistemik

jangka pendek dan jangka panjang, terfokus pada

membrane utuh dan sensitisasi imun atau respon tulang.

Keuntungan kemampuannya yang memungkinkan sistem

biologis yang utuh merespon material.

Kerugian mahal, sulit dikontrol, memakan waktu yang

lama, tergantung pada spesies yang digunakan


UJI KEGUNAAN
Diujikan di hewan berukuran besar ataupun manusia
(clinical trial )
Membutuhkan material yang ditempatkan pada
lingkungan yang relevan secara klinis untuk kegunaan
praktik material secara klinis
Sangat kompleks dan sulit diujikan dalam hal control
eksperimental dan interpretasi. Sangat mahal dan
memakan waktu yang lama serta mempunyai beberapa
kerugian.
HOW TEST ARE USED TOGETHER
TO MEASURE BIOCOMPATIBILITY
3 fase dalam menguji biomaterial baru :
Primer
Sekunder
Penggunaan

Pada tampilan pertama, fase-fase ini terlihat tidak berguna bagi


kategori in vitro, hewan, dan uji kegunaan.
Uji primer mulai dilakukan pada uji material baru, uji-uji ini sering
dilakukan pada in vitro. Uji primer juga dapat menguji beberapa
hewan untuk mengukur sistem toksisitas.
Uji sekunder hampir selalu berhubungan dengan hewan. Uji sekunder
menemukan lebih dari toksisitas dan mutagenasi isu-isu seperti
alergi , imflamasi, dan pengaruh biologi kronis
Uji kegunaan umumnya hampir sama dengan sebelumnya karena
material harus diuji pada situasi relevan secara klinis.
HOW TEST ARE USED TOGETHER
TO MEASURE BIOCOMPATIBILITY
Uji dari material baru mengalami pertumbuhan linier dari primer ke

sekunder lalu ke uji kegunaan.

Paradigma dari pengujian ini ditampilkan dalam sebuah segitiga dengan

material inti diuji di fase primer, beberapa material yang bertahan diuji di

fase sekunder, dan beberapa material mendekati uji kegunaan.

Paradigma linear ini terlihat menjadi yang paling efisien dan paling

efektif pembiayaannya dengan memberikan material baru yang aman ke

masyarakat.

Untuk tambahan secara luas, paradigma linear saat ini yang akurat

dalam uji biokompabilitas


STANDARDS : ADVANTAGES -
DISADVANTAGES
Gerakan di Kongres AS untuk meminta pengujian biologis
dari semua perangkat medis, dan gerakan ini diresmikan
oleh bagian dari Rill Alat Kesehatan pada tahun 1976

Poin penting bahan restorasi gigi dianggap perangkat yang


bertentangan dengan obat-obatan.

Dalam pandangan Food and Drug Administration (FDA)


ketegasan terhadap peralatan agak kurang dibandingkan
obat, yang harus menunjukkan keamanan dan efisiensi
perangkat yang diperlukan hanya untuk menunjukkan
keamanan saja
ANSI/ADA Document
Meningkatnya perhatian ADA (american dental
assosiation) terhadap keamanan biokompatibilitas
1963 bahan dan alat kedokteran gigi

dibuat dan diterbitkan berkas dokumen mengenai


Biological testing of dental materials
1972
dokumen tersebut diperbaiki dan diterbitkan ulang
dan ditetapkan dalam ANSI/ADA (american dental
association ) no. 41 Recommended Standard
1979 Practices for Biological Evaluation of Dental
Materials

Phillips science of dental material, Ed 11 th Anusavice


ANSI / ADA Standar No .41-
Rekomendasi untuk Evaluasi
Biologis Bahan Gigi: 2005

Dokumen ini mencakup rekomendasi praktik


standar untuk evaluasi biologis keamanan
bahan yang digunakan dalam kedokteran gigi
dan tidak dimaksudkan untuk digunakan
dalam evaluasi obat-obatan farmakologi aktif.

http://www.ada.org/830.aspx#41
ISO Standard 10993
Pada tahun 1992 ISO
(International Organization for
Standardization) mengeluarkan
ketetapan mengenai
biocompatibility yaitu, ISO 10993
Testing the biocompatibility of
materials yang kemudian diadaptasi di
Amerika menjadi FDA Blue Book
Memorandum #G95-1
Standards
horizontal

Standard
Relevant
semihorizo
standards
ntal

Standard
vertical
ISO 10993: Evaluasi Biologis
Alat Kesehatan

Dengan nama ini, serangkaian standar diringkas


dalam banyak kasus, dikeluarkan bersama oleh
ISO dan CEN (comite europeen de
normalization).
Hal ini efektif untuk seluruh wilayah untuk
perangkat medis (standar horizontal). Bagian ini
berisi pedoman untuk memilih metode pengujian
yang tepat, dan menjelaskan berbagai metode
untuk mengevaluasi aspek yang berbeda dari
biokompatibilitas.

Biocompatibility of dental materials, Gottfried Schmalz & Dorte Arenholt-


Bindslev
Tabel Standar ISO 10993 (Testing the biocompatibility of materials)

Biocompatibility of dental materials, Gottfried Schmalz &


Dorte Arenholt-Bindslev
Tabel Standar seri ISO 10993 (Testing the biocompatibility of
materials)

Biocompatibility of dental materials, Gottfried Schmalz & Dorte Arenholt-


Bindslev
5. Current biocompatibility issue in
dentistry
1. Latex
pada tanggal 29 maret 1991, FDA menerbitkan suatu
bulletin sebagai tanggapan terhadap meningkatnya
jumlah reaksi alergi yang disebabkan oleh latex.
Di dalam lateks mengandung 25-40% bahan karet
mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang
terdiri dari air dan zat yang terlarut. Bahan karet
mentah mengandung 90-95% karet murni, 2-3%
protein, 1-2% asam lemak, 0.2% gula, 0.5% jenis
garam dari Na, K, Mg, Cn, Cu,Mn dan Fe. Partikel
karet tersuspensi atau tersebar secara merata dalam
serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron
dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong.
Produk karet alami terbuat dari
lateks, getah putih susu yang diambil
dari pohon yang tumbuh di daerah
tropis.
Amonium ditambahkan pada getah
tersebut untuk mengawetkannya,
tetapi pada saat yang sama bahan
tersebut menghidroksi dan
mengurangi getah protein untuk
menghasilkan alergen.
vulkanisasi adalah proses lateks cair
diikeraskan menjadi karet dengan
menggunakan bahan kimia sulfur dan
panas. Proses pembuatan akhir dapat
melelehkan alergen dari produk karet
dengan merendamnya dalam air panas. Air
perendam tersebut diganti berulang
ulang untuk menurunkan konsentrasi
antigen lateks. Meskipun demikian ,
perendaman membawa alergen ke
permukaan dan membuat konsentrasi
alergen tertinngi berdekatan dengan kulit
pemakai.
Phillips science of dental material, Ed 11 th Anusavice
Thiuram adalah bahan kimia yang
digunakan dalam pembuatan benda
benda lateks, yang diduga
menyebabkan reaksi alergi.
Contoh : handscoon dan rubber dam

Phillips science of dental material, Ed 11 th Anusavice


blinkhorn dan leggate (1984) mengatakan bahwa edema
angioneurotik umum, sakit dada, dan kemerahan pada leher
merupaka reaksi terhadap penggunaan isolator karet (rubber
dam)
1980an para dokter gigi mulai
memakai handscoon untuk mengurangi
resiko penularan penyakit, namun hasil
survei FDA (1991) memperkirakan
bahwa 42% mengalami reaksi negatif
terhadap bahan yang digunakannya.
reaksi tersebut bervariasi : kemerahan ,
pembengkakan, bahkan sesak nafas,
dan anafilaksis.

Phillips science of dental material, Ed 11 th Anusavice


2. Nikel
Potensi "bahaya" yang mungkin disebabkan oleh
nickelcontaining alloy. namun, menariknya, pada
tingkat lebih rendah dibandingkan dengan
paladium. nikel yang mengandung paduan yang
digunakan dalam gigi tiruan lepasan sebagian,
mahkota, peralatan ortodontik, dan file endodontik.

ion nikel merugikan efek biologis jika ada dalam


konsentrasi yang cukup tinggi. Sebagai contoh,
nikel merupakan racun bagi sel. Di beberapa
bentuk, seperti nikel karbonil. Untuk ion nikel,
penelitian telah menunjukkan bahwa Nikel juga
karsinogenik, terutama dalam beberapa bentuk
seperti subsulfide nikel (Ni2S3).
Biocompatibility of dental materials, Gottfried Schmalz & Dorte Arenholt-Bindslev
3. Berilium
Digunakan pada Ni-Cr alloy dengan konsentrasi
1 wt% - 2 wt% untuk meningkatkan castabilitas
(kemampuan suatu logam untuk diolah) dan
menurunkan melting range
Kontroversi penggunaan berilium untuk dental
alloy dikarenakan efek biologis yang
ditimbulkan :
1. bersifat karsinogenik.
2. berilium mengandung partikel yang jika
terhirup dan masuk ke dalam alveolus akan
menyebabkan inflamasi kronis yang disebut
berylliosis.
4. Mercury dan amalgam
Tanda dan gelaja keracunan amalgam
berkaitan dengan biokompabilitas sering
diabaikan seperti sakit kepala
Keracunan lebih kronis, lelah, anoreksia,
kehilangan berat badan, insomnia, gelisah,
malu, rasa tidak enak, dan tremor
ekstrimitas
Jumlah merkuri dalam amalgam tidak
terlalu berpengaruh terhadap tubuh
5. estrogenisitas
Kemampuan suatu bahan kimia untuk
berlaku seperti hormon estrogen pada
tubuh.
Jika bahan kimia ini bukan yang asli
terhadap tubuh maka disebut
Xenoestrogen
Ditakutkan menggangu silkus reproduksi
dan proses pertumbuhan dialam bebas
Biosphenol A (BPA) bekerja pada
reseptor estrogen pada sel
E-screen assay uji aktifitas
6. Efek lain biologis resin
Resiko utama: Alergi terhadap
methylmetacrylate
Resin memiliki efek toksik dalam uji in
vitro
Resin mempunyai potensi pertumbuhan
beberapa spesies bakteri
Gambar gingivitis seorang pasien ortodontik
(yang mengandung perangkat nikel) yang mengungkapkan reaksi
positif dalam
tes patch. peradangan
Gambar perioral reaksi alergi pada seorang gadis 15-tahun setelah
penyisipan kabel ortodontik nikel yang mengandung (CuNiTi); Patch
tes positif untuk nikel (Courtesy of D. Arenholt-Bindslev, rhus,
Denmark)
Reaksi alergi tipe IV (reaksi pada tangan) setelah terpapar nikel
selama
perawatan ortodontik (Courtesy of N. Veien, Aalborg, Denmark)

Biocompatibility of dental materials, Gottfried Schmalz & Dorte Arenholt-


Bindslev
6. Petunjuk klinis dalam memilih
material yang biokompatibel
(Clinical Guidelines for Selecting Biocompatible Materials)
Menetukan kegunaan material
(define the use of a material)
Fungsi/ kegunaan material dalam
tubuh memiliki pengaruh penting
terhadap respon biologis yang
dipengaruhinya.
Beberapa faktor yang
dipertimbangkan ketika mengukur
respon biologis :
Lokasi material
Durasi penggunaan material dalam
tubuh
Lokasi Material

Berbagai pertimbangan
Apa material akan
dikelilingi oleh jaringan lunak ?
Eksternal terhadap epithelium oral?
Internal terhadapa epitelium oral? (e.g : implant)
Apa material akan
terekpos langsung ke tulang, jaringan, cairan, darah
dan saliva?
Atau antara material dan sel terhalang email atau
dentin ?
Semua ini punya peran besar dalam respon
biologis terhadap material
Lokasi Material

Material yang lebih dekat dengan


ephitelium dan mempenetrasi
enamel gigi harus memiliki
kecermatan, dibanding yang tidak
Durasi Material dalam tubuh

Impression material (bahan cetak)


yang dipasang 4-6 menit, berbeda
respon biologisnya dibanding dengan
yang dipasang 10 tahun.
Contoh :
Impression material yang dipasang di mulut
dalam beberapa menit, memungkinkan :
alergi (individu yg alergik). Keuntungan :
bisa membatasi toksik atau efek mutagen
Stress placed
(Pemberian stress)
Stress dapat berupa :
Fisik
Kimia
Termal
Contoh
Ada Material yang menunjukkan reaksi krg baik jika terlalu
lemah/ lembut deformasi dibawah tekanan oklusi
Mungkin ada material yang bereaksi tdak baik dengan protein
saliva
Memungkinkan u/ terlalu fleskible pada temperatur mulut
pengalaman kegagalan
Jangka pendek, jangka panjang dan stress kelelahan
(fatigue) perlu dikenali u/ dapat melihat biological
performance dari sebuah material.
Menentukan material yang telah di tes
(define material has been tested)
Tes biocompatibilitas :
Secara in vitro
Tes terhadap binatang
Harus paham dengan tes yang telah dilakukan
Pastikan kondisi dan durasi tes yang dilakukan
relevan sesuai prosedur
Jangan puas dengan statemen material ini
telah dites biokompatibilitasnya tanpa ada
masalah
Resiko dan keuntungan dalam think in terms
(Think in Terms of Risk and Benefit)

Pada akhirnya, tidak ada material yang


menunjukkan 100% aman, bebas resiko
Oleh karena itu, dokter harus :
Selalu mengenali persyaratan tubuh terhadap
material (analisis resiko dan keuntungan)
Resiko haruslah dikomunikasikan pada pasien
secara tepat dan jelas, sehingga pasien dapat
menentukan pilihannya (informed consent)
Informed consent kini jadi proses penting
dibandingkan evaluasi efek biologis suatu
material
Phillips science of dental material, Ed 11 th Anusavice

Anda mungkin juga menyukai