Anda di halaman 1dari 41

DEFINISI &ETIOLOGI

penyakit infeksi yang kronik yang disebabkan


oleh Mycobacterium leprae
M. leprae : bakteri Gram-positif, basil yang
bersifat tahan asam dan alkohol, berbentuk
batang dengan ukuran 1-8 mikron (u), lebar
0,2-0,5 mikron (u), hidup dalam sel terutama
jaringan yang bersuhu dingin

Sinonim : lepra, kusta


EPIDEMIOLOGI
penyebaran penyakit kusta dari suatu tempat
ke tempat lain sampai tersebar di seluruh dunia
=> disebabkan o/ perpindahan penduduk yang
terinfeksi penyakit tersebut
frekuensi tertinggi pada usia 25 - 35 tahun
kusta terdapat di seluruh dunia, terutama di
Asia, Afrika, Amerika Latin, daerah tropis dan
subtropis, serta masyarakat yang sosial
ekonomi nya rendah
PATOGENESIS

M.leprae => parasit obligat intraselular yang


t.u terdapat pada sel makrofag di sekitar
pembuluh darah superfisial pada dermis atatu
sel Schwann di jaringan saraf
Bila basil M.leprae masuk ke dalam tubuh =>
tubuh akan berekasi mengeluarkan makrofag
(berasal dari sel monosit darah, sel
mononuklear, histiosit) untuk memfagositnya
PATOGENESIS

SIS rendah : makrofag tidak mampu


menghancurkan basil => basil dapat
bermultiplikasi dengan bebas => merusak
jaringan => Tipe LL
SIS baik : setelah makrofag sanggup
memfagositosis semua basil => makrofag
berubah menjadi sel epiteloid yg tidak
bergerak aktif & kadang bersatu membentuk
sel datia Langhans => bila tidak segera diatasi
akan terjadi rx berlebihan dan massa epiteloid
merusak saraf dan jaringan sekitar => Tipe TT
PATOGENESIS

gangguan imunitas tubuh dlm sel Schwann =>


basil bermigrasi & beraktivasi => aktivitas
regenerasi saraf berkurang & terjadi kerusakan
saraf yg progresif
KLASIFIKASI
Klasifikasi Internasional Klasifikasi Ridley-Jopling (1962)
(Madrid, 1953) Tuberculoid tuberculoid (TT)
Indeterminate (I) Borderline tuberculoid (BT)
Tuberculoid (T) Borderline borderline (BB)
Borderline (B) Borderline lepromatous (BL)
Lepromatosa (L) Lepromatous lepromatous (LL)

Klasifikasi WHO (1981) dan modifikasi WHO (1988)


Pausibasilar (PB)
tipe TT dan BT menurut klasifikasi Ridley-Jopling atau
tipe I dan T menurut klasifikasi Madrid dengan BTA (-)
Multibasilar (MB)
tipe BB, BL, dan LL menurut klasifikasi Ridley-Jopling atau
tipe B dan L menurut Madrid dan semua tipe kusta
dengan BTA (+).
GAMBARAN KLINIS

Kulit
lesi berupa nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus
terdapat pada bagian tubuh yang relatif lebih
dingin, misalnya pada muka, hidung (mukosa),
telinga, tangan dan kaki serta bagian yang terbuka
lainnya
GAMBARAN KLINIS
Saraf tepi : M.leprae
tumbuh optimum pada
suhu 30C, lebih sering
menyerang saraf tepi
yang terletak superfisial
dengan suhu yang relatif
lebih dingin.
N. Fasialis :
lagoftalmus, hilangnya
ekspresi wajah dan
kegagalan mengatupkan
bibir
N. Trigeminus : anestesi
kulit wajah, kornea dan
konjungtiva
N. Aurikularis magnus
GAMBARAN KLINIS
N. Radialis : anestesi dorsum manus serta ujung proksimal
jari telunjuk, tangan lunglai (drop wrist), tak mampu
ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan
N. Ulnaris : anestesi sampai clawing pada ujung jari
anterior kelingking dan jari manis, serta atrofi hipotenar
dan otot interoseus dan kedua otot lumbrikalis medial
N. Medianus : anestesi sampai clawing pada ujung jari
bagian anterior ibu jari, telunjuk dan jari tengah, tidak
mampu adduksi ibu jari, kontraktur ibu jari, atrofi otot
tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral
N. Peroneus comunis : anestesi tungkai bawah, bagian
lateral dan dorsum pedis, kaki gantung (drop foot)
N. Tibialis posterior : anestesi telapak kaki, claw toes
GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis organ tubuh lain yang dapat diserang


Rambut : alopesia
Mata : madarosis, iritis, iridosiklitis, gangguan visus
sampai kebutaan
Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana
Tulang dan sendi : absropsi, mutilasi, artritis
Lidah : ulkus
Laring : suara parau
Kelenjar limfe : limfadenitis
Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, nefritis
interstitial
Genitalia pria : epididimitis akut, orchitis, atrofi testis
GAMBARAN KLINIS

Tipe tuberculoid (TT)


mengenai baik kulit maupun saraf
makula atau plakat, batas jelas dan pada
bagian tengah dapat ditemukan lesi yang
regresi / central healing
permukaan lesi dapat bersisik dengan tepi
yang meninggi
adanya infiltrasi tuberkuloid dan tidak adanya
basil merupakan tanda terdapatnya respons
imun pejamu yang adekuat terhadap basil
kusta
GAMBARAN KLINIS

Tipe borderline tuberculoid (BT)


menyerupai tipe TT: makula
atau plakat yang sering disertai
lesi satelit di pinggirnya
gambaran hipopigmentasi,
kekeringan kulit atau skuama
yang tidak jelas seperti pada tipe
tuberkuloid
adanya gangguan saraf tidak
seberat pada tipe tuberkuloid,
biasanya asimetris
lesi satelit biasanya ada dan
terletak dekat saraf perifer yang
menebal
GAMBARAN KLINIS

Tipe mid borderline (BB)


tipe yang paling tidak stabil dari semua spektrum
penyakit kusta
berupa makula infiltrat
lesi sangat bervariasi, baik dalam ukuran, bentuk
ataupun distribusi
permukaan lesi dapat berkilat, batas lesi kurang
jelas dengan jumlah lesi yang melebihi tipe BT dan
cenderung simetris
bisa ditemukan lesi punched out, yaitu
hipopigmentasi yang oval pada bagian tengah,
dengan batas jelas yang merupakan ciri khas tipe ini
GAMBARAN KLINIS

Tipe borderline lepromatous (BL)


lesi dimulai dengan makula
awalnya hanya dalam jumlah sedikit dan dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh
makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya, papul dan
nodus lebih tegas dengan distribusi lesi yang hampir simetris
dan beberapa nodus tampaknya melekuk pada bagian tengah
lesi bagian tengah sering tampak normal dengan pinggir dalam
infiltrat lebih jelas dibandingkan dengan pinggir luarnya dan
beberapa plak tampak seperti punched-out
tanda kerusakan saraf berupa hilangnya sensasi,
hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan gugurnya rambut
lebih cepat muncul dibandingkan dengan tipe LL dengan
penebalan saraf yang dapat teraba pada tempat predileksi
GAMBARAN KLINIS

Tipe lepromatous (LL)


jumlah lesi sangat banyak, simetris, permukaan
halus, lebih eritematosa, berkilat, berbatas
tidak tegas dan tidak ditemukan anestesi dan
anhidrosis pada stadium dini
distribusi lesi khas, yakni di wajah mengenai
dahi, pelipis, dagu, cuping telinga; sedang di
tubuh mengenai bagian tubuh yang dingin,
lengan, punggung tangan dan permukaan
ekstensor tungkai bawah
pada stadium lanjut tampak penebalan kulit yang
progresif, cuping telinga menebal, garis muka
menjadi kasar dan cekung membentuk fasies
leonina yang dapat disertai madarosis, iritis,
dan keratitis, deformitas pada hidung
kerusakan saraf yang luas menyebabkan gejala
stocking & glove anaesthesia => pengecilan otot
tangan dan kaki
GAMBARAN KLINIS

Tipe Indeterminate (I)


berupa makula hipopigmentasi dengan sedikit sisik
dan kulit disekitarnya normal
lokasi biasanya di bagian ekstensor ekstremitas,
bokong atau muka, kadang-kadang dapat ditemukan
makula hipestesi atau sedikit penebalan saraf disertai
infiltrat di sekitar saraf
pada 20-80% kasus penderita kusta didapatkan tipe
ini yang merupakan tanda pertama
sebagian besar akan sembuh spontan
TT BT I

LL BL BB
Reaksi Lepra

interupsi dengan episode akut pada perjalanan


penyakit yang sangat kronik
kemungkinan reaksi ini menggambarkan
episode hipersensitivitas akut terhadap antigen
basil yang menimbulkan gangguan
keseimbangan imunitas yang telah ada
beberapa faktor yang dianggap sering
mendahului timbulnya reaksi kusta : infeksi
rekuren, pembedahan, stres fisik, imunisasi,
kehamilan
Reaksi Lepra

Tipe 1
delayed hypersensitivity reaction = reaksi
hipersensitivitas tipe IV
antigen yang berasal dari produk akibat basil
yang telah mati akan bereaksi dengan limfosit
T disertai perubahan SIS yang cepat =>
upgrading / reversal, apabila menuju ke arah
bentuk tuberculoid (terjadi peningkatan SIS)
down grading, apabila menuju ke bentuk
lepromatous (terjadi penurunan SIS)
Reaksi Lepra

Tipe 1
penggunaan istilah downgrading akhir-akhir ini sudah
hampir tidak terdengar lagi => pemakaiannya hanya
untuk menunjukkan pergeseran ke arah lepromatous
masih tetap berlaku, berarti bergerak secara lambat
gejala klinis reaksi reversal => sebagian/seluruh lesi
yang telah ada bertambah aktif dan atau timbul lesi
baru dalam waktu yang relatif singkat
lesi hipopigmentasi menjadi eritema, lesi eritema menjadi
makin eritematosa, lesi makula menjadi infiltrat, lesi
infiltrat makin infiltrat dan lesi lama menjadi bertambah
luas. Gejala lain seperti neuritis akut juga dapat ditemukan.
Reaksi Lepra
Tipe 2
eritema nodusum leprosum (ENL)
reaksi hipersensitivitas tipe III
antigen berasal dari produk kuman
yang telah mati dan bereaksi dengan
antibodi membentuk kompleks Ag-
Ab yang akan mengaktivasi
komplemen => ENL
gejala klinis :
nodus eritema, dan nyeri dengan tempat
predileksi dilengan dan tungkai
iridosiklitis, neuritis akut, limfadenitis,
artritis, orchitis dan nefritis akut dengan
adanya proteinuria
DIAGNOSIS

Tanda kardinal kusta yaitu:


Bercak kulit yang mati rasa : hipopigmentasi atau
eritematosa, mendatar (makula) atau meninggi
(plakat) => rasa raba, rasa nyeri, rasa suhu
Penebalan saraf tepi : + rasa nyeri dan juga dapat
disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf yang
terkena, yaitu:
Gangguan fungsi sensoris : mati rasa
Gangguan fungsi motoris : paresis atau paralisis
Gangguan fungsi otonom : kulit kering, retak, edema, pertumbuhan
rambut yang terganggu
Ditemukan basil tahan asam : hapusan kulit cuping
telinga & lesi kulit pada bagian yang aktif
DIAGNOSIS
Pemeriksaan sensoris
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penebalan
saraf
N. auricularis magnus N. peroneus communis
(poplitea lateralis)

N. ulnaris
DIAGNOSIS

Pemeriksaan bakterioskopik
sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit / usapan
mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan
Ziehl Neelsen
pertama harus ditentukan lesi di kulit yang
diharapkan paling padat oleh basil setelah terlebih
dahulu menentukan jumlah tempat yang diambil
untuk riset dapat diperiksa 10 tempat dan untuk rutin
sebaiknya minimal 4 6 tempat yaitu kedua cuping
telinga bagian bawah dan 2 -4 lesi lain yang paling aktif
berarti yang paling eritematosa dan paling infiltratif
DIAGNOSIS

Pemeriksaan histopatologik
tipe tuberkoloid => tuberkel dan kerusakan saraf
yang lebih nyata, tidak ada basil atau hanya sedikit
dan non solid
tipe lepromatosa terdapat kelim sunyi
subepidermal (subepidermal clear zone) yaitu
suatu daerah langsung di bawah epidermis yang
jaringannya tidak patologik
Pemeriksaan serologik
didasarkan terbentuk antibodi pada tubuh
seseorang yang terinfeksi oleh M. leprae.
Pausibasilar
Karakteri Tuberkuloid Borderline Indeterminate (I)
stik (TT) Tuberkuloid (BT)
Lesi
Bentuk Makula atau Makula dibatasi Hanya makula
makula dibatasi infiltrat; infiltrat saja
infiltrat
Jumlah Satu atau Beberapa atau satu Satu atau
beberapa dengan lesi satelit beberapa
Distribusi Asimetris Asimetris Bervariasi
Permukaan Kering,skuama Kering, skuama Halus agak berkilat
Anestesia Jelas Jelas Tidak ada sampai
tidak jelas
Batas Jelas Jelas Dapat jelas atau
tidak jelas
BTA
Pada lesi Negatif Negatif, atau 1+ Biasanya negatif
kulit
Tes Positif kuat (3+) Positif lemah Dapat positif
Lepromin lemah atau
Multibasilar
Karakteris Lepromatosa Borderline Mid-borderline (BB)
tik (LL) Lepromatosa
(BL)
Lesi
Bentuk Makula, infiltrat Makula, plak, Plak, lesi bentuk
difus, papul, papul kubah, lesi punched
nodus out
Jumlah Tidak terhitung, Banyak tapi kulit Dapat dihitung, kulit
tidak ada kulit sehat masih ada sehat jelas ada
sehat
Distribusi Simetris Cenderung Asimetris
simetris
Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar dan
berkilat
Anestesia Tidak jelas Tidak jelas Lebih jelas
Batas Tidak jelas Agak jelas Agak jelas
BTA
Pada lesi Banyak (ada Banyak Agak banyak
kulit globus)
PB (Pausibasilar) MB (Multibasilar)
Lesi kulit (makula datar, papul 1-5 lesi > 5 lesi
yang meninggi, nodus) Hipopigmentasi/ Distribusi lebih
eritema simetris
Distribusi tidak
simetris
Kerusakan saraf Hilangnya sensasi Hilangnya sensasi
(menyebabkan hilangnya yang jelas yang kurang jelas
sensasi/kelemahan otot yang Hanya satu cabang Banyak cabang saraf
dipersarafi oleh saraf yang saraf
terkena)
BTA Negatif Positif
Tipe
- Ridley-Jopling BT dan TT BB, BL, dan LL
- Madrid I dan T B dan L
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
MDT untuk pausibasilar (I, BT, TT, dengan BTA
negatif) pada dewasa
DEWASA
OBAT
<35 th >35 th
Rifampisin 450 mg/bln 600 mg/bln
(diawasi) (diawasi)

Dapson 50mg/hari(1- 100 /hari


swakelola 2mg/kgBB/hari)
TATALAKSANA
MDT untuk multibasilar (BB, BL, LL, atau semua
tipe dengan BTA positif) pada dewasa
DEWASA
OBAT
<35 th >35 th
Rifampisin 450 mg/bln 600 mg/bln
(diawasi) (diawasi)

Klofazimin 300 mg/bln diawasi dan


diteruskan 50 mg/hari swakelola

Dapson 50mg/hari(1- 100 /hari


swakelola 2mg/kgBB/hari)
TATALAKSANA
MDT pada anak
PB MB

OBAT < 10 10 th 14 < 10 th 10 th -14


tahun th BB < 50 th
BB < 50kg kg
Rifampisin 300 450 300 450
mg/bln mg/bln mg/bln mg/bln

Klofazimin - - 100 200


mg/bln mg/bln
dilanjutka dilanjutka
n 50 mg, n 50
2x/mgg mg/hr

Dapsone 25 mg/hr 50 mg/hr 25 mg/hr 50 mg/hr


swakelola
TATALAKSANA
Ofloksasin Minosiklin Klaritromisin
turunan kelompok tetrasiklin kelompok antibiotik
fluorokuinolon efek bakterisidalnya lebih makrolid dan
menghambat enzim tinggi daripada mempunyai aktivitas
girase DNA klaritromisin, tetapi lebih bakterisidal terhadap
mikobakterium. rendah daripada M. leprae pada tikus
dosis optimal harian rifampisin dan manusia
adalah 400 mg dosis standar harian dosis harian 500 mg
efek samping: mual, adalah 100 mg dapat membunuh 99%
efek samping : pewarnaan kuman hidup dalam 28
diare, dan gangguan
gigi bayi dan anak-anak, hari dan lebih dari
saluran cerna
kadang-kadang 99% dalam 56 hari
lainnya, berbagai
gangguan susunan menyebabkan efek samping : nausea,
saraf pusat termasuk hiperpigmentasi kulit dan vomitus dan diare
insomnia, nyeri membran mukosa, yang terbukti sering
kepala, dizziness, berbagai simtom saluran ditemukan bila obat ini
nervousness dan cerna dan susunan saraf diberikan dengan dosis
halusinasi pusat, termasuk dizziness 2000 mg
dan unsteadiness
TATALAKSANA
Waktu Reaksi Tipe 1
Reaksi Lepra &2
Kortikosteroid 2 minggu I 40 mg/hari
Dimulai dengan dosis
tinggi atau sedang
2 minggu II 30 mg/hari
Gunakan sebagai dosis
tunggal pada pagi hari
2 minggu III 20 mg/hari
Dosis diturunkan setelah
terjadi respons maksimal
2 minggu IV 15 mg/hari
Dosis steroid dapat
diturunkan 5-10 mg/ 2
minggu 2 minggu V 10 mg/hari

2 minggu VI 5 mg/hari
REFERENSI

1. Wisnu IM, Daili ESS, Menaldi SL. Kusta. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2015.h.87-102.
2. Djuanda A, Menaldi SL, Wisesa TW, Ashadi LN. Kusta Diagnosis dan
Penatalaksanaan. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia ; 1997.
3. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI ; 2012.
4. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis
of Clinical Dermatology 7th ed. USA: McGraw-Hill. 2013.
5. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller SA, Leffell DJ, Wolff K.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 8th ed. USA : McGraw
Hill 2012.

Anda mungkin juga menyukai