Anda di halaman 1dari 23

TRAUMA ABDOMEN

1.Adrian
Mbuinga
2.Fahmila u.
pilomonu
3.Fitri rangian
4.Fitria Puji
5.Fitri KELOMPOK 1
Definisi
Trauma abdomen adalah terjadinya
cedera atau kerusakan pada organ
abdomen yang menyebabkan perubahan
fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme , kelainan imunologi dan
gangguan faal berbagai organ.
Penyebab trauma abdomen menurut
Etiologi
Sjamsuhidajat (1997) antara lain :
1. trauma,
2. iritasi,
3. infeksi,
4. obstruksi dan
5. operasi .
Kerusakan organ abdomen dan pelvis
dapat disebabkan trauma tembus
,biasanya tikaman atau tembakan dan
trauma tumpul akibat kecelakaan
mobil,pukulan langsung atau jatuh.. Luka
yang tampak ringan bisa menimbulkan
cedera eksterna yang mengancam
nyawa (Boswick,1996)
TRAUMA TEMBUS
TRAUMA TUMPUL
Patofisiologi
Trauma abdomen terjadi karena ,infeksi
,iritasi dan obstruksi. Kemungkinan bila
terjadi perdarahan intra abdomen yang
serius pasien akan memperlihatkan tanda-
tanda iritasi yang disertai penurunan
hitung sel darah merah dan akhirnya
gambaran klasik syok hemoragik. Bila
suatu organ viseral mengalami perforasi,
maka tanda tanda perforasi ,tanda-tanda
iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-
tanda dalam trauma abdomen tersebut
meliputi nyeri tekan , nyeri spontan ,nyeri
lepas dan distensi abdomen tanpa bising
usus bila telah terjadi peritonitis umum.
nemengalami
xBila
t...syok telah lanjut pasien akan
tatikardi dan peningkatan
suhu tubuh , juga terdapat
leukositosis. Biasanya tanda tanda
peritonitis belum tampak .Pada fase
awal perforasi kecil hanya tanda-
tanda tidak khas yang muncul . Bila
terdapat kecurigaan bahwa masuk
kerongga abdomen , maka operasi
harus dilakukan (Sjamsuhidajat ,
1997).
Manifestasi Klinik
Menurut (sjamsuhidayat, 2010),
melliputi :
1.nyeri tekan diatas daerah abdomen,
2.nyeri spontan.
3.demam,
4.anorexia,
5.mual dan muntah,
6.takikardi,
7.peningkatan suhu tubuh,
Komplikasi
Menurut smeltzer(2001) dalam waktu segera
dapat terjadi
1.syok hemoragik
2.cidera,
pada fase lanjut dapat terjadi :
3.infeksi,
4.thrombosis vena
5.emboli pulmonar
6.stress ulserasi
7.perdarahan,
8.pneumonia,
9.tekanan ulserasi,
10.ateletasis maupun sepsis
em. penunjang

1. Pemeriksaan rektum,
2. Laboratorium,
3. Radiologi,
4. IVP/sistogram,
5. Parasentesis perut,
6. Lavase peritoneal
Penatalaks
Menurut FKUI (2001) meliputi : mengkaji
ABCD, lalu Pemasangan NGT untuk
anaan
pengosongan isi lambung dan mencegah
aspirasi, Kateter dipasang untuk
mengosongkan kandung kencing dan
menilai urin yang keluar (perdarahan).
Pembedahan/laparatomi (untuk trauma
tembus dan trauma tumpul jika terjadi
rangsangan peritoneal : syok , bising usus
tidak terdengar . prolaps visera melalui luka
tusuk , darah dalam lambung, buli-
buli,rektum , udara bebas intraperitoneal ,
lavase peritoneal positif , cairan bebas
dalam rongga
Pengkajian
Menurut krisanty, (2009) pengkajiandan
diagnose secara teoritis yaitu:
1. Pengkajian primer
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan
masalah yang mengancam nyawa, harus
mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di
lokasi kejadian.
a. Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang,
membuka jalan napas menggunakan teknik
head tilt chin lift atau menengadahkan
kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah
benda asing yang dapat mengakibatkan
tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
Breathing, dengan ventilasi yang adekuat,
memeriksa pernapasan dengan menggunakan
cara lihat-dengar-rasakan tidak lebih dari 10
detik untuk memastikan apakah ada napas
atau tidak, selanjutnya lakukan pemeriksaan
status respirasi korban (kecepatan, ritme dan
adekuat tidaknya pernapasan).
Circulation, dengan kontrol perdarahan hebat,
jika pernapasan korban tersengal-sengal dan
tidak adekuat, makabantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi,
lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio
kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP
adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2 kali
bantuan napas.
Pengkajian skunder
Inspeksi
Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat
memberikan petunjuk adanya kemungkinan
kerusakan organ di bawahnya.
Adanya perdarahan di bawah kulit, dapat memberikan
petunjuk perkiraan organ-organ apa saja yang dapat
mengalami trauma di bawahnya. Ekimosis pada flank
(Grey Turner Sign) atau umbilicus (Cullen Sign)
merupakan indikasi perdarahan retroperitoneal, tetapi
hal ini biasanya lambat dalam beberapa jam sampai
hari.
Adanya distensi pada dinding perut merupakan tanda
penting karena kemungkinan adanya
pneumoperitonium, dilatasi gastric, atau ileus akibat
iritasi peritoneal.
Pergerakan pernafasan perut, bila terjadi pergerakan
pernafasan perut yang tertinggal maka kemungkinan
adanya peritonitis.
Auskultasi
Ditentukan apakah bising usus ada atau tidak, pada
robekan (perforasi) usus bising usus selalu menurun,
bahkan kebanyakan menghilang sama sekali.Adanya
bunyi usus pada auskultasi toraks kemungkinan
menunjukkan adanya trauma diafragma.
Palpasi
Adanya defence muscular menunjukkan adanya
kekakuan pada otot-otot dinding perut abdomen
akibat peritonitis.
Ada tidaknya nyeri tekan, lokasi dari nyeri tekan ini
dapat menunjukkan organ-organ yang mengalami
trauma atau adanya peritonitis.
Perkusi
Redup hati yang menghilang menunjukkan adanya udara bebas
dalam rongga perut yang berarti terdapatnya robekan (perforasi)
dari organ-organ usus.
Nyeri ketok seluruh dinding perut menunjukkan adanya tanda-
tanda peritonitis umum.
Adanya Shifting dullness menunjukkan adanya cairan bebas
dalam rongga perut, berarti kemungkinan besar terdapat
perdarahan dalam rongga perut.
Diagnosa Keperawatan
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Nyeri akut berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang
kurang.
Kekuran NOC Monitor Vital sign.
gan Fluid balance Pantau cairan
volume Hydration parenteral dengan
cairan Nutritional elektrolit,
b/d Status : Food and antibiotik dan
perdarah Fluid Intake vitamin.
an Krtiteria Hasil : Pertahankan
Mempertahankan catatan intake dan
intake dan output yang
output sesuai akurat.
dengan usia dan Koloborasikan
BB, pemberian cairan
Tekanan darah, IV.
nadi, suhu tubuh Dorong keluarga
dalam baras untuk membantu
normal. pasien makan,.
Tidak ada tanda- Persiapan untuk
tanda transfusi
dehidrasi,elastisi
tas turgor baik,
Nyeri b/d NOC NIC
adanya Pain Level Lakukan pengkajian nyeri
trauma Pan Control secara komprehensif
abdomen Comfort Level termasuk lokasi,
atau luka Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
penetrasi Mampu mengontrol frekuensi, kualitas, dan
abdomen. nyeri faktor presipitasi.
Melaporkan bahwa Kaji kultur yang
nyeri berkurang degan mempengaruhi respon
menggunakan nyeri.
manajemen nyeri. Bantu pasien dan
Mampu mengenali nyeri keluarga untuk mencari
Menyatakan rasa dan menemukan
nyaman setelah nyeri dukungan.
berkurang Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan,
dan kebisingan.
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri.
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
Resiko NOC NIC
infeksi b/d Immune status Mengidentifikasi
tindakan Knowledge : infection adanya resiko infeksi
pembedah control lebih dini.
an, tidak Risk control Keadaan luka yang
adekuatny Kriteria Hasil : diketahui lebih awal
a Menunjukkan dapat mengurangi
pertahana kemampuan untuk resiko infeksi.
n tubuh mencegah infeksi Suhu tubuh naik dapat
Jumlah leukosit di indikasikan adanya
dalam batas normal proses infeksi.
Menurunkan resiko
terjadinya
kontaminasi
mikroorganisme.
Hambatan Noc Nic
Mobilitas Joint Movement : Identifikasi
Fisik b/d Active kemampuan klien
kelemahan Mobility Level dalam mobilisasi.
fisik Transfer Performance Meminimalisir
Kriteria Hasil : pergerakan kien.
Klien meningkat Melatih otot-otot
dalam aktivitas fisik. klien.
Mengerti tujuan dari Membantu dalam
peningkatan mengatasi kebutuhan
mobilitas. dasar klien.
Memverbalisasikan Lakukan fisioterapi
perasaan dalam dapat memulihkan
meningkatkan kondisi klien.
kekuatan dan
Ketidaksei NOC NIC
mbangan Nutritional Status : Keletihan berlanjut
nutrisi Nutritional Status : menurunkan
kurang food and fluid intake keinginan untuk
dari Nutritional Status : makan.
kebutuhan Nutrient intake Adanya pembesaran
tubuh b/d Weight control hepar dapat menekan
intake Kriteria Hasil : saluran gastro
yang Tidak ada tanda dan intestinal dan
kurang. gejala malnutrisi menurunkan
Tidak terjadi kapasitasnya.
penurunan berat Akumulasi partikel
badan yang berarti makanan di mulut
dapat menambah baru
dan rasa tak sedap
yang menurunkan
nafsu makan.

Anda mungkin juga menyukai