Laporan Survei
Penilaia Pendah
n uluan
Proses
PEMBAHAS
Penilai
AN an
Pengum
Rekonsil
pulan &
iasi
Analisis
Nilai
Data
Penggu
naan
Pendek
atan
Penilaia
n
ALUR PROSES
PENILAIAN
IDENTIFIKASI
TUJUAN
Beberapa tujuan penilaian dan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan sebuah nilai antara lain :
Analisis pasar properti diperlukan agar penilai mampu meng-interpretasikan dengan akurat
kondisi pada saat tertentu, khususnya yang berkaitan dengan kecenderungan (trend) pergerakan
harga dengan cara memahami kekuatan-kekuatan eksternal pasar yang mempengaruhi nilai dari
properti tersebut. Selain itu, analisis pasar properti pada prinsipnya untuk menganalisis
penawaran (supply) terhadap ruang dan menganalisis permintaan (demand) terhadap ruang.
Analisis ini akan digunakan sebagai pertimbangan dalam analisis proyeksi harga sewa, service
charge, tingkat hunian dan harga jualnya.
Analisis Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (The Highest and Best Use)
Sebelum mengestimasi nilai suatu properti, kita harus menentukan keuntungan utama dari suatu
properti. Prinsip HBU ini ditentukan oleh :
Legally permisible artinya bahwa apakah properti tersebut secara peraturan telah sesuai atau
tidak. Seperti apakah properti tersebut telah sesuai dengan peruntukkannya yang dibuktikan
dengan koefisien lantai bangunan, ijin mendirikan bangunan, dan ijin penggunaan bangunan.
Physically Possible Artinya bahwa apakah properti yang dinilai memenuhi syarat-syarat fisik.
Contoh karakteristik fisik seperti ukuran tanah dan bangunan, lokasi, rancang bangun dan kondisi
bangunan.
Financially Feasible (layak secara keuangan). Properti yang dibangun tersebut telah ditujukan
untuk memenuhi permintaan pasar sehingga menghasilkan return yang positif bagi pemilik atau
investor. Untuk menentukan kelayakan secara keuangan seorang penilai mengestimasikan
pendapatan kotor yang akan diterima (future gross income) yang diekspektasi dari setiap
potensial kegunaan tertinggi dan terbaik. Dalam menganalisis kelayakan keuangan, tingkat
kekosongan, collection losses dan biaya operasi perlu dikurangkan dari setiap pendapatan kotor
(gross income) untuk mendapatkan biaya operasi bersih.
Maximally Productive atau Produktivitas yang maksimal. Dari kegunaan yang layak secara
keuangan, maka kegunaan yang menghasilkan harga tertinggi / nilai tertinggi yaitu yang konsisten
dengan tingkat pengembalian rate of return.
Analisis HBU ini meliputi kajian terhadap kelayakan fisik, kelayakan hukum, kelayakan keuangan/
pendanaan dan keuntungan maksimal yang dapat dihasilkan.
PENGGUNAAN
PENDEKATAN
PENILAIAN
Perbandingan Data Pasar
Kalkulasi Biaya
Kapitalisasi Pendapatan
PENDEKATAN PERBANDINGAN DATA
PASAR
Pendekatan perbandingan data pasar adalah suatu pendekatan atau metode penentuan Nilai Jual
suatu Objek Pajak dengan cara membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis yang
letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya (atau dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-533/PJ/2000 dikenal dengan Pendekatan Data
Pasar).
Konsep dasar Penilaian Objek Pajak Individual dengan pendekatan Perbandingan Data Pasar
adalah membandingkan secara langsung data pembanding dengan objek pajak yang dinilai
dengan menggunakan faktor-faktor penyesuaian. Adapun beberapa elemen perbandingan yang
sering dipertimbangkan adalah :
Jenis hak yang melekat pada properti,
Masalah keuangan/pendanaan (financing term),
Kondisi penjualan,
Kondisi pasar,
Lokasi,
Karateristik fisik,
Tahap Penilaian Perbandingan Data Pasar :
Mengumpulkan Data Pembanding
Proses penilaian dimulai dengan mengumpulkan data pembanding. Secara garis besar data yang
diperlukan meliputi data fisik, data harga penawaran/jualbeli/sewa, aspek legal, aspek lokasi . Data
tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber.
Memilih Data Pembanding
Sebelum melakukan pemilihan data pembanding, terlebih dulu dilakukan verifikasi informasi
mengenai keakuratan data, kesesuaian data dengan kenyataan dan memastikan apakah data
transaksi yang diperoleh mencerminkan pasar wajar. Kemudian dilakukan pemilihan data dengan
kriteria-kriteria antara lain : kemiripan fisik objek dengan data pembanding, jarak objek dengan data
pembanding, selisih waktu antara tanggal transaksi dengan tanggal penilaian.
Analisis Dan Penyesuaian
Dari data pembanding yang sudah terpilih, selanjutnya dilakukan penyesuaian terhadap faktor-
faktor yang meliputi :
Jenis data (harga transaksi atau harga penawaran).
Waktu transaksi
Keadaan Fisik
Lokasi, aksesibilitas, dan penggunaan tanah
Aspek legal. termasuk dalam aspek legal adalah kepemilikan
PENDEKATAN KALKULASI BIAYA
Pendekatan kalkulasi biaya adalah suatu pendekatan atau metode penentuan Nilai Jual
suatu Objek Pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan
penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut (Pendekatan Biaya dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-533/PJ/2000).
Pendekatan biaya digunakan dengan cara menambahkan nilai bangunan dengan nilai
tanah, yakni dengan:
Nilai Tanah : dihitung seberapa besar biaya untuk memperoleh tanah dengan
asumsi tanah dalam kondisi kosong.
Nilai Bangunan : dihitung Nilai Perolehan Baru Bangunan kemudian dikurangi
dengan penyusutan bangunan. Nilai Perolehan Baru
Bangunan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh/ membangun bangunan baru. Penghitungan Nilai
Perolehan Baru Bangunan ini meliputi biaya komponen utama,
komponen material dan fasilitas bangunan.
Pendekatan kapitalisasi pendapatan,
adalah suatu pendekatan atau
metode penentuan Nilai Jual suatu
Pendekatan ini pada umumnya diterapkan untuk objek-objek komersial, yang dibangun untuk
usaha/menghasilkan pendapatan, seperti hotel, apartemen, gedung perkantoran yang disewakan,
pelabuhan udara, pelabuhan laut, tempat rekreasi dan lain-lain. Konsep dasar yang perlu dipahami
dalam penggunaan pendekatan pendapatan antara lain adalah :
Nilai properti merupakan pengkapitalisasian nilai pendapatan bersih tahunan.
Nilai properti dipengaruhi oleh perkembangan aliran pendapatan dari waktu ke waktu.
TAHAP INCOME ANALYSIS adalah tahap penentuan pendapatan yang dapat diterima oleh properti,
terdiri dari pendapatan sewa dan service charge. Tahap ini dilakukan dengan
Menghitung pendapatan kotor potensial dalam satu tahun, yakni pendapatan kotor yang
diharapkan diterima dari suatu properti pertahunnya dengan mengasumsikan tidak terdapat
tingkat kekosongan. Pendapatan yang diterima dari suatu properti ini biasanya berbentuk sewa
yang diterima dalam jangka waktu tertentu, seperti bulanan, tahunan, dan sebagainya tergantung
dari perjanjian sewa menyewanya. Perhitungan pendapatan kotor potensial dengan cara
mengalikan luas lantai bersih bangunan (net rentable area) dengan nilai sewa per meter
perseginya.
Menentukan tingkat kekosongan dalam satu tahun, yaitu prosentase jumlah ruang tersedia yang
tidak digunakan. Kekosongan ini dapat diakibatkan antara lain:
-Sebagian luas lantai bangunan tersebut memang belum disewakan (belum ada penyewa).
-Jangka masa antara penyewa lama dan waktu untuk mencari penyewa baru.
-Penghentian pengoperasian sebagian luas lantai bangunan untuk tujuan perbaikan, pengecatan,
dll.
Menentukan Collection loss atau pendapatan tak tertagih, adalah pendapatan yang hilang karena
sesuatu sebab seperti penyewa lari, penyewa tidak mampu bayar dan berbagai sebab lain. Jadi
dalam penghitungan pendapatan tak tertagih di sini agak sedikit berbeda dengan tingkat
kekosongan karena pendapatan tak tertagih bukan menunjukkan bahwa ruang tidak terkonsumsi,
namun ruang yang terkonsumsi tetapi tidak terbayar.
Mengurangi pendapatan kotor potential dengan tingkat kekosongan dan pendapatan tak tertagih
yang hasilnya adalah pendapatan kotor efektif dalam satu tahun (Effective Gross Income)
TAHAP EXPENSES ANALYSIS
Pendapatan kotor efektif yang sudah diperoleh pada tahap income analysis, selanjutnya dikurangi
dengan biaya-biaya, yaitu :
Biaya Operasional, adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan gedung tersebut
sehingga dapat menghasilkan pendapatan.
Biaya Tahunan (Out Goings), adalah biaya yang dikeluarkan rutin setiap tahunnya, tidak terkait
langsung dengan operasional gedung.
Rekonsiliasi indikasi nilai adalah suatu analisis terhadap berbagai kesimpulan nilai untuk
mendapatkan suatu estimasi nilai akhir. Tahapan kerja dalam rekonsiliasi nilai dalam hal
ini terdiri dari dua tahap yaitu:
Pertama me-review atau mengkaji ulang data dan teknik penilaian
Kedua mengkaji perbedaan-perbedaan indikasi nilai dari setiap pendekatan penilaian
dan dikaitkan dengan tujuan/kegunaan penilaian.
Pada tahap rekonsiliasi nilai ini penilai mempertimbangkan semua faktor, kemudian
membuat keputusan (judgement) kesimpulan nilai yang paling sesuai.
Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk melaksanakan rekonsiliasi nilai untuk mendapatkan Nilai
Pasar (Market Value) Properti, yaitu :
1. Pembobotan
dilakukan dengan memberikan persentase dari masing-masing hasil pendekatan penilaian
berdasarkan asumsi dan keadaan pasar properti serta faktor lain yang terjadi pada tanggal penilaian,
untuk selanjutnya menjumlahkan nilai hasil persentase tersebut menjadi nilai pasar.
2. Rata-rata
nilai pasar diperoleh dari cara merata-rata hasil penilaian dengan menggunakan tiga pendekatan
menjadi satu nilai, yaitu nilai pasar.
3. Pemilihan
nilai dari ketiga pendekatan dipilih salah satu nilai saja yang dianggap paling mencerminkan sebagai
konklusi nilai pasar properti. Selanjutnya, Nilai Pasar ini akan diolah lebih lanjut, untuk akhirnya
mendapatkan Nilai Jual Objek Pajak properti bersangkutan.
Penilai dapat menentukan besaran nilai rekonsiliasi dengan memilih salah satu cara di atas,
berdasarkan pertimbangan ketersediaan data, jenis propertinya dan keyakinan penilai.
Alamat yang dituju
Penugasan dan Asumsi
Khusus
Tujuan Penilaian
LAPORAN Tanggal Penilaian