Anda di halaman 1dari 27

PEMBELAJARAN BAHASA

PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Dini Tian Puspita


Dyah Pujirahayu
Pengertian ABK
Dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Pasal 32 ayat 1, dan penjelasan Pasal 15, yaitu mereka yang meiliki
kelainan baik fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki
kecerdasan dan bakat istimewa (Haenudin, 2013: 9).
Secara garis besar anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap atau
permanen, dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara atau
temporer.
ABK Bersifat Menetap
Tunanetra Tunarungu Tunagrahita Tunadaksa

Anak Anak
Tunalaras Anak
dengan Kelainan dengan
dengan
Kurang Perhatian Kelainan
Kesulitan
Autisme dan Hiperaktif Bicara dan
Belajar
(ADHD) Bahasa

Anak dengan Potensi Kecerdasan & Bakat Istimewa


Tunanetra
Pengertian Tunanetra
Seorang dikatakan buta apabila mempergunakan kemampuan perabaan
dan pendengaran sebagai saluran utama dalam belajar. Mereka mungkin
memiliki sedikit persepsi cahaya atau bentuk, atau sama sekali tidak
dapat melihat (buta total).
Penyebab Terjadinya Tunanetra
Penyebab ketunanetraan sangat bervariasi tergantung pada lokasi
geografis, status soaial ekonomi, dan usia. Trachoma merupakan
penyebab utama timbulnya ketunanetraan di negara-negara
berkembang. Selain penyebab lainnya adalah diabetes, glaucoma, dan
katarak.
Tunarungu
Istilah tunarungu diambil dari kata tuna dan rungu, tuna artinya kurang dan rungu
artinya pendengaran. Orang atau anak di katakan tunarungu apabila tidak mampu
mendengar atau kurang mampu mendengar suara (Somad dan Herawati, 1996:26)
Tunarungu dibagi atas dua kelompok besar yaitu:
Kelompok yang menderita kehilangan daya dengar untuk menunjuk pada segala
gangguan dalam deteksi bunyi. Gangguan ini dinyatakan dalam besaran berapa
desibel ambang pendengaran seseorang perlu duperkuat di atas ambang
pendengaran orang yang memiliki pendengaran normal. Berdasarkan besaran/ tingkat
penguatan bunyi yang diperlukan agar seseorang dapat mendeteksi bunyi, mereka
dapat dibagi dalam berbagai golongan dari ringan sampai total.
Kelompok yang tergolong mengalami gangguan proses pendengaran yaitu mereka
yang mengalami gangguan dalam menafsirkan bunyi, karena adanya gangguan dalam
mekanisme syaraf pendengaran.
Tunagrahita
Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita adalah anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental. Menurut PLB
(2004), tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan
keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa
sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial,
dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus.
Penyebab terjadinya ketunagrahitaan
Ketunagrahitaan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.ketunagrahitaan ringan : faktor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, kadang-kadang
dihubungkan dengan keterbelakangan budaya keluarga (cultural familial retardation).
2.ketunagrahitaan yang signifikan atau berat : dihubungkan dengan waktu terjadinya
ketunagrahitaan tersebut, yaitu prenatal (sebelum lahir), perinatal (pada waktu atau
beberapa saat setelah lahir), dan postnatal (setelah lahir).
Tunadaksa
Pengertian Tunadaksa
Menurut Direktorat PLB (2004) tunadaksa diartikan sebagai berikut: ... adalah anak
yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi,
otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pendidikan khusus.
Faktor Terjadinya Ketunadaksaan
Penyebab ketunadaksaan sangat bervariasi tergantung kelainan atau penyakitnya.
Penyebab secara umum ketunadaksaan adalah faktor genetik dan kelainan
kromosom, teratogenic, prematur dan komplikasi kehamilan, serta penyebab yang
diperoleh kemudian
Tunalaras
Pengertian Tunalaras
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak
sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat
pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya
Penyebab Terjadinya Ketunalarasan
The Surgeeon Generals Report on Mental Health membagi penyebab ketunalarasan ke dalam dua
bagian, yaitu:
1.faktor biologis
Faktor biologis cenderung didominasi oleh penyakit yang ditularkan oleh ibu ketika masih dalam
kandungan. Contohnya, seorang Ibu yang yang pecandu alkohol atau obat-obatan saat mengandung,
akan berkembang dengan kelainan emosional dan perilaku.
2. Psikososial adalah pengaruh orang-orang di sekitar, kejadian yang dialami, dan kondisi kehidupan
terhadap perkembangan psikologis dan sosial anak.
Stres yang kronis
Stes akibat tekanan hidup
Salah asuh pada masa anak-anak
Faktor keluarga lainnya
Anak dengan Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan istilah yang digunakan bagi para siswa yang
memiliki kesulitan tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar karena
kurangnya intelegensi, kelainan sensoris, ketidakcukupan budaya atau
bahasa.
National Joint Commite on Learning Disabilities mengemukakan definisi
kesulitan belajar adalah istilah umum yang berhubungan dengan kelompok
heterogen kelainan yang ditunjukkan dengan adanya kesulitan yang
signifikan dalam memperoleh dan menggunakan pendengaran, bicara,
membaca, menulis, berpikir, dan kemampuan matematika.
Penyebab terjadinya kesulitan belajar
Smith (1998) membagi kemungkinan penyebab terjadinya kesulitan belajar ke dalam dua
kategori yaitu:
1.Penyebab fisiologis, antara lain:
Luka pada otak
Keturunan
Ketidakseimbangan kimia
2. Penyebab lingkungan
Contoh lingkungan yang dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar adalah
lingkungan miskin, karena kemungkinan kurang mendapatkan pelayanan medis, atau
tingkat pendidikan orang tua yang rendah. Penyebab lain adalah lingkungan yang
memberikan pengajaran yang buruk.
Anak dengan Kelainan Kurang
Perhatian dan Hiperaktifitas (ADHD)
Pengertian Kurang Perhatian dan Hiperaktifitas (ADHD)
Menurut MIF Baihaqi (2008:2) ADHD didefinisikan sebagai berikut:
Kondisi anak yang memperlihatkan simton-simton (ciri atau gejala) kurang
konsentrasi, hiperaktif, dan impulsive yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas mereka.
Penyebab terjadinya Kurang Perhatian dan Hiperaktifitas (ADHD)
Adapun penyebab ADHD tidak dapat diketahui secara pasti. Namun para ahli
menyimpulkan beberapa kemungkinan penyebab ADHD sebagai berikut:
1.Disfungsi Neurologis
2.Faktor Keturunan
3.Faktor Lingkungan
Anak dengan Kelainan Bicara dan
Bahasa
Pengertian anak dengan kelainan bicara dan bahasa
Menurut IDEA (The Individuals with Disabilities Education Act), kesulitan bicara dan bahasa
diartikan sebagai berikut:
Anak-anak termasuk kategori ini apabila mereka mempunyai kelainan komunikasi seperti
gagap, kelainan artikulasi, kelainan bahasa atau kelainan suara, yang secara nyata
berpengaruh terhadap kinerja pendidikan mereka.
Penyebab terjadinya kelainan bicara dan bahasa
Terjadinya kelainan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor,
dapat disebabkan oleh faktor fungsional seperti stress, atau disebabkan oleh kelainan
organik seperti bibir sumbing.
Terjadinya kelainan bicara dan bahasa dapat terjadi saat belum dilahirkan, pada masa
perkembangan anak, atau diperoleh kemudian. Contohnya adalah hal yang
mempengaruhi embrio atau janin termasuk pengaruh sinar X, virus, , obat-obatan, dan
lain-lain.
Anak dengan Autisme
Pengertian autisme
Menurut IDEA (The Individuals with Disabilities Education Act), autisme adalah kelainan
perkembangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap komunikasi verbal, dan non
verbal serta interaksi sosial, umumnya terjadi pada usia sebelum tiga tahun, yang
berpengaruh buruk terhadap kinerja pendidikan anak. Karakteristik lain yang sering
menyertai autisme seperti melakukan kegiatan yang berulang-ulang, dan gerakan
stereotif, penolakan terhadap perubahan lingkungan, atau perubahan dalam rutinitas
sehari-hari, dan memberikan respon yang tidak semestinya terhadap pengalaman sensori.
Penyebab terjadinya autisme
Penyebab terjadinya autisme sangat kompleks, antara lain sebagai berikut:
1.Faktor Kromosom dan Genetik
2.Kejadian selama mengandung
3.Abnormalitas sruktur otak
4.Faktor autoimmune dan lingkungan
Anak dengan Potensi Kecerdasan
dan Bakat Istimewa
Pengertian Anak dengan Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa
Potensi kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual. Sedangkan anak
berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang dengan kualifikasi oleh orang
dengan kualifikasi professional. Anak-anak yang telah mampu menunjukkan
prsetasinya dan atau berupa potensi kemampaun pada beberapa bidang seperti:
(1) kemampuan intelegensi umum, (2) kemampuan akademik khusus (specific
academic aptitude), (3) berpikir produktif atau kreatif, (4) kemampuan
kepemimpinan, (5) kemampuan di bidang seni, (6) kemampuan psikomotorik.
Anak Berkebutuhan Khusus yang
Bersifat Sementara (Temporer)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak-anak yang
karena mengalami kondisi tertentu menyebabkan mereka memerlukan layanan
pendidikan secara khusus, apabila kondisi mereka sudah kembali normal maka layanan
pendidikan khusus tersebut sudah tidak diperlukan lagi. Adapun yang termasuk ke
dalam anak-anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara anatara lain:
Anak-anak yang berada di daerah terpencil.
Anak-anak yang berada pada masyarakat miskin (kurang beruntung).
Anak-anak yang mengalami bencana alam.
Anak-anak yang mengalami bencana sosial/korban perang/kerusuhan.
Anak-anak yang berada pada kelompok masyarakat yang menyandang permasalahan
sosial yang meliputi: anak jalanan, anak pelacur/prostitusi, atau pelacur anak, anak,
korban trafficking, anak warga binaan di lembaga permasyarakatan, anak korban
kekerasan dan pekerja anak (industri dan pertanian).
Pembelajaran Bahasa Pada ABK
Pembelajaran bahasa tidak hanya diperuntukan bagi anak normal saja, tetapi anak
berkebutuhan khusus (ABK) juga membutuhkannya.
Beberapa penelitian yang menjelaskan tentang pembelajaran bahasa pada ABK,
baik secara umum maupun khusus (tunarungu, tunagrahita, autis)
Perkembangan Bahasa ABK
(Pujianingsih, 2010)
Perkembangan prelinguistik Anak tunarungu, informasi dari luar tidak dapat
ditangkap dengan jelas sehingga pemerolehan bahasa terambat. Pada anak
tunanetra, keterbatasan visual mempengaruhi pemahaman kata yang terkait
dengan obyek visual.
Fonologis. Gangguan ini terdiri dari empat jenis, yakni: (1) omisi (penghilangan
fonem, (2) substitusi (penggantian fonem), (3) addisi (penambahan fonem), dan (4)
distorsi (fonem yang acak). Selain itu gangguan artikulasi juga terjadi pada
keterbelakangan mental, kerusakan otak (brain damage), kerusakan pendengaran
(Smith, 1998).
Morfologi. Anak dengan ketidakmampuan mengenali morfolofi suatu kata sering
dikenal dengan language disorder. Gangguan ini dapat dialami oleh anak brain
damage, disleksia/disgrafia, keterbatasan intelektual dan anak tunarungu.
Semantik. Gangguan berbahasa dalam hal ini dialami oleh anak autis, anak
tunagrahita, brain damage dan anak tunarungu.
Sintaksis. Gangguan berbahasa ABK meliputi frasa, klausa dan kalimat berupa
fluency disorder: stuttering (gagap) dan cluttering (terlalu cepat berbicara). Hal
tersebut dapat dialami oleh anak tunagrahita, anak tunarungu dan
disleksia/disgrafia.
Pragmatik. Gangguan berbahasa berkenaan dengan cara menggunakan bahasa
dalam situasi sosial yang tidak sesuai. Hal ini sering dialami oleh anak tunagrahita,
tunarungu, disleksia/disgrafia dan autis.
Pembelajaran Bahasa Anak
Tunanetra
Anak tunanetra mencapai tahap echolalia (tangisan, ocehan, celoteh) seperti anak-
anak pada umumnya. Namun setelah umur satu tahun, mereka hanya mampu
menirukan kata tanpa mengetahui maknanya. Hal ini terus berlanjut sehingga
mereka terbatas dalam menangkap konsep dan makna.
Anak dengan gangguan penglihatan memerlukan stimulus dengan
struktur bahasa yang lebih lengkap agar dapat menangkap makna
secara keseluruhan, misalnya: Kita sedang di kamar mandi, ini suara air
keluar dari kran. Kata keterangan posisi atas, bawah keterangan tempat (di
dapur, di jalan, di dalam kamar mandi) akan membantu anak menangkap situasi
secara lengkap.
Pembelajaran Bahasa Anak
Tunarungu (Linawati, 2013)
Ashman dan Elkins (1994) terdapat tiga cara anak tunarungu belajar bahasa
yaitu melalui ujaran, pendengaran dan secara manual.

Belajar Bahasa Melalui Ujaran


Orang dapat memahami pembicaraan orang lain dengan membaca
ujarannya melalui gerakan bibirnya. Akan tetapi, hanya sekitar 50% bunyi
ujaran yang dapat terlihat pada bibir. Di antara 50% lainnya, sebagian
dibuat di belakang bibir yang tertutup atau jauh di bagian belakang mulut
sehingga tidak kelihatan, atau ada juga bunyi ujaran yang pada bibir
tampak sama sehingga pembaca bibir tidak dapat memastikan bunyi apa
yang dilihatnya.
Belajar Bahasa Melalui Pendengaran
Individu tunarungu dari semua tingkat ketunarunguan dapat memperoleh
manfaat dari alat bantu dengar tertentu. Alat bantu dengar yang telah
terbukti efektif bagi jenis ketunarunguan sensorineural dengan tingkat
yang berat sekali adalah cochlear implant.
Cochlear implant adalah prostesis alat pendengaran yang terdiri dari dua
komponen, yaitu komponen eksternal (mikropon dan speech processor)
yang dipakai oleh pengguna, dan komponen internal (rangkaian elektroda
yang melalui pembedahan dimasukkan ke dalam cochlea (ujung organ
pendengaran) di telinga bagian dalam.
Belajar Bahasa secara Manual
Secara alami, individu tunarungu cenderung mengembangkan cara
komunikasi manual atau bahasa isyarat. Untuk tujuan universalitas,
berbagai negara telah mengembangkan bahasa isyarat yang dibakukan
secara nasional. Komunikasi manual dengan bahasa isyarat yang baku
memberikan gambaran lengkap tentang bahasa kepada tunarungu,
sehingga mereka perlu mempelajarinya dengan baik. Kerugian
penggunaan bahasa isyarat ini adalah bahwa para penggunanya
cenderung membentuk masyarakat yang eksklusif.
Pembelajaran Bahasa Anak
Tunagrahita (Humaira, 2012)
Pengembangan pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan di
kelas dasar tidak hanya dikembangkan oleh guru saja di
sekolah tetapi juga harus dibantu oleh orangtua dan lingkungan
anak. Bagi anak tunagrahita ringan yang berada di kelas dasar
pembelajaran tidak dapat diberikan secara klasikal tetapi lebih
banyak pembelajarannya secara individual karena kemampuan
anak yang sangat berbeda. Tetapi walaupun lebih banyak
diberikan pembelajaran secara individual mereka juga memiliki
program pembelajaran yang sama untuk setiap anak, tetapi
setiap anak memiliki tahap-tahap pengembangan pencapaian
yang berbeda.
Pembelajaran Bahasa Anak
Autis
Kurdi (2009)
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa autisme merupakan spektrum
sindroma kelainan neurologis yang tidak bisa disembuhkan; dengan
kelainan terutama adanya gangguan pada trias komunikasi, imajinasi dan
interaksi sosial. Dengan teknik ABA (applied behaviour analysis) dan
berbagai modifikasinya, anak dengan autisme bisa ditingkatkan
kemampuannya untuk berkomunikasi. Penanganan dan pembelajaran pada
anak autis memerlukan tim yang cukup kuat dan lengkap agar proses
pembelajaran yang diharapkan bisa berhasil.
Ningsih (2010)
Suggestopedia adalah suatu konsep yang menyuguhkan suatu pandangan bahwa
manusia bisa diarahkan untuk melakukan sesuatu dengan memberikannya sugesti.
Pikiran harus dibuat setenang mungkin, santai, dan terbuka sehingga bahan-bahan
yang merangsang saraf penerimaan bisa dengan mudah diterima dan
dipertahankan untuk jangka waktu yang lama. Dalam penelitian tersebut
pengajaran bahasa Inggris dilakukan secara individu. Satu guru, satu siswa dalam
periode waktu tertentu. Hasil yang didapat adalah penggunaan metode
suggestopedia dan pelayanan individual sudah tepat walaupun masih terdapat
kendala dalam mempraktikannya.
Kesimpulan
Pembelajaran bahasa pada anak berkebutuhan khusus bergantung pada jenisnya,
baik pada anak tunarungu, tunanetra, tunagrahita, disleksia/disgrafia, autis dan lain
sebagainya. Masing-masing dari kekhususan tersebut memiliki penanganan dan
pengajaran yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan tenaga pengajar ahli
sekaligus psikolog untuk mengajar mereka. Di sisi lain, peran dan dukungan orang
tua sangat berpengaruh besar dalam pembelajaran tersebut.

Anda mungkin juga menyukai