Anda di halaman 1dari 34

KESELAMATAN PASIEN

Ngabang, 5-6 Mei 2017


dr. Hermanta Setiarsa, MQIH
1. Keselamatan pasien adalah upaya untuk
menurunkan risiko cedera yang sebenarnya
tidak perlu terjadi dalam pelayanan kesehatan
sampai pada batas minimum yang dapat
diterima (WHO- ICPS, 2009)
2. Keselamatan pasien di sarana pelayanan
kesehatan adalah upaya yang dirancang
untuk mencegah trjadinya outcome yang
tidak diharapkan sebagai akibat tindakan
yang tidak aman atau kondisi laten di sarana
pelayanan kesehatan
3. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD): Cedera yang diakibatkan oleh tatkelola
klinis bukan karena latar belakang kondisi pasien
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC): Terjadi penanganan klinis yang tidak sesuai
pada pasien, tetapi tidak terjadi cedera.
5. Kejadian Nyaris Cedera (KNC): Kejadian atau situasi yang sebenarnya dapat
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi karena secara kebetulan diketahun
atau upaya pencegahan segera dilakukan
6. Kondisi berpotensi Cedera (KPC): suatu keadaan yang mempunyai potensi
menimbulkan cederan
7. Kejadian Sentinel adalah kejadian tidak diharapkan yang berakibat
kematian atau cedera fisik atau psikologis yang serius.
10. Kesalahan (error): deviasi antara apa yang dikerjakan dengan apa yang
seharusnya dikerjakan, kegagalan dari tindakan yang direncanakan dalam
mencapai hasil yang diharapkan (James Reason)
11. Risiko: probabilitas terjadinya insiden
12. Hazard: suatu keadaan, agen atau tindakan yang berpotensi
menyebabkan cedera
A. KONSEP KESELAMATAN PASIEN Pelayanan
kesehatan sarat dengan risiko yang dapat
menimbulkan cedera baik bagi pasien, keluarga
pasien, petugas kesehatan, sasaran kegiatan upaya
kesehatan, bahkan masyarakat dan lingkungan
sebagai akibat penyelenggaraan pelayanan atau
kegiatan upaya kesehatan. Cedera tersebut terjadi
karena tindakan yang tidak aman, yaitu kesalahan
yang dilakukan oleh seseorang dalam
penyelenggaraan pelayanan, dan/atau akibat
kegagalan system, sebagaimana digambarkan oleh
Reason dalam SWISS CHEEZE MODE, sebagai berikut:
GAMBAR KEJU
Berbagai upaya untuk meminimalkan terjadinya kejadian tidak
diharapkan telah dilakukan dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan, antara lain disusun dan diterapkannya kebijakan dan
prosedur pelayanan, peningkatan profesionalisme, kerja tim,
peningkatan kompetensi karyawan, perbaikan
lingkungan, maupun penyediaan peralatan yang sesuai dengan
standar, akan tetapi kejadian tidak diharapkan tetap saja terjadi.
Kejadian tersebut tetap dapat terjadi karena upaya-upaya yang
dilakukan yang merupakan barrier (pertahanan) tidak sepenuhnya
dapat membendung timbulnya kejadian, antara lain: sebagai akibat
kebijakan dan prosedur yang disusun belum sesuai, pelatihan yang
dilakukan tidak memadai, pelatihan yang dilakukan untuk
meningkatkan kompetensi tidak direncanakan dengan baik, sarana,
prasarana, dan peralatan tidak dipelihara dengan baik, kelelahan dari
petugas ketika melaksanakan kegiatan, dan perintah dari tenaga
medis yang saling bertabrakan.
Standar akreditasi Puskesmas pada Bab IX dan standar akreditasi Klinik pada Bab IV,
demikian juga pada standar akreditasi Bab II Tempat Praktik Mandiri Dokter umum/dokter
gigi mensyaratkan dilaksanakannya upaya keselamatan pasien dalam pelayanan klinis.
Standar akreditasi yang mensyaratkan diterapkannya upaya keselamatan pasien dan
manajemen risiko antara lain adalah: Standar Akreditasi Puskesmas: Kriteria 1.2.5:
Penyelenggaraan pelayanan dan Upaya Puskesmas didukung oleh suatu mekanisme
kerja agar tercapai kebutuhan dan harapan pengguna pelayanan, dilaksanakan secara
efisien, minimal dari kesalahan dan mencegah terjadinya keterlambatan dalam
pelaksanaan, 2.3.13: Lingkungan kerja dikelola untuk meminimalkan risiko bagi
pengguna Puskesmas dan karyawan, 5.1.5: Penanggung jawab UKM Puskesmas
mengupayakan minimalisasi risiko pelaksanaan kegiatan terhadap lingkungan, Standar
8.1.8 Program keselamatan (safety) direncanakan, dilaksanakan, dan didokumentasikan,
8.2.3. Ada jaminan kebersihan dan keamanan dalam penyimpanan, penyiapan, dan
penyampaian obat kepada pasien serta penatalaksanaan obat kedaluwarsa/rusak , 8.2.4.
Efek samping yang terjadi akibat pemberian obat-obat yang diresepkan atau riwayat
alergi terhadap obat-obatan tertentu harus didokumentasikan dalam rekam medis
pasien, 8.2.5. Kesalahan obat (medication errors) dilaporkan melalui proses dan dalam
kerangka waktu yang ditetapkan oleh Puskesmas 8.3.2. Ada program pengamanan
radiasi, dilaksanakan dan didokumentasi, dan seluruh standar pada Bab IX. Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien
Standar Akreditasi Klinik: Standar 3.1.8 Program
keselamatan (safety) direncanakan, dilaksanakan, dan
didokumentasikan, 3.2.3. Ada jaminan kebersihan dan
keamanan dalam penyimpanan, penyiapan, dan
penyampaian obat kepada pasien serta penatalaksanaan
obat kedaluwarsa/rusak , 3.2.4. Efek samping yang terjadi
akibat pemberian obat-obat yang diresepkan atau riwayat
alergi terhadap obat-obatan tertentu harus
didokumentasikan dalam rekam medis pasien, 3.2.5.
Kesalahan obat (medication errors) dilaporkan melalui
proses dan dalam kerangka waktu yang ditetapkan oleh
Puskesmas 3.3.2. Ada program pengamanan radiasi,
dilaksanakan dan didokumentasi, dan seluruh standar Bab
IV. PeningkatanMutu Klinis dan Keselamatan Pasien
Standar Akreditasi Tempat praktik dokter mandiri:
2.7.3. Ada jaminan kebersihan dan keamanan
dalam penyimpanan, penyiapan, dan pemberian
obat kepada pasien serta penatalaksanaan obat
kedaluwarsa/rusak, 2.7.4. Efek samping yang
terjadi akibat pemberian obat-obat yang
diresepkan atau riwayat alergi terhadap obat-
obatan tertentu harus didokumentasikan dalam
rekam medis pasien, 2.11.2. Dokter praktik
mandiri bertanggung jawab untuk meminimalkan
risiko terjadinya infeksi dalam menyediakan
pelayanan kesehatan
Agar dapat memenuhi standar tersebut, perlu diterapkan prinsip-prinsip
keselamatan pasien, yaitu: 1. Keterbukaan: didorong untuk melaporkan
jika terjadi kesalahan tanpa rasa takut untuk disalahkan. Pasien dan
keluarga diinformasikan tentang kejadian yang terjadi dan mengapa
kejadian tersebut terjadi. 2. Pembelajaran: system pelayanan didorong
untuk belajar untuk meningkatan metoda dan upaya mencegah
terjadinya kesalahan dan belajar dari kesalahan 3. Kejelasan Kewenangan
(pemberdayaan praktisi klinis) untuk mengambil tindakan untuk
mengatasi masalah 4. Kejelasan siapa saja yang bertanggung jawab
(akuntabilitas) terhadap suatu kejadian atautindakan yang dilakukan 5.
Budaya adil (just culture): perlakuan yang adil dan tidak dipersalahkan
jika terjadi kegagalan system 6. Kearifan dalam memprioritaskan
masalah dan tindakan 7. Pelayanan klinis dilakukan oleh praktisi klinis
sesuai dengan kompetensi dankewenangan, sesuai dengan panduan
praktik klinik 8. Peran serta aktif semua praktisi klinis, dan kerja tim. 9.
Kerja tim merupakan upaya yang efektif dalam mencegah terjadinya
kesalahan, dan membangun sikap saling percaya dan saling menghargai
Untuk puskesmas dan klinik, tahapan untuk memenuhi standar
tersebut dilaksanakan dengan mengikutisembilan langkah-langkah
sebagai berikut: 1. Membentuk tim mutu klinis dan keselamatan
pasien dengan program kerja yang jelas 2. Menetapkan area
prioritas dalam pelayanan klinis yang menjadi focus untuk upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien 3. Mengembangkantata
nilai dan budaya keselamatan pasien 4. Melakukan perbaikan
berkesinambungan terhadap mutu pelayanan klinis dan perilaku
dalam pemberian pelayanan klinis 5. Melaksanakan pelayanan
klinis sesuai dengan prosedur dan panduan praktik klinis 6.
Menerapkan manajemenrisiko dalam pelayanan klinis 7.
Melaksanakan pendidikan dan pelatihan mutu klinis dan
keselamatan pasien. Pembelajaran melalui penerapan manajemen
risiko klinis pada area prioritas.
8. Mengupayakan tercapainya enam sasaran keselamatan pasien
9. Pelaporan insidenkeselamatan pasien
D. UPAYA KESELAMATAN PASIEN DI
FKTP
Sesuai dengan standar akreditasi FKTP, maka
upaya-upaya keselamatan pasien yang perlu
dilakukan di FKTP antara lain adalah:
mengupayakan tercapainya sasaran keselamatan
pasien, penanganan dan tindak lanjut jika terjadi
insiden keselamatan pasien, penerapan
manajemen risiko klinis dalam pelayanan pasien,
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien
dalam pelayanan obat, pelayanan laboratorium
dan pelayanan penunjang yang lain, serta
pengendalian infeksi dalam pelayanan klinis.
1. SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Terdapat enam sasaran keselamatan pasien


yang perlu diperhatikan dalam upaya
meningkatkan keselamatan pasien di FKTP,
yaitu: a. Tidak terjadinya salah identifikasi
pasien b. Komunikasi efektif dalam
pelayanan c. Tidak terjadinya kesalahan
pemberian obat d. Tidak terjadinya
kesalahan prosedur tindakan e. Pengurangan
terjadinya risiko infeksi dalam pelayanan
klinis f. Tidak terjadinya pasien jatuh
Agar ke-enam sasaran keselamatan
pasien tersebut dapat dicapai maka perlu
dilakukan kegiatan-kegiatan yang nyata
untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut,
untuk selanjutnya dimonitor secara
periodic dengan menggunakan indicator-
indikator yang jelas dan terukur. Indicator-
indikator tersebut perlu disusun oleh tiap-
tiap puskesmas dan disesuaikan dengan
kondisi sarana dan prasarana yang ada
Beberapa contoh indicator untuk tiap
sasaran keselamatan pasien adalah sebagai
berikut
No Sasaran Keselamatan Pasien
Indikator Target Upaya untuk mencapai sasaran
a. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien dalam
pelayanan
Kepatuhan melakukan identifikasi pasien pada saat
pendaftaran dan akan melaksanakan
100 % Menyusun kebijakan identifikasi pasien minimal
dengan dua cara yang relative tidak berubah Menyusun
prosedur identifikasi pasien Sosialisasi pelaksanaan
identifikasi pasien
tindakan maupun pemberian obat
Kepatuhan melaksanakan identifikasi pasien. Monitoring
dan tindak lanjut terhadap kepatuhan identifikasi pasien
Beberapa contoh indicator untuk tiap
sasaran keselamatan pasien adalah sebagai
berikut
b Komunikasi efektif dalam pelayanan
Kepatuhan melaksanakan prosedur transfer Kepatuhan
melaksanakan prosedur operan Kepatuhan
melaksanakan SBAR pada pelaporan kasus Kepatuhan
melaksanakan TBK pada saat menerima instruksi dokter
100 % Menyusun kebijakan komunikasi efektif dalam
pelayanan Menyusun prosedur komunikasi efektif dalam
pelayanan Melaksanakan komunikasi efektif dalam
pelayanan sesuai prosedur Memonitor dan menindak
lanjut pelaksanaan komunikasi efektif dalam pelayanan
dengan menggunakan indicator yang telah ditentukan
Beberapa contoh indicator untuk tiap
sasaran keselamatan pasien adalah sebagai
berikut
Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
Kepatuhan pelabelan obat LASA Kepatuhan pelabelan
obat High Alert Kepatuhan pelaksanaan 5 benar dalam
pemberian obat
100 %
100 %
100 %
Menyusun kebijakan dan prosedur pelabelan obat High
Alert dan obat LASA Melaksanakan prosedur pelabelan
denganbenar Melaksanakan 5 benar dalam pemberian
obat Melakukan monitoring dan tindak lanjut upaya
penyediaan obat yang aman dengan menggunakan
indicator yang sudah ditetapkan
Beberapa contoh indicator untuk tiap
sasaran keselamatan pasien adalah sebagai
berikut
Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan
Kepatuhan terhadap pelaksanaan prosedur tindakan yang
kritis Kepatuhan melakukan double check pada tindakan agar
tidak terjadi salah sisi Kepatuhan melakukan double check
pada tindakan agar tidak salah orang
100 %
100 %
100 %
Menyusun kebijakan dan prosedur untuk mencegah kesalahan
prosedur tindak klinis Melaksanakan tindakan klinis sesuai
prosedur dan melakukan double check agar tidak terjadi salah
sisi atau salah orang Melakukan monitoring dan tindak lanjut
dengan menggunakan indicator yang sudah ditetapkan
Beberapa contoh indicator untuk tiap
sasaran keselamatan pasien adalah sebagai
berikut
Pengurangan terjadinya infeksi dalam pelayanan
Kepatuhan melakukan hand hygiene dengan benar
Kepatuhan menggunakan APD sesuai
100 %
100 %
Menyusun kebijakan dan prosedur pengendalian
infeksi dalam pelayanan Melaksanakan pengendalian
infeksi dalam pelayanan sesuai kebijakan dan
prosedur
dengan ketentuan
Melakukan monitoring dan tindak lanjut dengan
menggunakan indicator yang sudah ditetapkan
Beberapa contoh indicator untuk tiap
sasaran keselamatan pasien adalah sebagai
berikut
Tidak terjadinya pasien jatuh di fasilitas
kesehatan
Kepatuhan melakukan kajian jatuh pada
pasien
100 % Menyusun kebijakan dan prosedur
kajian pasien jatuh Melaksanakan upaya
pencegahan pasien jatuh sesuai dengan
kebijakan dan prosedur . Melakukan
monitoring dan tindak lanjut sesuai
dengan indicator yang ditetapkan
2. INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
Insiden Keselamatan pasien meliputi: Kejadian
Tidak Diharapkan, Kejadian Tidak Cedera, dan
Kejadian Nyaris Cedera. Kejadian yang
membahayakan pasien atau pengunjung yang
dating ke fasilitas pelayanan kesehatan harus
dicegah dengan menerapkan manajemen risiko
dalam penyelenggaraan pelayanan klinis.
Jika sudah terjadi kejadian, maka upaya korektif
maupun tindakan korektif harus dikerjakan. Akibat
dari kejadian harus dikoreksi, dan tindak korektif
melalui analisis terhadap kejadian harus dilakukan
agar tidak terjadi lagi di masa mendatang
Risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam pelayanan klinis harus
diidentifikasi, dianalisis, dan ditindak lanjuti dalam upaya
meminimalkan terjadinya risiko dan melakukan penanganan jika
terjadi kejadian tidak diharapkan. Jika terjadi kejadian tidak
diharapkan maka harus ditindak lanjuti dengan melakukan analisis
tingkat keparahan kejadian tersebut untuk menentukan langkah
berikutnya. Jika dari hasil kajian tingkat keparahan ternyata masuk
dalam kategori risiko ekstrim atau risiko tinggi, maka harus dilakukan
RCA, tim RCA harus segera dibentuk oleh Kepala FKTP untuk
melakukan investigasi dan tindak lanjut terhadap kejadian.
Keseluruhan langkah RCA jika terjadi kejadian harus diselesaikan
paling lambat 45 hari. Jika kejadian tersebut masuk dalam kategori
risiko sedang atau minimal, maka dilakukan investigasi sederhana
oleh atasan langsung untuk segera dilakukan upaya tindak
lanjut, paling lambat keseluruhan upaya tindak lanjut sudah dapat
diselesaikan dalam waktu 12 hari.
3. PELAPORAN INSIDEN
KESELAMATAN PASIEN
Setiap insiden keselamatan pasien harus dilaporkan kepada
Pimpinan FKTP, budaya untuk melaporkan jika terjadi insiden
keselamatan pasien perlu dikembangkan bersamaan dengan
budaya just culture, budaya memberikan perlakukan yang adil
perlu dikembangkan sehingga tidak terjadi budaya
menyalahkan dalam penyelenggaraan pelayanan klinis pada
pasien.
Kebijakan dan prosedur pelaporan insiden perlu disusun dengan
alur, setiap kejadian harus dilaporkan kepada pimpinan
organisasi, selanjutnya berdasarkan hasil analisis terhadap
insiden tersebut dilakukan tindak lanjut sesuai dengan tingkat
keparahan kejadian.
Insiden keselamatan pasien harus dilaporkan paling lambat 2 x
24 jam kepada Kepala FKTP. Format Laporan Insiden
Keselamatan Pasien dapat dilihat pada lampiran 1.
4. MENGELOLA RISIKO DALAM
PELAYANAN KLINIS
Risiko terjadinya cedera perlu diidentifikasi pada setiap
tahapan pelayanan klinis mulai dari pendaftaran,
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
pengobatan, pemberian tindakan, sampai dengan
pemulangan. Risiko tersebut perlu diidentifikasi,
dianalisis dan ditindak lanjuti. Register risiko terkait
dengan pelayanan klinis perlu disusun, demikian juga
proses pelayanan klinis yang menjadi prioritas
perbaikan perlu dianalisis dengan menggunakan FMEA,
dikenali model-model kegagalan atau kesalahan,
dianalisis sebab dan akibatnya, untuk kemudian
ditindak lanjuti dengan disain ulang atau perbaikan
prosedur pelayanan agar minimal dari risiko.
5. MENINGKATKAN KESELAMATAN
PASIEN DALAM PELAYANAN OBAT
Pengunaan obat pada akhir-akhir ini semakin kompleks,
terjadi peningkatan berbagai jenis obat yang tersedia
untuk pelayanan
kesehatan. Penggunaan obat dapat berakibat
timbulnya efek samping, reaksi yang tidak diharapkan,
kejadian yang tidak diharapkan akibat kesalahan
pemberian obat, dan reaksi obat yang tidak
diharapkan. Setiap tahapan dari pemberian obat pada
pasien mulai dari peresepan, penyiapan obat,
pemberian obat, penyimpanan obat, dan monitoring
penggunaan obat perlu diperhatikan untuk
meminimalkan terjadinya risiko dalam penggunaan
obat.
Permasalahan dalam peresepan dapat terjadi akibat kurangnya
pemahaman terhadap indikasi, kontra indikasi, dan interaksi obat,
kurangnya pemahaman terhadap pengaruh factor fisik, kognitif,
emosi, dan social yang dapat berakibat kesalahan pemberian atau
pemakaian obat, resep tidak terbaca, tulisan dokter yang tidak jelas,
terlalu percaya kepada daya ingat daripada menggunakan referensi,
memberikan obat pada salah orang, salah dosis, salah obat, salah
rute, dan salah waktu. Sumber kesalahan yang lain adalah
komunikasi dan edukasi yang tidak memadai kepada pasien.
Pada waktu penyiapan obat dapat terjadi kesalahan karena beban
kerja di farmasi yang cukup besar. Beberapa upaya untuk mencegah
dapat dilakukan antara lain: memastikan obat yang diminta pada
resep, memperhatikan penggunaan obat yang masuk kategori obat
yang perlu diwaspadai maupun obat LASA, berhati-hati terhadap
penggunaan singkatan, penataan tempat kerja, menata obat dengan
teliti, dan melakukan edukasi padapasien
Pada waktu pemberian obat dapat terjadi salah obat, salah dosis, salah
orang, salah rute, dan salah waktu, sehingga perlu dipastikan lima benar
dalam pemberian obat: benar orang, benar obat, benar dosis, benar rute,
dan benar waktu pemberian obat.
Efek samping obat, reaksi alergi harus dimonitor dengan baik. Monitoring
yang tidak memadai akan berakibat terhadap terjadinya kesalahan dalam
penggunaan obat.
Upaya yang dapat dilakukan oleh FKTP agar lebih aman dalam
penggunaan obat antara lain dilakukan dengan cara: penggunaan
nama obat generic, memberikan obat secara khusus untuk tiap pasien
belajar dan mempraktikan mencatat histori pemakaian obat,
memperhatikan obat-obat yang sering menimbulkan kejadian tidak
diharapkan dan obat-obat berisiko tinggi yang perlu diwaspadai,
menggunakan referensi, menerapkan lima benar dalam pelayanan obat,
melakukan komunikasi yang jelas dalam pelayanan obat, membiasakan
diri untuk melakukan pemeriksaan kembali (double check), dan
melaporkan serta belajar jika terjadi kejadian tidak diharapkan
6. MENINGKATKAN KESELAMATAN
PASIEN DALAM PELAYANAN
LABORATORIUM
Untuk mengupayakan keselamatan pasien dalam
pelayanan laboratorium perlu diperhatikan kepatuhan
dalam pelaksanaan pemantaban mutu internal maupun
pemantaban mutu eksternal.
Pemantaban mutu internal dan upaya keselamatan
pasien harus diupayakan pada tiap tahapan pemeriksaan
laboratorium, mulai dari tahap praanalitik, analitik, dan
pasca analitik.
Pada tahap praanalitik perlu diperhatikan antara lain:
pemilihan pemeriksaan laboratorium yang akan diminta
oleh dokter, permintaan pemeriksaan, identifikasi pasien,
persiapan pasien, pengambilan specimen, identifikasi
specimen, pengiriman specimen
Pada tahap analitik perlu diperhatikan: proses penyiapan specimen,
proses pemeriksaan specimen, pembacaan hasil pemeriksaan, verifikasi
hasil pemeriksaan, kendali mutu pada proses pemeriksaan, sedangkan
pada tahap pasca analitik, perlu diperhatikan: waktu penyelesaian dan
penyerahan hasil pemeriksaan, pelaporan hasil kritis, format pelaporan,
penyampaian hasil laboratorium pada umumnya, interpertasi hasil oleh
dokter, tindak lanjut hasil pemeriksaan oleh dokter, dan penyimpanan
specimen.
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada tahapan praanalitik
antara lain adalah: dokter meminta pemeriksaan yang salah, petugas
laboratorium salah membaca permintaan dokter, specimen tidak diberi
label, kesalahan pemberian label pada specimen, label terhapus,
kegagalan mengambil specimen, salah menempatkan specimen pada
tempat yang salah, specimen tidak cukup atau rusak, specimen hilang,
tranpor specimen yang tidak memenuhi ketentuan, kesalahan data entri:
salah orang, salah jenis pemeriksaan, kesalahan pemrosesan specimen
Kesalahan yang mungkin terjadi pada paska analitik
antara lain adalah: salah menginput data hasil
pemeriksaan, miskomunikasi tentang hasil pemeriksaan
baik oral maupun tulisan, kesalahan dalam menuliskan
laporan hasil, kegagalan mengkomunikasikan hasil
kritis, salah interpertasi hasil pemeriksaan.
Upaya-upaya untuk memimalkan kejadian kesalahan
tersebut perlu dilakukan dengan mengidentifikasi akar
masalah untuk perbaikan.
Proses atau disain pelayanan laboratorium secara
berkesinambungan dilakukan perbaikan dengan
menerapkan Failure Mode and Effect Analysis.
7. MENINGKATKAN KESELAMATAN
PASIEN MELALUI PENGENDALIAN
INFEKSI
Pasien maupun pengunjung FKTP mempunyai potensi tertular infeksi. Infeksi
dapat terjadi karena kontak langsung, terinfeksi tidak langsung karena
peralatan medis atau barang-barang yang bekas digunakan oleh pasien
dengan infeksi, maupun tertular infeksi karena terkena cairan tubuh, infeksi
karena droplet atau partikel yang ada di udara, dan tertular karena tergores
benda tajam yang terinfeksi.
Untuk mencegah terjadinya penularan infeksi di sarana kesehatan dapat
dilakukan antara lain dengan cara: Lingkungan kerja yang bersih, disinfeksi,
dekontaminasi dan sterilisasi instrument medis yang digunakan, ketertiban
melakukan hand hygiene dengan langkah yang benar pada saat: sebelum
menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur aseptic, sesudah terpapar
cairan tubuh, sesudah menyentuh pasien, dan sesudah menyentuh benda-
benda disekitar pasien
Penggunaan alat pelindung diri baik gaun, sarung tangan, apron, kaca mata
untuk proteksi diri, maupun masker perlu diperhatikan pada saat memberikan
pelayanan yang membutuhkan alat pelindung diri.
Untuk mencegah terkena benda tajam yang terinfeksi maupun sampah
infeksius perlu dilakukan pembuangan sampah medis infeksius dengan benar.
Formulir Laporan Insiden Keselamatan
Pasien di Puskesmas/Klinik
I. DATA PASIEN: Nama : Tanggal lahir : Nomor Rekam Medis : Jenis
Kelamin : Penanggungjawab biaya: Jenis pasien : Rawat jalan,
rawat inap, Gawat Darurat Tanggal masuk : II. RINCIAN KEJADIAN:
1. Tanggal dan waktu kejadian : 2. Deskripsi singkat kejadian : 3.
Kronologis terjadinya kejadian : 4. Jenis Kejadian: KTD, KTC, KNC,
KPC 5. Orang pertama yang melaporkan kejadian: 6. Tempat
kejadian: 7. Unit kerja yang terkait dengan kejadian: 8. Akibat
kejadian: 9. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian dan
hasilnya 10. Tindakan tersebut dilakukan oleh: 11. Apakah
kejadian yang sama pernah terjadi di tempat kejadian, kapan dan
tindakan apa yang telah diambil 12. Apakah kejadian yang sama
pernah terjadi di tempat kerja yang lain
Pelapor: Nama:. Paraf Tanggal penyampaian laporan:
Penerima laporan: Nama: Paraf: Tanggal menerima laporan:
Grading Risiko terhadap Kejadian: Merah, Kuning, Hijau, Biru

Anda mungkin juga menyukai