LIA MITHA EFFENDI 1504015207 NUR AMYRA 1504015277 NURUL ADHARI 1504015291 SYIFA FAUZIYAH 1504015403 TAMARA DWI VERANHTY 1504015406 TANIN Definisi Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa tanaman. Tanin mampu mengikat protein, sehingga protein pada tanaman dapat resisten terhadap degradasi oleh enzim protease. Tanin selain mengikat protein juga bersifat melindungi protein dari degradasi enzim mikroba maupun enzim protease pada tanaman Tanin merupakan senyawa polifenol yang terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu Tanin merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam senyawa polifenol. Tanin mempunyai kemampuan mengendapkan protein, karena tanin mengandung sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul protein yang selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan komplek yaitu protein tanin. Tanin alami larut dalam air dan memberikan warna pada air, warna larutan tanin bervariasi dari warna terang sampai warna merah gelap atau coklat, karena setiap tanin memiliki warna yang khas tergantung sumbernya. Klasifikasi Tanin 1. Tanin terhidrolisis Tanin terhidrolisis merupakan jenis tanin yang mempunyai struktur poliester yang mudah dihidrolisis oleh asam atau enzim, dan sebagai hasil hidrolisisnya adalah suatu asam polifenolat dan gula sederhana. Golongan tanin ini dapat dihidrolisis dengan asam, mineral panas dan enzim-enzim saluran pencernaan. 2. Tanin terkondensasi Tanin terkondensasi, yang sering disebut proantosianidin, merupakan polimer dari katekin dan epikatekin. Tanin yang tergolong tanin terkondensasi, banyak terdapat pada buah-buahan, biji-bijian dan tanaman pangan, sementara yang tergolong tanin terhidrolisis terdapat pada bahan non-pangan Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins)
Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins). Tanin ini
biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentukjembatan oksigen, karena itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins. Tanin terkondensasi (condensed tannins) Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi menghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Nama lain dari tanin ini adalah Proanthocyanidin (flavolan). Senyawa ini jika dikondensasi maka akan menghasilkan flavonoid jenis flavan dengan bantuan nukleofil berupa floroglusinol. Tanin terkondensasi telah banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan Molekul tanin terkondensasi lebih resisten terhadap pemutusan bila dibandingkan dengan tanin terhidrolisis. Tanin ini saat dihidrolisis cenderung berpolimerisasi menghasilkan senyawa yang tidak larut dan berwarna merah yang disebut phlobaphenes. Tanin komplek Istilah ini dipergunakan oleh Okuda untuk menyebut kelompok tannin yang baru ditemukan, yang merupakan hasil biosintesis dari tannin terhidrolisis (sebagian besar adalah ellagitannin C- glukosida) dan tannin terkondensasi. Penyatuan keduanya terbentuk melalui ikatan C-C antara C-1 unit glukosa dari ellagitannin dan C-8 atau C-6 dari derivat flavan-3-ol. Monomer dari tannin kompleks telah diisolasi dari Combretaceae , Fagaceae (Quercus, castanea ) , Myrtaceae , Polygonaceae ( Rheum ) dan Theaceae ( Camellia ). Distribusi tanin Senyawa ini dapat ditemukan pada akar, kulit kayu, batang dan lapisan luar dari jaringan tanaman. Kedua kelas tanin terdistribusi tidak merata dalam tanaman. Tannin terkodensasi terdapat pada hampir seluruh perdu dan gymnospermae , dan tersebar luas pada angiospermae, terutama pada pohon dan semak. Sebaliknya, pada tanaman dikotil, tannin terhidrolisis jumlahnya hanya terbatas. Kedua tipe tannin ini dapat terdapat pada tanaman yang sama, seperti yang ditemukan pada kulit kayu dan daun oak. Selain itu, terdapat pula golongan tannin yang memiliki BM rendah dengan struktur lebih sederhana yang disebut Pseudotanin, dan kelompok tannin yang baru ditemukan, yang merupakan hasil biosintesis dari tannin terhidrolisis dan tannin terkondensasi yang disebut tannin kompleks. Sifat-sifat tanin 1. Tanin secara umum memiliki gugus fenol dan bersifat koloid 2. Semua jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya besar dan akan bertambah besar apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu pula dalam pelarut organik seperti metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya. 3. Reaksi warna terjadi bila disatukan dengan garam besi. Reaksi ini digunakan untuk menguji klasifikasi tanin. Reaksi tanin dengan garam besi akan memberikan warna hijau dan biru kehitaman, tetapi uji ini kurang baik karena selain tanin yang dapat memberikan reaksi warna, zat-zat lain juga dapat memberikan reaksi warna yang sama. 4. Tanin mulai terurai pada suhu 98,8 C 5. Tanin dapat dihidrolisis oleh asam, basa, dan enzim 6. Ikatan kimia yang terjadi antara tanin-protein atau polimer lainnya terdiri dari ikatan hidrogen, ikatan ionik, dan ikatan kovalen. 7. Tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah dioksidasi menjadi suatu polimer, sebagian besar tanin amorf (tidak berbentuk) dan tidak mempunyai titik leleh 8. Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya atau dibiarkan di udara terbuka. 9. Tanin mempunyai sifat pemberi warna, adstringen, antiseptik, bakteristatik dan fungistatik 10. Jika dicampur dengan alkaloid dan glatin akan terjadi endapan. 11. Sukar mengkristal. 12. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik Identifikasi kualitatif tanin 1. Diberikan larutan FeCl3berwarna biru tua / hitam kehijauan. 2. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat. 3. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat berwarna coklat Analisa kuantitiatif dengan menggunakan metode 1. Metode analisis umum phenolik, karena tanin merupakan senyawa phenolik (Metode blue prussian dan Metode Folin). 2. Metode analisis berdasarkan gugus fungsinya. 3. Dengan menggunakan HPLC, dan UV-Vis. 4. Metode presipitasi menggunakan protein. SIMPLISIA YANG MENGANDUNG TANIN DAUN TEH Tanaman asal : Camellia sinensis L. Famili : Theaceae Isi: kafein 2-3 %, theobromin, theofilin, tanin, xanthin, adenin, minyak atsiri, kuersetin, naringenin. Substansi fenol dalam daun teh yang dominan adalah polifenol. Turunannya seperti epikatekin (EC) epikatekin galat (ECG), Epigalokatekin (EGC) dan epigalokatekingalat (EGCG) sangat bermanfaat untuk kesehatan. Selain itu juga mengandung flavonol. Kegunaan : Antioksidan, sebagai penyegar badan dan stimulansia, sakit kepala, diare, penyubur dan penghitam rambut, kolesterol, kencing manis, antitoksik, infeksi saluran cerna. Psidii Folium Tanaman asal : Psidium guajava L. Famili : Myrtaceae Isi: Tanin, minyak atsiri , euginol mengandung minyak lemak, damar dan garam mineral. Kegunaan : Obat mencret, adstrigen Areca Semen (Biji Pinang) Tanaman Asal : Areca catechu L. Famili : Palmae Isi : Tanin 15 %, 0,25 % alkaloid, terutama arekolin. Arekolin, arekaidin, arekain, arekolidin, guvasin, guvakolin, isoguvasin, nikotin, glusida 2, 5; tanin: katekin Kegunaan : Anthelmentik khususnya cacing pita Sappan Lignum (Kayu secang)
Tanaman Asal : Caesalpinia
sappan L. Famili : Caesalpineaceae Isi : Asam tanat, asam gallat dan zat merah sappan Kegunaan : Adstrigensia, obat penyakit dalam Kaempferia angustifolia rhizome (kunci pepet)
Tanaman Asal : Kaempferia angustifolia Rosc.
Famili : Zingiberaceae Isi : Minyak atsiri, damar, tannin dan pati mineral. Kegunaan: Karminatif dan obat pelangsing. Catechu (Gambir)
Tanaman Asal : Uncaria gambir Roxb.
Famili : Rubiaceae Isi : 25-50 % asam katekutanat, 7-33 % pirokatekol (katekin) dan merakateku , gambir dan floresin dan guarcein. Kegunaan : Dilaboratorium farmasi digunakan sebagai adstrigensia, digunakan dalam penyamakan kulit dan juga bahan pewarna Terima kasih