Nama : Tn. N
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bintara
MRS : 24 Februari 2017
No. RM : 82 62 xx
Keluhan Utama :
Nyeri pada telinga kanan
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah berobat ke dokter
klinik, sudah mengkonsumsi obat warung
(penurun panas) tetapi belum ada
perbaikan.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata pada tanggal 24 Februari 2017
KEADAAN UMUM
Tampak sakit ringan
KESADARAN
Compos mentis
TANDA VITAL
TD : 110/80 mmHg
HR : 86x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37,1 C
Status Generalis
Normochepal
bising usus (+), nyeri tekan pada seluruh lapang abdomen (-),
timpani (+)
Penatalaksanaan
Amoxicillin 3 x 500mg
H202 3% 3-5 hari
Paracetamol 3 x 500mg
Betametason 2 x 0,25mg
Anjuran
Jangan mengorek telinga.
Jangan biarkan telinga kemasukan air.
Jaga kebersihan telinga.
TINJAUAN PUSTAKA
OTITIS
MEDIA AKUT
PERFORASI
Anatomi
Moore K. Clinically Oriented Anatomy 6th Edition. 2010. Lippincott William & Wilkins
Telinga Luar
Telinga Tengah
Moore K. Clinically Oriented Anatomy 6th Edition. 2010. Lippincott William & Wilkins
Letak Perforasi
Sentral : pada pars tensa
Marginal : sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan
anulus / sulkus timpanikum
Atik : perforasi di pars flaksida
Tuba Eustachius
Otitis media dapat dibedakan menjadi :
Otitis media akut (OMA)
Otitis media efusi (OME)
Otitis Media
Definisi dan Epidemiologi
Inflamasi pada telinga tengah dan ruang
mastoid dengan durasi 0-3 minggu
Onset : tahun pertama kehidupan
Insiden tertinggi : 6-11 bln
OMA Rekuren 4/> episode OMA dalam 1
tahun atau 3/> episode dalam 6 bulan
Etiologi
Penyebab utama adalah terganggunya fungsi tuba
eustachius (obstruksi mekanik dan fungsional) dan
inflamasi
Fungsi tuba eustachius secara normal
untuk mempertahankan keseimbangan tekanan udara
antara telinga tengah dengan tekanan atmosfir
mencegah refluks dari nasofaring ke telinga tengah
membersihkan sekresi dari telinga tengah dengan cara
transpor mukosiliar
Etiologi
Epidemiologi
Sering pada anak-anak
Puncak : usia 2 tahun
Faktor pencetus :
Anakanak
Alergi, ciliary dysfunction, nasal and/or
sinus disease
Penitipan anak (resiko terpapar anak lain
yang ISPA)
Kurang pemberian ASI (efek protektif ASI)
Perokok pasif
Sering ISPA (viral)
Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan waktu:
Akut < 3 minggu
Subakut 3 minggu 2 bulan
Kronis > 2 bulan
Bayi & anak lebih pendek, lebih
horizontal, fungsi kurang matang
Patogenesis
Gangguan Tuba Sembuh/Normal
kongesti dan
edema tuba F. Tuba tetap
lumen tuba terganggu
Tekanan Efusi OME
menyempit
negatif telinga Infeksi (-)
tengah
Tuba tetap terganggu + Infeksi
Sembu
OME OMSK
h
STADIUM OMA
Oklusi
Tuba
Hiperemis SUPURASI
Eustachiu
s
PERFORA
RESOLUSI
SI
Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Absorpsi udara (tekanan negatif
pd telinga tengah)
Retraksi membran timpani
Membran timpani : normal atau
keruh pucat
Stadium Hiperemis
Pelebaran pembuluh darah
Hiperemis, edema mukosa, sekret eksudat
masih bersifat serosa (sukar terlihat)
Stadium Supurasi
Edema hebat, Eksudat
purulen, Membran timpani
menonjol (bulging) ke arah
liang telinga luar
Pasien tampak sangat sakit,
nadi dan suhu , nyeri hebat
di telinga
Jika tekanan nanah tidak
berkurang iskemia
tromboflebitis vena kecil dan
nekrosis mukosa ruptur
Dengan miringotomi luka
insisi menutup kembali
Ruptur lubang tempat
ruptur tidak mudah menutup
kembali
Stadium Perforasi
Ruptur membran timpani
Sekret berupa nanah mengalir ke telinga luar
Anak menjadi lebih tenang, suhu badan turun
Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal
Sekret purulen tidak ada
Gagal sembuh OMSK
Gejala Klinik
Demam tinggi bisa sampai 39,5 oC (khas)
Sulit tidur ( tiba-tiba menjerit saat tidur )
Kejang-kejang
Gangguan pendengaran
Rasa penuh ditelinga
Riwayat batuk pilek
Kadang-kadang memegang telinga yang sakit
Setelah terjadi ruptur membran timpani, suhu
tubuh akan turun dan anak tertidur.
Fasial paralisis
vertigo
Sering disertai dengan gejala sistemik dari
infeksi (anoreksia, muntah dan diare)
DIAGNOSIS
Anamnesis : tanda dan gejala
Pemeriksaan Fisik: pemeriksaan kepala
dan leher harus dilakukan terlebih
dahulu untuk mengidentifikasi adanya
faktor predisposisi lainnya seperti
anomali kraniofasia, obstruksi nasal,
defek palatum, atau hipertrofi adenoid.
Pemeriksaan otoskop : Hiperemis,
bulging membran timpani. Dapat
ditemukan adanya perforasi dan otore.
Prinsip Tatalaksana
1. Observasi dengan pendapat dokter
2. Analgesik
3. Antibiotika
4. Profilaksis antibiotika
5. Pemasangan tube dengan
miringotomi
6. Adenoidektomi dengan atau tanpa
tonsilektomi
Penatalaksanaan
Stadium Oklusi
Obat tetes hidung (HCL efedrin 0.5 % / 1 % )
Antibiotika
Stadium Hiperemis
Antibiotik ( golongan penisilin atau ampisilin)
biasa dipakai amoxicillin (80 mg/kg/hr)
Obat tetes hidung
Analgetik
Antipiretik
Penatalaksanaan
Antibiotik
Pada kasus resisten bs dipakai
amoxicillin/clavulanate (80-90 mg/kg/hr dari
amoxicillin component, 6.4 mg/kg/hr dari
clavulanate)
Jika alergi penisilin bs dipakai golongan
makrolid (Eritromisin,
azitromisin,claritromisin)
Bisa juga dipakai cefalosporin generasi 2
(Cefuroxime, Cefproxil, Cefaclor)
Cefalosporin generasi 3 (Cefixime,
Ceftriaxone (single dose IM))
Penatalaksanaan
Stadium Supurasi
Antibiotika
Miringotomi
Stadium Perforasi
H202 3 % 3-5 hari
Antibiotik yang adekuat
Stadium Resolusi
Antibiotika sampai 3 minggu
Management
Indikasi Timpanosentesis menurut Bluestone
1. Otitis media dengan otalgia berat dan toksik
2. Respons yang tidak dari terapi antimikroba
3. Onset otitis media pada pasien yang sudah
menerima antibiotik
4. Otitis media yang berhubungan dengan
adanya kemungkinan komplikasi perforasi
5. Otitis media pada neonatus, pasien
imunosupresi
PROGNOSIS
Dapat menjadi OMSK jika terapi
terlambat diberikan, tidak adekuat,
virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh
pasien rendah atau hygene buruk.