Anda di halaman 1dari 32

GIZI DALAM DAUR

KEHIDUPAN
GIZI SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN

MR tinggi
Perkembangan
mental
terhambat
Penurunan Meningkatnya risiko
kapasitas untuk peny
merawat anak kronis pada masa
Bayi (BBLR)
dewasa
Manula Pertumbuhan
(Kurang Gizi) catch-up yang
lambat
Pangan dan Kebutuhan
perawatan gizi janin
kesehatan yang yang tidak Anak-anak Penurun
tidak memadai cukup (kerdil) an
WUS/BUMIL kapasita
(Kurang gizi atau s mental
Pertambahan BB rendah) Pangan dan
kesehatan yang
AKI yang tdk memadai
tinggi Pangan dan Remaja
kesehatan yang tdk (kerdil)
memadai
Penurunan
kapasitas frisik dan
massa bebas lemak
Gizi Ibu Hamil

Perubahan Fisik Selama Hamil

Sistem Endokrin (peningkatan hormon


Progesteron, human chorionic gonadotropin
(hCG), human placental lactogen ( hPL), dan
Estrogen)
Saluran Pencernaan (>>sekresi air ludah,
asam lambung yg meningkat/sebaliknya, dll)
Sambungan

Ginjal dan Saluran Kemih (GFR 50% lbh byk,


piala ginjal melebar sampai 60 cc, dll)
Sistem kardiovaskuler (volume darah
meningkat)
Kantong Empedu (cairan empedu mengental)
Hati (kadar albumin dan globulin plasma
menurun)
Prevalensi AKI di Indonesia
AKI di Indonesia sekitar 425/100.000
kelahiran hidup (WHO, 1996).
AKI di Indonesia 312-385/100.000
kelahiran hidup atau sekitar 46
(Seamic Health Status Statistic, 2000).
Penyebab Kematian Ibu (WHO,
Mother-Baby Package:
Implementing Safe Motherhood in
Countries, 1994)
Pendarahan (25%)
Penyebab Tak Langsung (20%),
yaitu:
malaria, anemia, penyakit jantung
Sepsis (15%)
Aborsi tdk aman (13%)
Sambungan
Partus macet (8%)
Penyebab Langsung (8%), yaitu:
kehamilan ektopik, emboli,
anastesi
Eklampsia (8%)
Hipertensi Kehamilan (4%)
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Status Gizi
Bumil
1. Keadaan Sosial Ekonomi bumil
sebelum hamil
2. Keadaan kesehatan dan gizi ibu
3. Jarak kelahiran (jika yg dikandung
bukan anak pertama)
4. Paritas
5. Usia kehamilan pertama
Kebutuhan Zat Gizi Ibu Hamil Berdasarkan %tase
Peningkatan Asupan Zat Gizi di atas Kebutuhan
Wanita Tidak Hamil
Zat Gizi % Zat Gizi %
Kalori 14% Folat 122%
Protein 68% Vitamin B12 10%
Vitamin D 100% Kalsium 50%
Vitamin E 25% Fosfor 50%
Vitamin K 8% Magnesium 14%
Vitamin C 17% Besi 100%
Thiamin 36% Seng 25%
Riboflavin 23% Yodium 17%
Niasin 13% Selenium 18%
Vitamin B6 27%
Gizi Ibu Menyusui
Awal tahun 70-an, pemberian susu botol
meningkat dari 5% (SD) sampai 56% (PT).
Pemberian ASI menurun dari 89% (SD)
sampai 0% (PT).
Pemberian ASI Eksklusif cenderung
menurun, dari 37% (1987) menjadi 30%
(1992)

Susuilah bayimu sampai usia dua tahun


Keuntungan Menyusui
(ASI)
Biaya lebih murah (pembelian dot,
botol susu, alat pemasak,dll)
Tidak merepotkan
ASI dapat diminum langsung
Hubungan psikologis ibu-anak
Sambungan

Lebih steril
Kehangatannya sama dengan suhu
tubuh ibu
Mempercepat pelangsingan
Kontrasepsi alami
Gizi pada Bayi
Kebutuhan bayi akan zat gizi berdasarkan
persentase BB melampaui org dewasa,
nyaris 2X lipat.
Makanan pertama dan utama pd bayi
adalah ASI, krn ASI memiliki faktor
bifidus.
Kebutuhan bayi meliputi:
kebutuhan akan energi, cairan, lemak,
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Keunggulan ASI
Karbohidrat dlm ASI berupa laktosa
Lemaknya banyak mengandung
poliyunsaturated fatty acid (asam lemak tak
jenuh ganda)
Protein utamanya lactalbumin yang mudah
dicerna
Kandungan vitamin dan mineralnya banyak
Rasio dan kalsium-fosfat sebesar 2:1
merupakan kondisi yang ideal bagi
penyerapan kalsium .
Kolostrum ialah: ASI yang
keluar pertama kali, berwarna
jernih kekuningan, dan kaya
akan antibodi
Kolostrum kaya akan zat
antibodi, yaitu:
Faktor bifidus
sIgA, IgM, lgG,
Faktor antistafilokokus
Laktoferin
Laktoferoksidase
Komplemen: C3, C4
Sambungan..
Interferon
Lisozim
Protein pengikat B12
Limfosit
Makrofag
Faktor lipid, asam lemak, dan
monogliserida
1. Energi
Kebutuhan energi bayi selama tahun
pertama kehidupan sangat bervariasi
menurut usia dan berat badan.
Taksiran kebutuhan energi selama 2
bulan pertama: 120 kkal/kg BB/hari.
6 bulan pertama kehidupan, bayi
memerlukan energi sebesar kira-kira 115-
120 kkal/kg/hari
Kemudian berkurang sampai sekitar 105-
110 kkal/kg/hari pada 6 bulan
sesudahnya.
2. Cairan
Kebutuhan cairan berkaitan dengan
asupan kalori, suhu lingkungan,
kegiatan fisik, kecepatan
pertumbuhan dan berat jenis air seni.
Air menyusun kira-kira 70% berat
badan bayi saat lahir
Kemudian menurun sampai 60%
menjelang bayi berusia 12 bulan.
3. Lemak
ASI memasok sekitar 40-50% energi
sebagai lemak (3-4 g/100 cc).
Dari ASI, bayi menyerap sekitar 85-
90% lemak, enzim lipase di dalam
mulut (lingual lipase) mencerna zat
lemak sebesar 50-70%.
10% asam lemak sebaiknya dalam
bentuk tak jenuh ganda, yang biasanya
dalam bentuk asam linoleat.
Sambungan..

Lemak minimal harus menyediakan


30% energi,
Fungsi lemak a.l: untuk mencukupi
kebutuhan energi, memudahkan
penyerapan asam lemak esensial,
vitamin yang larut dalam lemak,
kalsium, serta mineral lain, dan
menyeimbangkan diet agar zat gizi lain
tidak terpakai sebagai sumber energi.
4. Karbohidrat
60-70% energi dipasok oleh karbohidrat.
Jenis karbohidrat yang sebaliknya diberikan
adalah laktosa, karena laktosa bermanfaat
untuk saluran pencernaan bayi.
Manfaat ini berupa pembentukan flora yang
bersifat asam dalam usus besar sehingga
penyerapan kalsium meningkat dan
penyerapan fenol dapat dikurangi.
Sumber kalori pasokan karbohidrat
diperkirakan sebesar 40-50% yang sebagian
besar dalam bentuk laktosa.
5. Protein
Pasokan protein dihitung berdasarkan
kebutuhan untuk bertumbuh kembang
dan jumlah nitrogen yang hilang lewat
air seni, tinja, dan kulit.
Mutu protein bergantung pada
kemudahannya untuk dicerna dan
diserap (digestibility & absorpability)
serta komposisi asam amino di dalamnya.
Usia Pertama Menyapih
Memasuki usia 6 bulan: bayi telah siap
menerima makanan bukan cair.
Menjelang usia 9 bulan: bayi siap
mengonsumsi makanan (setengah) padat.
Makanan sapihan yang ideal harus
mengandung:

1. Makanan pokok (yang mengandung


tepung seperti beras, gandum,
kentang, tepung, maizena)
2. Kacang, sayuran berdaun hijau atau
kuning
3. Buah
4. Daging hewan
5. Minyak atau lemak
Sambungan..

Bahan makanan sapihan dibuat menjadi


bubur untuk kemudian, sebagai
peneman ASI, disuapkan pada bayi.
Makanan pokok direbus di dalam air,
atau susu, sampai menjadi bubur yang
kental dan tidak terlalu cair. Bubur
tersebut kemudian diperkaya dengan
sedikit minyak atau lemak.
Contoh pola campuran
makanan sapihan:

1. Campuran sederhana:
Makanan pokok +kacang-kacangan,
atau
Makanan pokok +hewan, atau

Makanan pokok +sayuran.


2. Campuran majemuk
a. menggunakan tiga bahan:
Makanan pokok + kacang-kacangan+ hewan,

atau
Makanan pokok + kacang-kacangan+sayuran,

atau
Makanan pokok + hewan + sayuran.

b. menggunakan empat bahan:


Makanan pokok + kacang-kacangan + hewan +
sayuran
Pedoman pemberian makanan
sapihan
1. Makanan padat pertama harus
bertekstur sangat halus dan licin. Bayi
perlahan-lahan akan siap menerima
tekstur yang lebih kasar.
2. Bubur saring baru boleh diberikan jika
bayi telah tumbuh gigi,dan makanan
cincang setelah bayi pandai mengunyah.
Sambungan...

3. Pada satu waktu makan, cukup diperkenalkan


satu jenis makanan saja,dalam jumlah kecil. Jika
seandainya bayi tidak dapat menoleransi
makanan ini,atau bahkan menimbulkan reaksi
alergi, gejala yang timbul mudah dikenali, dan
makanan itu tidak diberikan lagi.
4. Bayi harus diajari cara memegang makanan.
Seiring pertambahan usia, bayi diajari pula cara
mengambil makanan padat dari sendok makanan.
5. Makanan sebaiknya tidak dicampur,karena bayi
harus mempelajari perbedaan tekstur dan rasa
makanan.
Sambungan..

6. Makanan padat jangan dimasukan ke dalam


botol susu, atau membuat lubang dot lebih
besar yang mengesankan seolah bayi
meminum makanan padat
7. Volume pemberian susu jangan segera
dikurangi sebelum bayi mampu bersantap
sendok
8. Makanan padat sebaiknya disuapkan sebelum
susu diberikan
9. Selama menyuapi bayi, tersenyum dan
berbincanglah padanya.

Anda mungkin juga menyukai