Anda di halaman 1dari 34

SPONDILITISTUBERKULOSA

Oleh :
LailySyuhad

Pembimbing :
Dr. Raymond Ukurta Meliala, Sp.B

BAGIAN/DEPARTEMENBEDAH
FAKULTASKEDOKTERANDANILMUKESEHATAN
UNIVERSITASBENGKULU
RUMAHSAKITUMUMDAERAHM.YUNUS
2017
BABI
PENDAHULUAN

Spondilitis tuberkulosa penyakit terbanyak terjadi di seluruh


dunia.
Percival Pott (1779) kelemahan anggota gerak bawah
dengan kurvatura tulang belakang. Koch (1882) etiologi
basil tuberkulosa.
Terapi konservatif yang diberikan pada pasien tuberkulosa
tulang belakang sebenarnya memberikan hasil yang baik,
namun pada kasus-kasus tertentu diperlukan tindakan
operatif.
BABII
TINJAUANPUSTAKA

ANATOMI TULANG
BELAKANG
ANATOMI
SpondilitisTuberkulosa

DEFINISI
Potts disease atau Tuberculous vertebral
osteomyelitis infeksi sekunder pada tulang vertebrae yang
disebabkan oleh Microbacterium tuberculosa
EPIDEMIOLOGI

WHO 2015: TB di dunia 10,4 juta kasus yang berarti


setara dengan 142 kasus per 100.000 penduduk,
Indonesia menyumbang 45% dari seluruh kasus d
seluruh dunia, TB extrapulmonar 15%
Banyak di negara berkembang
Umum pada anak dan dewasa muda
ETIOLOGI
Spondilitis TB disebabkan oleh bakteri :
Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium bovis
PATOGENESISSPONDILITISTUBERKULOSIS
Penyebaran ke Vertebra :
Spondilitis TB merupakan hasil dari fase reaktivasi.
Vertebra yang paling sering Torakolumbal.
Masuk melalui 3 jalur :
1. Jalur arteri
2. Jalur Vena
3. Jalur perkontinuitatum
Infeksi berasal dr bagian sentral depan atau daerah epifiseal Hiperemi dan
eksudasiosteoporosisdanperlunakankapsulkerusakanpadakorteksepifisis
diskus intervertebralis dan vertebra disekitarnya kIfosis Eksudat menembus
ligamentumdanberekspansikegarisligamenyanglemah

Eksudat terkumpul di belaang fascia


paravertebralis dan menyebrang ke lateral di
Servical belakangM.Sternocleidomatoideus.
Eksudat dapat protusi kedepan dan menonjol
kedalam faring Absse faringeal menekan
M.SParaplegia

Abses pada daerah ini tetap tinggal di daerah


Thorakalis setempat, berbentuk masamenonjol fusiform
menekanM.SParaplegia

Abses pada daerah ini dapat


Lumbal menyebar masuk melalui M. Psoas
dan muncul dibawah ligamentum
inguinal di bagian medial paha.
Perjalanan penyakit spondylitis TB dibagi dalam 5 stadium :
1.Stadium implantasi
2.Stadium destruksi awal
3.Stadium destruksi lanjut
4.Stadium gangguan neurologis
5.Stadium deformitas residual
Stadium implantasi
bakteri berduplikasi
membentuk koloni yang
berlangsung selama 6-8
minggu.
Stadium destruksi awal

terjadi destruksi korpus


vertebra serta
penyempitan yang ringan
pada diskus. Proses ini
berlangsung selama 3-6
minggu.
Stadium destruksi lanjut
destruksi yang masif kolaps
vetebra dan berbentuk
massa kaseosa serta pus
yang berbentuk cold abses
(abses dingin), yang terjadi
2-3 bulan setelah stadium
destuksi awal

dapat terbentuk sekuesterum


serta kerusakan diskus
intervertebralis. Pada saat ini
terbentuk tulang baji
terutama di sebelah depan
(Wedging anterior) akibat
kerusakan korpus vertebr,
yang menyebakan terjadinya
kifosis atau gibus
Stadium gangguan
neurologis

Ganguan neurologis tidak


berkaitan dengan beratnya
kifosis yang terjadi, tetapi
terutama ditentukan oeh
tekanan abses ke kanalis
spinalis

Terdapat 5 derajat kerusakan


neurologis
Stadium Deformitas
residual

3-5 tahun setelah


timbulnya stadium
implantasi.

Kifosis atau gibus


bersifat pemanen oleh
karena kerusakan
vertebra yang masif di
sebelah depan.
DIAGNOSIS

AnamnesadanPemeriksaanFisik:
Gambaran sistemik kehilangan berat badan, keringat
malam, demam intermitten (sore/malam), cachexia. anak
berkurangnya keinginan bermain.
Riwayat batuk lama (lebih 3 minggu)
Nyeri terlokalisir satu regio tulang belakang/ menjalar.
Langkah kaki pendek menghindari nyeri di punggung.
Torakal punggung tampak menjadi kaku.
Di regio lumbar abses sebagai pembengkakan lunak
Tampak deformitas kifosis (gibbus), skoliosis,
subluksasi, spondilolistesis, dan dislokasi.
Gangguan Neurologis
UMN : pada presentasi awal akan didapatkan
paralisis flaksid, baru setelahnya akan muncul
spastisitas dan refleks patologis yang positif

LMN: Jika kelumpuhan sudah lama, otot akan


atrofi, yang biasanya bilateral. Sensibilitas
dapat diperiksa pada tiap dermatom untuk
protopatis (raba, nyeri, suhu) dibandngkan
ekstremitas atas dan bawah untuk
proprioseptif (gerak, arah, rasa getar,
diskriminasi 2 titik).
PEMERIKSAANPENUNJANG

Laboratorium:
Peningkatan laju endap darah (LED) dan mungkin disertai
leukositosis.
Uji mantoux positif.
Biopsi Jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional
Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel
PemeriksaanRadiologi
.
SINARX
merupakan pemeriksaan radiologis awal
proyeksi AP dan lateral
Pada fase awal, akan tampak lesi osteolitik pada
bagian anterior badan vertebra dan osteoporosis
regional. Penyempitan ruang diskus
intervertebralis menandakan terjadinya kerusakan
diskus. Pembengkakan jaringan lunak sekitarnya
memberikan gambaran fusiformis.
Pada fase lanjut, kerusakan bagian anterior semakin
memberat dan membentuk angulasi kifotik (gibbus).
Bayangan opak yang memanjang paravertebral dapat
terlihat, yang menrupakan cold abcess. Namun, sayangnya
sinar-X tidak dapt mencitrakan cold abcess dengan baik.
dengan proyeksi lateral, klinisi dapat menilai angulasi
kifotik di ukur dengan metode konstam.

Pencitraan sinar-X proyeksi


AP pasien spondilitis TB-
Sinar X memperlihatkan
iregularitas dan
berkurangnya ketinggian
badan vertebra T9 (tanda
bintang ), serta juga dapat
terlihat masa paravertebral
yang samar, merupakan col
abcess (panah putih)
Pengukuran angulasi kifotik metode
konstam. Pertama, tarik garis khayal
sejajar end-plate superior badan
vertebra yang sehat di atas dan
dibawah lesi. Kedua garis tesebut
diperpanjang ke anterior sehingga
bersilangan. Sedut K pada gambar
adalah sudut Konstam, sedangkan
sudut A adalah angulasi aktual yang
diihitung. Pada contoh gambar ini
angulasi kifotik adalah sebesar 30
derajat.
CTScan
CT-Scan dapat memperlihatkan dengan
jelas sklerosis tulang, destruksi badan
vertebra, abses epidural, fragmentasi
tulang dan penyempitan kanalis spinalis.
CT-Scan dapat juga berguna untuk
memandu tindakan biopsi perkutan dan
menentukan luas kerusakan jaringan
tulang.
Penggunaan CT-Scan sebaiknya diikuti
dengan pencitraan MRI untuk visualisasi
jaringan lunak.
CT-Scan

Pencitraan CT-Scan pasien


spondilitis TB otongan aksial
setingat T 12. Pada CT-Scan
dapat terlihat destruksi
pedikel kiri vertebra L3
(Panah hitam). Edema
jaringn peivertebra (kepala
panah putih), penjepitan
medula spinalis (panah putih
kecil) dan abses psoas
(panah putih besar)

MRI
MRI merupakan pencitraan terbaik
untuk menilai jaringan lunak.
Kondisi badan vertebra, diskus
intervertebralis, perubahan sumsum
tulang, termasuk abses paraspinal
dapat dinilai dengan baik dengan
pemeriksaan ini
Untuk mengevaluasi spondilitis TB,
sebaiknya dilakukan pencitraan MRI
aksial dan sagital yang meliput seluuruh
vertebra untuk mencegah
terlewatkannya lesi non contigous
Pencitraan MRI potongan
sagital pasien spondiitis TB.
Pada MRI dapat dilihat destruksi
dari badan vertebra L3-L4 yang
,nyebabkan kifossis berat
(gibbus) infiltrasi jaringan
lemak (panah putih ),
penyempitan kanalis spinalis,
dan penjepitan medula spinalis.
Gambaran ini khas menyerupai
akordion yang sedang ditekuk.

TATALAKSANA
Terapi Konservatif Terai pembedahan
Tirah baring Abses dingin ( Cold abses)
PENATALAKSANAAN Debrideman fokal
Kosto-transveresektomi
Debrideman fokal radikal yang
disertai bonegraft do bagian
depan
Memperbaiki keadaan penderia Paraplegia
Laminektomi
Kostotransveresktomi
Operasi radikal
Osteotomi pada tulang baji
secara tertutup dari belakang

Pemasangan brace pada Operasi Kifosis


penderita, fusi postrerior
operasi radikal.
baik yang dioperasi ataupun
yang tidak di operasi
Pemberian obat antituberkulosa
(INH, Asam para amino salisilat,
Etambutol , Rifampisin)
TerapiOAT
Spondilitis tuberkulosa kategori 1
1. Fase terapi intensif/ inisial kombinasi OAT : 2RHEZ
2. Fase terapi lanjutan kombinasi OAT : 7RH
PROGNOSIS

Pengelolaan medikamentosa dan pmbedahan yang


efektif pada TB tulang belakang memberikan hasil
yang signiikan meskipun dengan adanya defisit
neurologis dan kelainan tulang belakang.
Komplikasi neurologis akibat penyakit ini
tampaknya relatif jinak jika tatalaksana di awal
memadai.
Rekurensi

Tingkat kekambuhan pada tb spinal dengan pengguaan


dosis multiple drug adalah sekitar 2% dan angka
kekambuhan lebih tinggi jika dosis yang digunakan adalah
dosis tunggal. Penggunaan jangka panjang egimen
multidrug juka menurunkan angka kekamuhan dikemudian
hari.
BABIII
KESIMPULAN
Spondilitis Tuberkulosis atau TB spina atau juga dikenal
dengan Potts disease of the spine atau tubeculous vertebral
Osteomyelitis merupakan suatu penyakit yang banyak terjadi
diseluruh dunia.
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosa,
penegakan diagnosis pada penyakit ini dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang baik radiologi
dan laboratorium,
tatalaksana pada penyakit ini terdapat dua jenis yatu
tatalaksana konservatif dan pembedahan
tatalaksana yang baik pada penyakit ini memberikan
prognosis yang baik kedepannya.
DAFTARPUSTAKA
Paramarta, dkk. RSUP Sanglah denpasar. Spondilitis tuberkulosa. Sari pediatri, Vol. 10, no.3
Oktober 2008.
Vitriana, Spondilitis tuberculosa. 2002. Available on
http://repository.unpad.ac.id/1614/1/spondilitis_tuberkulosa.pdf
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.
Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Trauma, Fraktur Terbuka, Edisi ke-3. Jakarta: PT
Yarsif Watampone. 2008.
WHO. Global Tuberculosis Report 2016. Available on
http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/
Zuwanda dan Janitra. Diagnosis dan tatalaksana spondilitis tuberkulosa. CDK-208/Vol.40
no,9 th.2013
Rsoulli M, dkk. Spinal tuberculosis: Diagnosis and management. Available ;
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3530707/pdf/asj-6-294.pdf
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai