Anda di halaman 1dari 28

MASALAH GIZI

DI INDONESIA
Dr.drg Helwiah Umniyati MPH
Masalah Gizi di Indonesia

Masalah Gizi Kurang:


1. Masalah Gizi Makro :
- Kurang Energi Protein (KEP) pd anak
- Kurang Energi Kronik (KEK) pd Dewasa
2. Masalah Gizi Mikro :
- Anemia Gizi
- Kurang Vitamin A (KVA)
- Gangguan akibat kekurangan Yodium (GAKY)
Masalah Gizi Lebih
SKEMA PENYEBAB KURANG GIZI
SUMBER: UNICEF 1988

Dampak KURANG GI ZI

Penyebab Makan
Penyakit I nfeksi
langsung Tidak Seimbang

Sanitasi dan Air


Penyebab Tidak Cukup Pola Asuh Anak Bersih/Pelayanan
Tidak langsung Persediaan Pangan Tidak Memadai Kesehatan Dasar
Tidak Memadai

Kurang Pendidikan, Pengetahuan dan Keterampilan

Pokok Masalah Kurang pemberdayaan wanita


di Masyarakat dan keluarga, kurang pemanfaatan
sumberdaya masyarakat

Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan

Akar Masalah
Krisis Ekonomi, Politik,
(nasional)
dan Sosial
ANEMIA KEKURANGAN BESI

Batasan :
Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk
setiap kelompok umur dan jenis kelamin, yaitu :
Anak balita : 11 gram %
Anak usia sekolah: 12 gram %
Wanita dewasa : 12 gram %
Laki-laki dewasa : 13 gram %
Ibu hamil : 11 gram %
Ibu menyusui > 3 bulan: 12 gram %
Gejala Anemia
Anemia tergantung pada derajat beratnya, yang
dapat mengakibatkan gangguan ringan sampai
berat.
Anemia sedang dan ringan dapat menimbulkan
gejala lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5 L)
Disamping itu seringkali disertai keluhan pusing
dan mata berkunang-kunang, yang bila terjadi
pada anak sekolah akan mengurangi kapasitas dan
kemampuan belajar. Sedangkan pada orang
dewasa akan menurunkan produktivitas kerja
Anemia pada ibu hamil menambah risiko perdarahan
sebelum dan pada saat persalinan yang dapat
menyebabkan kematian ibu dan bayinya bilamana ibu
hamil tersebut menderita anemia berat. Selain itu bayi
yang dilahirkan cenderung mempunyai berat badan rendah
(BBLR).

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995


menunjukkan bahwa 50,9% ibu hamil , 40,5% balita, 47,3%
anak usia sekolah, 57,1% remaja putri, 39,5 % WUS, 48,9%
usia produktif dan 57,9% usia lanjut menderita anemia gizi.
Kekurangan zat besi dalam tubuh disebabkan

Kurangnya konsumsi makanan kaya besi, terutama sumber hewani


Kekurangan zat besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada
kehamilan, masa tumbuh kembang, dan pada penyakit infeksi (misalnya
malaria).
Kehilangan zat besi yang berlebihan pada perdarahan termasuk haid yang
berlebihan, sering melahirkan, dan pada infeksi cacing.
Tidak seimbangnya antara kebutuhan tubuh akan zat besi dibandingkan
dengan penyerapan dari makanan.

Wanita cenderung menderita anemia dari pada pria, karena


Kurang mengkonsumsi makanan kaya besi
Mengalami haid setiap bulan sehingga membutuhkan zat besi dua kali lebih
banyak
Melaksanakan diet pengurangan berat badan (khususnya remaja putri).
Akibat anemia kekurangan zat besi

Gangguan/hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak,


sehingga :

Pada ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, BBLR,
perdarahan sebelum dan pada saat melahirkan sehingga pada anemia berat
dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi

Anak yang mengalami gangguan pertumbuhan tidak dapat mencapai tinggi yang
optimal dan anak menjadi kurang cerdas.

Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang


ditransport ke sel tubuh maupun otak, sehingga menimbulkan gejala 5 L

Penderita kekurangan besi akan turun daya tahan tubuhnya, akibatnya mudah
terkena infeksi.
Upaya pencegahan dan penanggulangan

Meningkatkan konsumsi zat besi dari sumber alami


makanan sumber hewani (heme-iron), makanan yang
banyak mengandung vitamin C dan vitamin A untuk
membantu penyerapan zat besi dan proses pembentukan
Hb.
Fortifikasi bahan makanan yaitu : menambahkan zat besi,
asam folat, vitamin A, dan Asam amino essensial pada
bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok
sasaran.
Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu
tertentu adalah untuk meningkatkan kadar Hb secara cepat
Pemberian Tablet Tambah Darah
Dosis dan cara pemberian :
1. Dosis Pencegahan :
Diberikan kepada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan
kadar Hb. Sehari 1 tablet (60 mg besi elemental & 0,25
mg asam folat) berturut-turut selama minimal 90 hari
masa kehamilannya, sampai 42 hari setelah melahirkan.
Mulai pemberian pada K1
2. Dosis Pengobatan :
Ibu hamil sampai masa nifas :
Bila kadar Hb<11 gr% pemberian menjadi 3 tablet
sehari selama 90 hari pada kehamilannya sampai 42
hari setelah melahirkan.
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa
80,7% perempuan usia 10 59 tahun yang hamil
mendapat/membeli tablet Fe. Ibu hamil yg
minum tablet Fe terbanyak adlh propinsi DI
Yogyakarta dan terendah Sulawesi Barat (2,3%).
Jumlah hari minum bervariasi:
hanya 18,0% yang minum tablet Fe 90 hari atau
lebih.
19,3% ibu tidak minum tablet Fe
15,3% menjawab tidak tahu
36,3% ibu minum tablet Fe 0 30 hari
Cakupan tablet Fe lebih tinggi di perkotaan
dibandingkan pedesaan.
Konsistensi ibu hamil dengan tingkat pendidikan
rendah, petani/nelayan/buruh, serta status ekonomi
terendah selalu yang tertinggi menghadapi masalah
atau tidak mendapat pelayanan.
Kelompok ibu hamil <20 tahun, 35 tahun ke atas,
mengalami kehamilan >4 kali, serta jarak kehamilan
< 24 bulan adalah kelompok ibu hamil yang
sebenarnya membutuhkan tablet Fe tapi justru
mereka adalah yang terbanyak tidak minum tablet
Fe (RISKESDAS 2010)
INDIKATOR :

Ibu hamil sampai masa nifas:


Fe1 bila ibu hamil/nifas tersebut telah mendapat
Tablet besi-folat sebanyak 30 tablet pada bulan
pertama . Fe1 ~ K1, target 90%.
Fe3; bila ibu hamil/nifas tersebut telah mendapat
Tablet besi-folat sebanyak 90 tablet atau 30 tablet
pada bulan ketiga. Fe3 ~ K4, target 85%.
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Tahun 1980 TGR sebesar 37,2%
Tahun 1990 turun menjadi 27,7%
Tahun 1998 turun drastis menjadi 9,8% :
- 653 kecamatan dikategorikan daerah endemik berat & sedang
1169 kecamatan dengan kategori endemik ringan
- 2186 kecamatan non-endemik
Secara keseluruhan terdapat sekitar 73,6 juta penduduk tinggal di
daerah risiko GAKY

TGR digunakan untuk menilai status GAKY masyarakat sekaligus


untuk evaluasi program terhadap perbaikan status GAKY
Perubahan Endemisitas GAKY
Kabupaten/Kota Tahun 1996/1998 dan 2003

Endemisitas Kabupaten/Kota
1996/199 2003
8
Kategori TGR N % N %
Non Endemik <5% 123 44,7 148 43,3
Endemik Ringan 5,0- 106 38,6 122 35,7
19,9%
Endemik 20- 30 10,9 42 12,2
Sedang 29,9%

Endemik Berat 30% 16 5,8 30 8,8


Sumber: Profil Kesehatan 2004, DepKes 2006
MENGHITUNG PREVALENSI GAKY

Penggolongan tingkat pembesaran kelenjar


gondok menurut WHO adalah sebagai berikut :
TingkatPembesaran Kelenjar Gondok:
0: Tidak ada pembesaran kelenjar (normal)
IA: Pembesaran kelenjar tidak tampak walaupun
leher pada posisi tengadah maksimum.
Pembesaran kelenjar teraba ketika dipalpasi
IB: Pembesaran kelenjar gondok terlihat jika
leher pada posisi tengadah maksimum.
Pembesaran kelenjar teraba ketika dipalpasi
II: Pembesaran kelenjar gondok terlihat pada
posisi kepala normal, dari jarak 1 meter.
III: Pembesaran kelenjar gondok tampak nyata
dari jarak jauh (5-6 meter).Sumber : Jaringan
Informasi Pangan dan Gizi, 1997

(IA + IB + II + III) x 100 %


TGR =siswa yang diperiksa
Prevalensi Total Goiter Rate (TGR)
(IA + IB + II + III)
TGRDaerah
Klasifikasi = Endemik GAKY : X 100%
Banyaknya siswa yang diperiksa
Daerah GAKY berat, bila TGR > 30.0%
(warna hitam).
Daerah GAKY sedang, bila TGR 20,0-29,9%
(warna merah)
Daerah GAKY ringan, bila TGR 5,0-19,9%
(warna kuning)
Daerah non-endemik, bila TGR < 5,0%
(warna hijau).
Upaya pemerintah dalam penanggulangan GAKY

Upaya jangka pendek: pemberian kapsul minyak beryodium pada daerah GAKY sedang dan
berat
Upaya jangka peningkatan konsumsi garam beryodium dan upaya pengembangan yodisasi air
minum di beberapa provinsi.
BATASAN/ISTILAH

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang timbul
karena tubuh seseorang kekurangan unsur Yodium secara terus menerus, dalam jangka waktu
yang cukup lama.

Daerah kekurangan Yodium (Iodine deficient) adalah suatu wilayah yang tanah dan airnya
sangat kekurangan yodium sehingga tanaman, hewan, dan manusia yang hidup dan tinggal di
daerah tersebut akan selalu kekurangan yodium.
Total Goiter Rate (TGR) adalah angka prevalensi
gondok yang dihitung berdasarkan seluruh stadium
pembesaran kelenjar gondok, baik yang teraba
(palpable) maupun yang terlihat (visible). TGR
digunakan untuk menentukan tingkat endemisitas
GAKY
Kapsul minyak beryodium adalah larutan yodium
dalam minyak berbentuk kapsul lunak, mengandung
200 mg yodium, diberikan hanya 1 kali setahun.
Kretin Endemik

adalah satu dampak dari kekurangan


yodium tingkat berat yang terjadi sejak
dalam kandungan, dengan gejala-gejala al:
Gangguan perkembangan mental
Gangguan pendengaran (bisa sampai tuli)
Gangguan syaraf penggerak (cara berjalan
khas)
Gangguan fungsi bicara (bisa sampai
bisu)
Gangguan fungsi seperti tersebut di atas,
tidak dapat dipulihkan.
Rimah tangga dinyatakan mempunyai garam cukup
iodium (30 ppm KIO3) bila hasil tes cepat garam
berwarna biru/ungu tua; mempunyai garam tidak
cukup iodium (30 ppm KIO3) bila hasil tes cepat
garam berwarna biru/ungu muda
Secara nasional baru sebanyak 62,3% RT Indonesia
mempunyai garam cukup iodium. Pencapaian ini
masih jauh dari target nasional 2010 maupun target
ICCIDD/UNICEF/WHO Universal Salt Iodizarion
(USI) atau garam beriodium untuk semua yaitu
minimal 90% RT menggunakan garam cukup iodium
Ada 6 propinsi yg tlh mencapai target : Sumbar,
Jambi, Sumsel, Babel, Gorontalo dan Papua Barat
(Riskesdas 2007)
KURANG VITAMIN A (KVA)

KVA di Indonesia sudah tidak merupakan


masalah gizi utama, karena KVA tingkat berat
(Xerophthalmia) sudah jarang ditemui.
Tahun 1992 bahaya kebutaan akibat KVA turun
secara bermakna (X1b<0,5%), tetapi KVA subklinis
masih tinggi terutama pada balita sebanyak 50,2%
KVA subklinis ini hanya dapat diketahui dengan
memeriksa kadar vitamin A dalam darah di
laboratorium serum retinol < 20 Ug/dl)
Kegiatan :

a. Akselerasi suplementasi kapsul vitamin A dosis


tinggi . Kapsul merah (100.000 IU) untuk bayi
umur 6 11 bulan dan kapsul biru (dosis 200.000
IU) untuk anak balita (12 59 bulan)
b.Promosi bulan kapsul vitamin A (Februari &
Agustus)
c.Pemasaran sosial sumber vitamin A alami
d.Fortifikasi minyak sayur dengan vitamin A
e.Kerjasama pendistribusian kapsul vit A bersama
kegiatan Imunisasi campak
Pemberian Kapsul Vitamin A (1)

Persentase anak umur 6 59 bulan yang menerima


kapsul Vit A selama 6 bulan terakhir sebesar 69,8%.
Persentase bervariasi antar provinsi dengan
persentase terendah di Papua Barat (49,3%) dan
tertinggi di DI Yogyakarta (91,1%).
Persentase pemberian kapsul vitamin A bervariasi
menurut umur : tertinggi pada kelompok umur 12
23 bulan (74,8%). Semakin tinggi kelompok umur
cakupam semakin rendah
Tempat: perkotaan (74,0%) dan di pedesaan (65,3%)
Pemberian Kapsul Vitamin A (2)

Sedangkan menurut jenis kelamin tidak ada


perbedaan
Persentase menurut tingkat pendidikan kepala
keluarga dan status ekonomi terlihat kecenderungan
semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga
dan status ekonomi semakin tinggi cakupan
pemberian kapsul vitamin A (RISKESDAS 2010)

Anda mungkin juga menyukai