Tugas
Setiap mahasiswa wajib membuat tugas:
Tugas terstruktur yaitu membuat makalah kelompok.
Tugas non struktur yaitu membuat catatan (review)
Rentang Penilaian :
Presensi & 20 %
kedisiplinan Nilai A (100 - 81) Sangat Baik
Nilai B (79-70) Baik
Keaktifan tugas non Nilai C (59 - 50) Cukup / Sebaiknya
10 %
terstruktur diulang
Nilai D (49 - 40) Tidak Lulus
Tugas Pra Nilai E (40 - 0) Tidak Lulus
10 %
UTS/terstruktur
UTS 25 %
UAS 25 %
Metode Pembelajaran (Kep.
Dikti No 30/2003)
Menggunakan student center learning (scl)
Yaitu: metode pembelajaran yg
menempatkan mahasiswa sebagai subjek
didik, mitra dlm proses pembelajaran. Peran
dosen hanya sebagai fasilitator(hanya
mediasi)
Mahasiswa mencari sumber2 belajar yg
terkait dengan materi kuliah
LITERATUR
Moh. Muhibbin, Hukum Kewarisan Islam
Sebagai Pembaruan Hukum Positif di
Indonesia, jakarta, Sinar grafika, 2011.
Fathurrahman, Ilmu Warits, Bandung, Al
Maarif, 1975
Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqh Mawaris, Jakarta,
melanjutkan hidup
Untuk terpenuhinya 2 naluri tsb Allah menciptakan 2 nafsu
dan kewajiban)
ASAS SEMATA AKIBAT KEMATIAN ( kewarisan hanya
(maaniul irtsi)
HALANGAN MEWARISI
(MEMPUSAKAI)
PEMBUNUHAN
BERBEDA AGAMA
MURTAD
HAMBA SAHAYA
GOLONGAN AHLI WARIS LAKI-LAKI
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki
3. Ayah
4. Kakek shahih (kakek kandung terus ke atas dari pihak
laki-laki
5. Saudara laki-laki sekandung
6. Saudara laki-laki se ayah
7. Saudara laki-laki se ibu
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
9. Anak laki-laki saudara laki-laki se ayah
10. Paman (dari pihak ayah yang sekandung dengan ayah
11. Paman (dari pihak ayah) yang se ayah dengan ayah
12. Anak laki-laki paman sekandung
13. Anak laki-laki paman seyah dengan ayah
14. Suami si mayat
15. Mutiq
GOLONGAN AHLI WARIS
PEREMPUAN
1. ANAK PEREMPUAN
2. CUCU PEREMPUAN DARI ANAK LAKI-LAKI (TERUS
KE BAWAH)
3. IBU
4. NENEK SHAHIH TERUS KE ATAS (IBUNYA IBU)
5. NENEK SHAHIH TERUS KE ATAS (IBINYA AYAH)
6. SAUDARA PEREMPUAN SEKANDUNG
7. SAUDARA PEREMPUAN SE AYAH
8. SAUDARA PEREMPUAN SE IBU
9. ISTERI / ISTERI-ISTERI
10. MUTIQOH.
MACAM-MACAM FURUDLUL
MUQADDARAH
1/2 (setengan)
2/3 (dua pertiga)
1/3 (seper tiga)
1/4 (seper empat)
1/6 (seper enam)
1/8 (seper delapan)
BAGIAN-BAGIAN PARA AHLI
WARITS BERDASAR AL-QURAN
DAN HADITS
YANG MEMPEROLEH
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
3. Sdr. Laki-laki sekandung
4. Sdr. Laki-laki se-ayah
5. Paman sekandung
6. Bapak
7. Kakek (terus ke atas)
8. Anak laki-laki sdr. Sekandung
9. Anak laki-laki sdr. Se-ayah
10. Paman seayah
11. Anak laki-laki paman sekandung
12. Anak laki-laki paman se-ayah
13. Laki-laki dan perempuan yang memerdekakan (Mutiq
dan Mutiqoh).
14. Anak laki-laki yang memerdekakan.
MACAM-MACAM ASHOBAH
A. Ashobah Bin-nafsihi, yaitu golongan laki-laki
yang dipertalikan dengan si mayat tanpa
diselingi oleh perempuan. Terdiri dari :
- Jihat Bunuwah (pertalian anak), yaitu anak laki-
laki
terus ke bawah
- Jihat Ubuwah (pertalian orang tua), yaitu ayah,
kakek terus ke atas
- Jihat Ukhuwah (pertalian saudara), yaitu sdr.
laki-laki sekandung, dan sdr. Laki-laki se-ayah
terus kebawah
- Jihat Umumah (pertalian paman), yaitu paman
se-kandung dan paman se-ayah, anak laki-laki
paman sekandung dan se-ayah terus ke bawah.
Untuk penetapan kewarisan ini urutan yang
paling atas didahulukan daripada urutan
bawahnya, demikian se- terusnya
B. Ashobah Bil-ghoir, yaitu orang-orang yang
ditarik untuk bersama-sama memperoleh sisa
harta pusaka oleh saudaranya yang laki-laki,
dengan ketentuan 2 : 1. mereka-mereka itu a.l.:
1. Anak perempuan yang ditarik oleh saudara-
nya yang laki-laki.
2. Cucu perempuan yang ditarik oleh saudara-
nya cucu laki-laki.
3. Saudara perempuan sekandung yang ditarik
saudara laki-laki sekandungnya.
4. Saudara perempuan se-ayah yang ditarik
saudara laki-laki se-ayah pula.
Ashobah Maal Ghoir, yaitu khusus untuk
saudara perempuan sekandung atau sau-
dara perempuan se-ayah yang mewarisi
harta pusaka bersama-sama dengan anak-
anak perempuan atau cucu-cucu perem-
puan dari anak laki-laki.
AUL
Adl; Adanya kelebihan dalam bagian para
AW dari besarnya asal masalah yang secara
otomatis terjadi penyusutan dalam kadar
penerimaan mereka.
Orang yang pertama menetapkan Aul adl.
HUKUM WARIS BANCI
(KHUNTSA)
Khuntsa, menurut istilah ialah seseorang yang
memiliki ke-lamin dua atau sama sekali tidak
memiliki kelamin, da-lam hal ini statusnya tidak
jelas, apakah ia dihukumkan laki-laki atau
perempuan ? Orang-orang yang demikian dalam
istilah hukum Islam disebut dengan Khuntsa
Musykil (Banci yang sulit ditentukan statusnya).
Bagian waris banci seperti ini adalah :
Ulama Hanafiyah berpendapat, ia memperoleh
bagian yang paling sedikit dari bagian haknya
yang jelas.
Ulama Syafiiyah menyatakan, masing-masing ahli
warits dan khuntsa diberi bagian minimal dari
status yang diya-kini, baru apabila sudah jelas
dikembalikan ke kejelasan statusnya tersebut.
Ulama Malikiyah menyatakan, ia memperoleh
bagian se-besar pertengahan antara bagian laki-
laki dan bagian perempuan.
Sedangkan seseorang yang secara fisik/ jas-
maninya laki-laki atau perempuan, namun
perilakunya bertolak belakang dari jasma-
ninya tersebut. Banci (khuntsa) semacam
ini dalam hukum Islam biasa disebut de-
ngan banci (khuntsa) Ghoir Musykil (banci
yang mudah ditentukan statusnya -> laki-
laki atau perempuan), maka kewarisan
banci semacam ini berlaku sesuai kejelas-an
status mereka masing-masing (laki-laki atau
perempuan secara fisik)
HUKUM WARIS ANAK DALAM KANDUNGAN