Anda di halaman 1dari 21

Tatalaksana Komplikasi

dan Prognosis
Berdasarkan Pedoman PDPI (2003),
penderita pneumonia yang datang ke
UGD diobservasi tingkat
kegawatannya, apakah pasien dapat
rawat jalan, atau memerlukan
perawatan di rumah sakit
Penderita Rawat Jalan

Pengobatan suportif / simptomatik


Istirahat di tempat tidur
Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum
obat penurun panas
Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan
ekspektoran
Pemberian antiblotik harus diberikan kurang
dari 8 jam
Penderita Rawat Inap
di Ruang Rawat Biasa

Berdasarkan PDPI (2003), kriteria yang dipakai untuk


indikasi rawat inap pneumonia komunitas adalah :
Skor PORT lebih dari 70
Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu
dirawat inap bila dijumpai salah satu dari kriteria
dibawah ini :
Frekuensi napas > 30/menit
Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg
Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
Tekanan sistolik < 90 mmHg
Tekanan diastolik < 60 mmHg
Pneumonia pada pengguna NAPZA
Rawat ICU
Penderita yang memerlukan
perawatan di ruang rawat intensif
adalah penderita yang mempunyai
paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor
tertentu (membutuhkan ventalasi
mekanik dan membutuhkan
vasopressor > 4 jam [syok sptik]) atau
2 dari 3 gejala minor tertentu
(Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg,
foto toraks paru menunjukkan kelainan
Switch Therapy
Kriteria untuk perubahan obat suntik
ke oral pada pneumonia komuniti :
Tidak ada indikasi untuk pemberian
suntikan lagi
Tidak ada kelainan pada penyerapan
saluran cerna
Penderita sudah tidak panas 8 jam
Gejala klinik membaik (mis : frekuensi
pernapasan, batuk)
Leukosit menuju normal/normal
Terapi Suportif
1. Terapi oksigen
2. Humidifikasi dengan nebulizer
3. Fisioterapi dada
4. Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan.
5. Pengaturan cairan
6. Pemberian kortikosteroid
7. Pertimbangkan obat inotropik
8. Ventilasi mekanik.
9. Drainase empiema jika ada.
10. Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi yang
cukup kalori
Alur tatalaksana pneumonia komunitas
berdasarkan American Academy of
Family Physician : Diagnosis and
Treatment of Community Acquired
Pneumonia (2006)
Berdasarkan Guidelines of Management of
Community Acquired Pneumonia in Adults
American Thoracic Society (ATS) tahun 2007
selain menggunakan skor PORT, dalam
menilai derajat keparahan pasien pneumonia
juga dapat menggunakan skor CURB-65
(Confusion, Uremia, Respiratory rate, low
Blood preassure, age 65 years or greater).
Jika didapatkan skor CURB-65 lebih dari sama
dengan 2 maka pasien tersebut disarankan
untuk rawat inap atau dapat dirawat jalan
namun dengan pengawasan yang ketat.
Kriteria rawat ICU berdasarkan ATS 2007 adalah :
(1)pasien dengan syok septik yang memerlukan
vassopressor atau pasien dengan acute respiratory
failure yang membutuhkan intubasi dan ventilasi
mekanik

(2) terdapat 3 dari kriteria minor berikut : respiratory


rate > 30x/menit, PaO2/FiO2 < 250 mmHg, infiltrat
multilobular, disorientasi, uremia (BUN lebih dari
sama dengan 20 mg/dl), leukopenia (kurang dari
sama dengan 4000), trombositopenia (kurang dari
100.000), hipothermia dan hipotensi.
Komplikasi

Pneumonia ektrapulmoner
Komplikasi ektrapulmoner non
infeksius
Acute respiratory distress syndrome
(ARDS),
Pneumonia nosokomial.
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari
faktor penderita, bakteri penyebab dan penggunaan
antibiotik yang tepat serta adekuat.
Perawatan yang baik dan intensif sangat mempengaruhi
prognosis penyakit pada penderita yang dirawat.
Angka kematian penderita pneumonia komuniti kurang
dari 5% pada penderita rawat jalan , sedangkan
penderita yang dirawat di rumah sakit menjadi 20%.
Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka
kematian tahun 1998 adalah 13,8%, tahun 1999 adalah
21%, sedangkan di RSUD Dr. Soetomo angka kematian
20 -35%.

Anda mungkin juga menyukai