Anda di halaman 1dari 69

Dr. Ir. G.

Suprayitno, MM
Disampaikan pada
PELATIHAN DAN LOKAKARYA
PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI PERGURUAN TINGGI
Surabaya, 3 Desember 2006
Latar Belakang
Paradigma Nasional
Peran Perguruan Tinggi
Kondisi Penyelenggaraan Perguruan Tinggi Saat Ini
Pengaruh Lingkungan Strategis
Peluang dan Kendala
Aktualisasi Lingkungan Kontekstual Perguruan
Tinggi
Kondisi Penyelenggaraan Perguruan Tinggi yang
Diharapkan
Konsepsi Aktualisasi Lingkungan Kontekstual
Perguruan Tinggi
Penutup
ALUR PIKIR :
AKTUALISASI
PARADIGMA NASIONAL:
LINGKUNGAN
PANCASILA
KONTEKSTUAL
UUD 1945 PERGURUAN TINGGI
WASANTARA
TANNAS
PERATURAN PER-UU-AN

KONDISI AKTUALISASI
KONDISI GAR TUJUAN
GAR LINGKUNGAN PERGURUAN
PERGURUAN KONTEKSTUAL PENDIDIKAN
TINGGI YANG NASIONAL
TINGGI PERGURUAN DIHARAPKAN TERCAPAI
SAAT INI
TINGGI

LINGKUNGAN STRATEGIS:
GLOBAL, REGIONAL, NASIONAL
PELUANG dan KENDALA

Umpan balik
POLA PIKIR :
AKTUALISASI
LINGKUNGAN
PARADIGMA NASIONAL: KONTEKSTUAL
PANCASILA
UUD 1945
PERGURUAN TINGGI
WASANTARA
TANNAS
PERATURAN PER-UU-AN

KONSEPSI AKTUALISASI LINGKUNGAN


KONDISI KONTEKSTUAL PERGURUAN TINGGI KONDISI GAR TUJUAN
GAR PERGURUAN PENDIDIKAN
PERGURUAN SUBYEK OBYEK METODA TINGGI YANG NASIONAL
TINGGI SUPRA- PEMERINTAH FASILITASI DIHARAPKAN TERCAPAI
SAAT INI STRUKTUR REORIENTASI
INFRA- MASYARAKAT SOSIALISASI
STRUKTUR INDUSTRI INISIASI
SUB- REVITALISASI
STRUKTUR SARPRAS REGULASI

LINGKUNGAN STRATEGIS:
GLOBAL, REGIONAL, NASIONAL
PELUANG dan KENDALA

Umpan balik
LATAR BELAKANG (1)
Pergururan Tinggi merupakan tempat
berlangsungnya Proses Belajar Mengajar
dan Penyelenggaraan Fungsi dan Misi
perguruan tinggi
Visi dan Misi Perguruan Tinggi adalah
menghasilkan Pendidikan Fungsional, serta
menghasilkan Pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks)
Untuk melaksanakan fungsi dan misi
perguruan tinggi diperlukan kondisi yang
mendukung, a.l : nyaman, tertib, bersih, serta
etika kehidupan yang mengutamakan
kebenaran dan kejujuran
LATAR BELAKANG (2)

Iptek merupakan unsur kemajuan Peradaban


Manusia yang sangat penting
Kemajuan iptek juga mendorong terjadinya
globalisasi kehidupan manusia, karena
manusia semakin mampu mengatasi dimensi
jarak dan waktu dalam kehidupannya
Melalui kemajuan iptek, manusia dapat
mendayagunakan kekayaan dan lingkungan
alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk
menunjang kesejahteraan dan meningkatkan
kualitas kehidupannya
PARADIGMA NASIONAL (1)
- PANCASILA SEBAGAI LANDASAN IDIIL -
Kedudukan Pancasila sebagai falsafah negara dalam
UUD 1945, mengartikan bahwa keseluruhan sistem
dan proses penyelenggaraan negara dan
pembangunan bangsa harus didasarkan dan
mengacu serta diarahkan pada perwujudan nilai-nilai
yang terkandung didalamnya
Dengan kata lain, seluruh dan setiap unsur
penyelenggara negara, aparatur pemerintahan
negara, dan masyarakat bangsa Indonesia, secara
individual maupun institusional harus menjadikan
nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dasar dalam
berpikir, bersikap dan bertindak dalam kerangka
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
PARADIGMA NASIONAL (2)
- UUD 1945 SEBAGAI LANDASAN KONSTITUSIONAL -
Amanat pelaksanaan misi pendidikan oleh
perguruan tinggi tertera pada UUD 1945 BAB XIII
Pasal 31 (ayat 3) : Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang
BAB XIII Pasal 31 (ayat 5) : Pemerintah
memajukan iptek dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia
PARADIGMA NASIONAL (3)
- WASANTARA SEBAGAI LANDASAN VISIONAL -
Wawasan Nusantara (Wasantara) adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri
dan lingkungannya yang bersumber pada Pancasila
dan UUD 1945, dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan wilayah Indonesia, serta tetap
menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam
semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita nasional
Landasan visional merupakan visi bangsa, yang
mengutamakan kesatuan dan persatuan dalam
segala dimensi kehidupan berbangsa, baik di bidang
ekonomi, politik, sosial budaya, maupun pertahanan
dan keamanan
PARADIGMA NASIONAL (4)
- TANNAS SEBAGAI LANDASAN VISIONAL -
Ketahanan Nasional (tannas) adalah kondisi dinamik bangsa
Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional
yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional, dalam menghadapi ancaman, tantangan, hambatan
& gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam
untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan
nasional
Landasan konsepsional merupakan konsepsi pengembangan
kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan
selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh,
menyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945
dan Wasantara
PARADIGMA NASIONAL (5)
- PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
SEBAGAI LANDASAN OPERASIONAL -
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Undang-Undang No. 18 tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek,
antara lain mengenai terbentuknya kemampuan iptek
melalui sinergi antara industri, lembaga litbang, perguruan
tinggi, dan lembaga penunjang; hasil litbang yang dibiayai
oleh pemerintah harus dikelola dan dialihkan ke masyarakat;
termanfaatnya sumber daya iptek yang meliputi SDM, HKI,
standardisasi, informasi, serta sarana dan prasarana
Inpres No. 4 tahun 2003 tentang JAKSTRANAS IPTEK
Dalam hal ini Kementerian Ristek mengkoordinasikan
perumusan dan pelaksanaan Jakstranas Iptek
PARADIGMA NASIONAL (6)
- PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
SEBAGAI LANDASAN OPERASIONAL -
Higher Education Long Term Strategy
(HELTS) 2003-2010, dokumen pengganti
Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi
Jangka Panjang (KPPTJP) 1996-2005 untuk
mengikuti dan mengantisipasi perubahan
yang cepat sejak reformasi digulirkan (1998)
HELTS merumuskan 3 kebijakan dasar
pengembangan pendidikan tinggi, yaitu
DAYA SAING BANGSA, OTONOMI dan
DESENTRALISASI, dan KESEHATAN
ORGANISASI
PERAN PERGURUAN TINGGI (1)

Perguruan tinggi berperan sebagai sarana


bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusia
Perguruan tinggi berperan sentral dalam
peningkatan daya saing bangsa
Proses pembelajaran di kampus dapat
menjadi wahana untuk mengubah pola pikir
masyarakat dalam menuju terwujudnya
masyarakat sipil yang demokratis
Perguruan tinggi berperan sebagai kekuatan
moral yang mampu berfungsi sebagai
penggerak dalam rangka mencapai tujuan di
atas
PERAN PERGURUAN TINGGI (2)
Perguruan tinggi berperan untuk menghasil-
kan lulusan yang kreatif dan inovatif dengan
keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam
berbagai sektor ekonomi, memiliki
kemampuan beradaptasi yang tinggi,
sehingga mampu untuk terus memperbaharui
struktur ekonomi dan sosial yang relevan
dengan perubahan dunia
Perguruan tinggi berperan dalam meningkat-
kan jumlah dan mutu penelitian yang
memungkinkan suatu negara untuk memilih,
menyerap, dan menciptakan pengetahuan
baru secara lebih cepat dan efisien dibanding
yang ada sekarang
KONDISI PENYELENGGARAAN (1)
PERGURUAN TINGGI SAAT INI
Program pendidikan tinggi di Indonesia
diselenggarakan oleh berbagai perguruan
tinggi (berbentuk Akademi, Politeknik,
Sekolah Tinggi, Institut, atau Universitas) baik
oleh pemerintah (PTN) atau masyarakat
(PTS)
Program pendidikan akademik menitik-
beratkan pada penguasaan dan
pengembangan pengetahuan pada suatu
disiplin ilmu tertentu (ipteks), terdiri dari
program sarjana, magister, dan doktor.
Program pendidikan akademik
diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi, Institut,
KONDISI PENYELENGGARAAN (2)
PERGURUAN TINGGI SAAT INI
Indonesia sebagai negara berkembang
membutuhkan tenaga terampil berbasis
pengetahuan yang mampu memberi solusi
terhadap masalah yang dihadapi, terutama
dalam bidang keamanan, kesehatan,
lingkungan, pertanian, industri, infrastruktur,
pendidikan, dan sektor lainnya
Kontribusi Perguruan Tinggi merupakan solusi
nyata dalam mengatasi hal tersebut
Perguruan Tinggi diberikan prioritas untuk
dapat memenuhi kebutuhan tenaga terampil
berbasis pengetahuan bagi pendidikan dasar
dan pendidikan menengah
KONDISI PENYELENGGARAAN (3)
PERGURUAN TINGGI SAAT INI
Permasalahan yang kompleks dan terbatasnya
sumber daya menjadikan perguruan tinggi
berpredikat lembaga pemberi sertifikat/ijazah,
dan kurang dapat berkontribusi pada isu-isu
pembangunan yang nyata
Tertinggalnya pengembangan perguruan tinggi
di Indonesia menyebabkan Indonesia
terlempar dari dinamika ekonomi dunia, dan
semakin tertinggal dari kompetisi dunia
Perguruan tinggi tidak dapat memenuhi jumlah
dan mutu tenaga terampil berbasis
pengetahuan yang dibutuhkan, karena
pendanaan yang terbatas
KONDISI PENYELENGGARAAN (4)
PERGURUAN TINGGI SAAT INI
Pada umumnya governance dan sistem
pengelolaan di PTN ataupun PTS mengikuti
peraturan yang secara seragam berlaku
untuk seluruh jajaran unit pelayanan
pemerintah
Pendanaan penyelenggaraan perguruan
tinggi melalui 3 sumber utama, yaitu
pemerintah, masyarakat, dan sektor
produktif, tetapi masih lebih mengandalkan
APBN
LINGKUNGAN STRATEGIS (1)
PENGARUH GLOBAL

Perludipahami bahwa keberhasilan negara


maju dalam bidang teknologi, adalah dengan
menumbuh kembangkan kemampuan iptek
Dengan demikian negara maju mampu
mensinergikan perkembangan kelembagaan
dan sumber daya iptek yang dimilikinya
dengan berbagai faktor lain secara bersistem
Indonesia belum siap menghadapi
persaingan global yang bercirikan kompetisi
dalam kualitas dan efisiensi, sehingga dapat
menurunkan kepercayaan diri
LINGKUNGAN STRATEGIS (2)
PENGARUH GLOBAL

Pengaruh globalisasi terhadap budaya bangsa


berpotensi untuk melunturkan karakter dan jati
diri bangsa, sehingga terjadi pengasingan
nilai-nilai tradisi
Pengaruh globalisasi perlu disikapi dengan
cermat agar tidak menciptakan
ketergantungan pada pihak asing, baik untuk
modal dan investasi, maupun SDM, ipteks dan
tata nilai
Dalam sistem pasar terbuka kemampuan daya
saing bangsa yang didukung oleh partisipasi
perguruan tinggi akan sangat berarti untuk
LINGKUNGAN STRATEGIS (3)
PENGARUH REGIONAL

Peringkat daya saing perguruan tinggi di


Indonesia masih rendah dibandingkan
dengan negara-negara di dunia dan Asia.
Pertukaran mahasiswa masih sangat sedikit
yang dapat memenuhi persyaratan yang
diajukan oleh negara-negara Asian
LINGKUNGAN STRATEGIS (4)
PENGARUH NASIONAL

Sampai saat ini dunia akademik masih banyak


menghadapi tekanan kontrol dari birokrasi
pemerintah, kekuatan sosial politik, dan
kekuasaan ekonomik dari pemilik modal
Kekuatan sosial politik ingin menjadikan
kampus sebagai salah satu basis
kekuasaannya
Kekuatan ekonomik mulai melihat perguruan
tinggi sebagai sumber pengetahuan yang
bernilai tinggi yang dapat memperbesar
pengaruhnya bila dapat dikuasai
LINGKUNGAN STRATEGIS (5)
PENGARUH NASIONAL

Pemerintah pusat melalui Ditjen Dikti


menggeser perannya secara bertahap, yaitu
sebagian besar kewenangan dan tanggung
jawabnya diserahkan kepada institusi
perguruan tinggi
Ditjen Dikti sebagai penentu kebijakan
nasional, regulator ketentuan dasar pendirian
PT dan penyelenggara pendidikan tinggi,
serta fasilitator dalam menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan
perguruan tinggi
PELUANG
Kondisi global memberikan peluang bagi
Perguruan tinggi Indonesia dengan
memfokuskan beberapa bidang pengembangan
kunci, seperti pendidikan, kesehatan,ketahanan
pangan, infrastruktur, lingkungan, teknologi
informasi, kelautan, dan energi
Pengembangan program studi yang sesuai
dengan kebutuhan pasar kerja
Melalui perencanaan yang baik, dengan potensi
dan kemampuan yang memadai perguruan
tinggi dapat mengembangkan program studi
yang lebih memusatkan pendidikan pada
kebutuhan tenaga peneliti atau pengembangan
ipteks
KENDALA (1)

Rendahnya investasi pengembangan


sumber daya manusia dan pengetahuan di
Indonesia dibandingkan dengan negara-
negara lain, terlihat dari indikator penelitian
dan pengembangan, dan outcomes yang
rendah
Masih rendahnya angka partisipasi
mahasiswa dibandingkan dengan negara-
negara di dunia
Peringkat daya saing perguruan tinggi di
Indonesia masih rendah dibandingkan
dengan negara-negara di dunia dan Asia
KENDALA (2)
Pengelolaan yang terpusat mengakibatkan
tumbuhnya budaya birokrasi yang kuat, yaitu
akuntabilitas pimpinan perguruan tinggi hanya
pada pemerintah, sedangkan akuntabilitas
pada stakeholders lainnya diabaikan
Perguruan tinggi hanya mendapatkan subsidi
pendanaan dari pemerintah yang sangat kecil
dan masih dibebani pajak, bea masuk, dan
berbagai peraturan Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang rumit
Alokasi APBN sektor pendidikan masih sangat
rendah dibandingkan dengan negara maju
dan negara tetangga
KENDALA (3)
Daya tampung perguruan tinggi masih
terbatas, walaupun jumlahnya cukup besar (81
PTN dan 2235 PTS untuk S1 dan D3)
Kesempatan belajar di perguruan tinggi harus
melalui persaingan ketat
Permasalahan dasar SDM perguruan tinggi
mencakup kuantitas, kualitas, dan kinerja
Sebaran SDM terkonsentrasi pada wilayah
tertentu, dan kurang efisien pemanfaatannya
dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi
Sistem pengelolaan PNS yang sentralistik
tidak sesuai dengan prinsip merit based yang
seyogyanya berlaku untuk dosen
KENDALA (4)
Kinerja dan mutu SDM yang buruk menunjuk-
kan pengelolaan yang tidak efektif dan tidak
efisien
Adanya UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional merupakan langkah awal
untuk memberikan dasar hukum yang lebih
kuat dalam pengelolaan perguruan tinggi
dalam bentuk Badan Hukum Pendidikan
(BHP), walaupun untuk penerapannya masih
memerlukan peraturan perundangan yang lain
Pola pengelolaan sentralistik menyebabkan
proses penjaminan mutu lebih bersandar
kepada inisiatif pemerintah pusat
AKTUALISASI LINGKUNGAN
KONTEKSTUAL PERGURUAN TINGGI (1)
Perguruan tinggi perlu beradaptasi dengan
perubahan lingkungan kontekstualnya yang
terjadi secara terus menerus
Kehidupan Perguruan tinggi senantiasa
dikontrol oleh Kekuasaan yang dominan di
masyarakat
Perguruan tinggi memiliki tradisi untuk
melawan argumentasi dogmatik dengan
pemikiran deduktif rasional yang bertumpu
pada analisis kreatif dan kritik progresif
Perguruan tinggi diharapkan menjadi sumber
pembaharuan yang berkelanjutan
AKTUALISASI LINGKUNGAN
KONTEKSTUAL PERGURUAN TINGGI (2)
Perguruan tinggi perlu diberikan otonomi dari
pengaruh kontrol eksternal yang mengekang
untuk dapat menjalankan misinya sebagai
penjaga kebebasan bernalar dan berekspresi
Perguruan tinggi perlu menyuarakan hati
nurani masyarakat, tetapi sering kali hal itu
tidak dapat terlaksana karena sudah tidak lagi
independen atau karena selama ini
perguruan tinggi berkembang sebagai
menara gading yang terisolasi dari
masyarakat luas
AKTUALISASI LINGKUNGAN
KONTEKSTUAL PERGURUAN TINGGI (3)
Otonomi perguruan tinggi seyogyanya tidak
diartikan dalam konteks finansial
Proses pencerdasan dan pendewasaan hanya
dapat berlangsung di dalam lingkungan yang
bebas dari dominasi logika penguasa
birokratik, politik, atau ekonomik
Otonomi tidak boleh mengisolasi perguruan
tinggi dari masyarakat (ivory tower syndrome)
Masyarakat luas perlu membantu perguruan
tinggi agar perguruan tinggi dapat melepaskan
diri dari kekangan kekuasaan eksternal yang
ekslusif
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (1)
Perguruan tinggi perlu berupaya untuk keluar
dari jepitan dunia bisnis yang mencari laba
secara kompetitif dengan sektor publik yang
birokratik, tanpa menjadi terasing
Meskipun Perguruan tinggi tergantung pada
dunia bisnis dan sektor publik, tetapi tetap
perlu beroperasi secara independen
Perguruan tinggi perlu berorientasi pasar,
tetapi tetap menjaga budaya akademiknya
yang bernuansa utopia dan idealistik
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (2)
Penyelenggara perguruan tinggi perlu
bersemangat wirausaha dan menyadari nilai
dari pemikiran dan karyanya
Penyelenggara perguruan tinggi adalah
orang-orang profesional yang menjunjung
tinggi etika akademik
Perguruan tinggi berkewajiban menerawang
ke masa depan dan membantu masyarakat
memanfaatkan peluang yang ada secara
bertanggung jawab
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (3)
Perguruan tinggi adalah suatu usaha nirlaba
yang mau menginvestasikan sebagian
kekayaannya di dalam usaha bisnis
Perguruan tinggi semakin tergantung pada
dana publik, tetapi tidak boleh menjadi beban
bagi masyarakat
Peningkatan jumlah peserta didik jangan
dijadikan sebagai usaha meningkatkan
pendapatan, tetapi perlu dilakukan dalam
rangka meningkatkan dukungan masyarakat
pada perguruan tinggi
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (4)
Perguruan
tinggi perlu membangun dukungan
masyarakat (termasuk finansial) melalui:
Peningkatan kredibilitas dan citra perguruan tinggi
Peningkatan penghargaan masyarakat terhadap
nilai ekonomik ilmu pengetahuan yang dikelola
perguruan tinggi
Perluasan jejaring kerjasama profesional yang
dibangun perguruan tinggi dengan melibatkan
masyarakat
Pengembangan intelektualitas di kalangan warga
perguruan tinggi yang tercermin dari munculnya
berbagai gagasan pembaharuan yang dihargai
masyarakat
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (5)
Dalam fungsinya sebagai penghasil
ataupun pengembang pengetahuan, maka
perguruan tinggi diharapkan dapat:
menghasilkan pengetahuan praktikal
berdasarkan pesanan
bertumpu pada pengetahuan eksplisit yang
tertanam dalam fasilitas fisik dan laboratoria
(Modal Fisik)
beroperasi dengan menggunakan prinsip-
prinsip bisnis
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (6)
Dalam fungsinya sebagai Pencipta
Masyarakat Berpengetahuan, maka perguruan
tinggi diharapkan dapat:
menghasilkan pengetahuan hibrida yang
kontekstual melalui penelitian mandiri dan
kerjasama profesional
bertumpu pada modal intelektual, modal
sosial, dan modal lunak (Modal Maya) yang
tertanam dalam diri anggota perguruan tinggi
berkiprah dengan mengaktifkan komunitas
praktisi dan komunitas pakar
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (7)
Kemampuan menciptakan masyarakat
berpengetahuan didasarkan pada asumsi
bahwa :
Pelaku di perguruan tinggi adalah orang-orang yang
cerdas, memiliki potensi intelektual tinggi dan
terhormat
Perguruan tinggi memiliki potensi kolektif yang besar
yang terbentuk dari penggabungan sinergistik dari
potensi insani para anggotanya
Potensi kolektif perguruan tinggi dapat dimanfaatkan
untuk membangun entitas ekonomi berbasis
pengetahuan yang tangguh
Perguruan tinggi perlu mendapatkan dukungan
politik yang kuat untuk bertumbuh kembang
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (8)
Perguruan tinggi perlu dipandang sebagai
habitat tempat bertumbuh kembang modal
intelektual
Pengetahuan dan kearifan tertanam dalam
diri para anggota perguruan tinggi
Modal intelektual merupakan perpaduan
sinergistik dari pengetahuan anggota dan
mitra perguruan tinggi, maka sekat-sekat
pemisah yang terdapat di perguruan tinggi
perlu dihilangkan atau dibuat lebih tembus
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (9)
Perguruan tinggi dapat menjadi habitat yang
subur bagi bertumbuhnya kembangnya
ekologi pengetahuan yang dinamik, bila
dikelola secara organik, fleksibel, dan mampu
memelihara keseimbangan antara struktur dan
spontanitas
Perguruan tinggi perlu menjadi wahana untuk
pengetahuan hibrida dapat terus dihasilkan,
diperkaya, diuji, ditingkatkan nilai utilitas sosio-
ekonomiknya, dan dimanfaatkan
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (10)
Perguruan tinggi perlu memberi basis sosial
yang mantap bagi pengetahuan yang
dikembangkannya dengan cara membangun
jejaring kerjasama dengan para praktisi di
masyarakat (investasi modal sosial)
Perguruan tinggi juga perlu menjaga
rasionalitas dalam menumbuh-kembangkan
dan menyebarluaskan pengetahuan dengan
mengukuhkan kredibilitas akademiknya
dengan cara berpartisipasi secara pro-aktif di
dalam komunitas pakar
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (11)
Perguruan tinggi perlu melakukan investasi
dalam modal moral untuk mengukuhkan
kredibilitas akademik dan integritas
moralnya dengan cara berusaha
menegakkan dan menjaga nilai-nilai
kebebasan secara konsisten
Perguruan tinggi perlu menjadi wahana
tempat kegiatan menyelidik dan memberi
makna (inquiry and sense making) dapat
berlangsung dengan bebas, lancar dan
berkesinambungan
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (12)
Perguruan tinggi perlu menjadi wahana tempat
dijalankannya kegiatan memberi struktur dan
merancang (framing and design) kepada
pengetahuan nirwujud yang terdapat di
lingkungan yang chaordic dalam rangka
mewujudkannya menjadi pengetahuan
eksplisit yang praktikal dan bernilai tinggi
Lingkungan yang chaordic jangan dipandang
sebagai lingkungan yang kacau, tetapi sebagai
lingkungan yang belum jelas strukturnya
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (13)
Orang-orang dapat menjaga kelangsungan
hidupnya di dalam lingkungan yang chaordic
dengan cara melakukan adaptasi yang terus
menerus Proses adaptasi pada dasarnya
adalah proses belajar inovatif yang kontekstual
Perguruan tinggi perlu menghidupkan
masyarakat pengetahuan dengan cara berbagi
pengetahuan dan membangun jejaring
kerjasama (sharing and networking) dan
jangan terpaku pada usaha penguasaan
pengetahuan tekstual saja
KONDISI PENYELENGGARAAN
PERGURUAN TINGGI YANG
DIHARAPKAN (14)
Para anggota perguruan tinggi perlu menyikapi
penguasaan pengetahuan dengan mentalitas
berlebih (abundant mentality)
Pimpinan perguruan tinggi perlu
mengembangkan pengaruh dan
kekuasaannya dari kepakaran, wawasan, serta
integritasnya, bukan dari kedudukan dan
otoritas formalnya
Transparansi menjadi prasyarat bagi kemajuan
perguruan tinggi sebagai suatu masyarakat
pengetahuan yang demokratik dan terbuka
KONSEPSI AKTUALISASI
LINGKUNGAN KONTEKSTUAL
PERGURUAN TINGGI (1)

SUBYEK & OBYEK :


1. Supra-struktur : pembuat dan pengawas kebijakan
(lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif)
2. Infra-struktur : Partai politik, LSM, Tokoh Masyarakat,
Masyarakat Perguruan Tinggi (pimpinan, dosen, staf
pendukung, mahasiswa), Masyarakat Umum (orang
tua, sektor produktif, asosiasi profesi, alumni PT)
3. Sub-struktur : Media Massa, Regulasi
KONSEPSI AKTUALISASI
LINGKUNGAN KONTEKSTUAL
PERGURUAN TINGGI (2)

METODA YANG DIGUNAKAN:


FASILITASI
SOSIALISASI
REORIENTASI
INISIASI
REVITALISASI
REGULASI
KONSEPSI AKTUALISASI
LINGKUNGAN KONTEKSTUAL
PERGURUAN TINGGI (3)

PROGRAM MELIPUTI :
1. GOVERNANCE
2. PENDANAAN
3. SUMBER DAYA MANUSIA
4. PERATURAN PERUNDANGAN
5. PENJAMINAN MUTU
KONSEPSI AKTUALISASI
LINGKUNGAN KONTEKSTUAL
PERGURUAN TINGGI (4)

PENJELASAN PROGRAM :
1. GOVERNANCE atau cara pengelolaan Perguruan
Tinggi menjadi suatu organisasi yang sehat, dan
mampu menyelenggarakan pendidikan tinggi yang
bermutu, efisien, produktif, dan akuntabel, yaitu
dengan mengembangkan sistem pendidikan tinggi
yang bertumpu pada otonomi dan desentralisasi
melalui reorientasi paradigma, fasilitasi dan
sosialisasi suatu kebijakan Pemerintah
KONSEPSI AKTUALISASI
LINGKUNGAN KONTEKSTUAL
PERGURUAN TINGGI (5)
PENJELASAN PROGRAM :
2. PENDANAAN Upaya meningkatkan alokasi dana
dari pemerintah, dan penyadaran pentingnya
bantuan peningkatan Sumbangan Pembiayaan
Pendidikan (SPP) kepada para orang tua, serta
kontribusi dari sektor produktif untuk peningkatan
daya saing bangsa agar mutu pendidikan tinggi
nasional dapat ditingkatkan, dan menjamin
perkembangannya seiiring dinamika global dilakukan
melalui penggalangan Pendanaan dari ketiga pihak
tersebut di atas dengan mengambil inisiatif,
reorientasi, fasilitasi, dan sosialisasi dalam kebijakan
pendanaan
KONSEPSI AKTUALISASI
LINGKUNGAN KONTEKSTUAL
PERGURUAN TINGGI (6)
PENJELASAN PROGRAM :
3. SUMBER DAYA MANUSIA pengelolaan SDM
perlu mempertimbangkan berkembangnya
kebebasan akademik yang tinggi, yaitu berdasarkan
prestasi (merit based) pada setiap aspek,
terintegrasi dengan sistem pengelolaan institusi,
berbasis kompetensi dan kinerja yang memiliki
sistem renumerasi, kesejahteraan, pengembangan
kompetensi dan karier yang jelas, dan memuat
alokasi beban kerja, serta pemberian insentif yang
sesuai, wajar dan adil; peningkatan pengelolaan
dilakukan melalui inisiatif, revitalisasi proses, dan
regulasi oleh masyarakat Perguruan Tinggi
KONSEPSI AKTUALISASI
LINGKUNGAN KONTEKSTUAL
PERGURUAN TINGGI (7)

PENJELASAN PROGRAM :
4. PERATURAN PERUNDANGAN persiapan dan
evaluasi penyediaan infrastruktur untuk
pengelolaan Perguruan Tinggi yang berasaskan
desentralisasi, antara lain pemberian perubahan
status hukum pada PTN dan PTS yang memenuhi
persyaratan kemandirian, dan berperan strategis
dalam membangun pondasi dan meningkatkan
daya saing bangsa, dilakukan melalui fasilitasi
dan regulasi khusus dari pemerintah
KONSEPSI AKTUALISASI
LINGKUNGAN KONTEKSTUAL
PERGURUAN TINGGI (8)
PENJELASAN PROGRAM :
5. PENJAMINAN MUTU proses penjaminan mutu
merupakan inisiatif internal dalam rangka
menghasilkan proses pembelajaran, pengembangan
ipteks yang mampu menghasilkan lulusan yang
mempunyai karakter dan jati diri bangsa, kreatif,
inovatif, serta mampu menciptakan lapangan kerja
dan komersialisasi teknologi. Pengembangan ipteks
yang berorientasi pada kepentingan bangsa akan
mampu mengembangakan industri nasional menjadi
industri global yang handal; dan dapat dilakukan
melalui inisiatif, revitalisasi proses, dan penerapan
regulasi oleh seluruh pihak terkait
PENUTUP (1)
Untuk melaksanakan kondisi penyelenggaraan
pendidikan tinggi yang diharapkan, maka
perguruan tinggi harus mampu mengelola
dirinya sesuai dengan paradigma baru
pengelolaan pendidikan tinggi, dengan
spesifikasi yang berlainan (dalam hal sejarah,
budaya, visi, misi, pengorganisasian, model
kepemimpinan, sumber daya, serta jenis dan
jumlah peserta didik), dan dapat menentukan
sendiri tingkat dan cara pencapaian HELTS
dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan
tingkat kesiapan, kemampuan, serta situasi
dan kondisinya
PENUTUP (2)
Semuai itu diperlukan untuk mewujudkan
VISI 2010 PENDIDIKAN TINGGI
INDONESIA, yaitu pada tahun 2010 dapat
diwujudkan sistem pendidikan tinggi,
termasuk perguruan tinggi yang sehat,
dengan ciri berkualitas, memberi akses dan
berkeadilan, serta otonomi
Perguruan tinggi harus berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan peserta didik agar
mampu mengembangkan kapabilitas
intelektual yang bertanggung jawab, dan
mampu berkontribusi pada daya saing
bangsa
PENUTUP (3)
Kegiatan penelitian di Perguruan tinggi harus
mampu berfungsi sebagai inkubator yang
membantu pengembangan sistem ekonomi
berbasis ilmu pengetahuan yang adaptif dan
berkelanjutan, pengintegrasian teknologi
termaju untuk memaksimalkan akses dan
penerapan ilmu pengetahuan terkini
Sistem pendidikan yang digunakan harus
mampu berkontribusi pada pengembangan
masyarakat yang demokratis, beradab,
terbuka, dan memenuhi kriteria akuntabilitas
publik
Perlu diupayakan penjaminan mutu yang
merupakan inisiatif internal dalam suatu
organisasi yang sehat berasas otonomi

Anda mungkin juga menyukai