Anda di halaman 1dari 25

GANGGUAN PERILAKU

PADA PENDERITA EPILEPSI ANAK


DI RSUD DR. MOEWARDI:
PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO
NURUL AZMI / G0013182
KERANGKA PEMIKIRAN
HIPOTESIS PENELITIAN
1. Terdapat hubungan antara usia onset kejang dini,
frekuensi kejang sering, tipe kejang parsial, durasi
menderita epilepsi panjang dan pengobatan politerapi
dengan kejadian gangguan perilaku penderita epilepsi
anak.

2. Ada prevalensi gangguan perilaku pada penderita


epilepsi anak di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
METODE PENELITIAN
Jenis
Analitik observatif dengan pendekatan potong lintang.

Lokasi dan Waktu


Poliklinik neurologi anak RSUD Dr. Moewardi,
September Oktober 2016.

Subyek
Purposive sampling Penderita epilepsi anak berusia 3-
17 tahun yang berobat rawat jalan sejumlah 50 orang.
RANCANGAN PENELITIAN
VARIABEL PENELITIAN
Variabel terikat
Gangguan perilaku

Variabel bebas
usia onset kejang
frekuensi kejang
tipe kejang
lama menderita epilepsi
Pengobatan epilepsi
ANALISIS DATA
Variabel bebas

Usia onset kejang Uji bivariat:


(skala ordinal) Chi square

Variabel terikat
Frekuensi kejang Uji bivariat:
(skala ordinal) Chi square
Gangguan Uji multivariat:
perilaku Analisis regresi
(skala nominal) logistik
Lama menderita
Uji bivariat:
kejang
Chi square
(skala ordinal)

Tipe kejang Uji bivariat:


(skala nominal) Chi square

Obat antiepilepsi Uji bivariat:


(skala nominal) Chi square
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, didapatkan
data dasar subyek sebagai berikut:
Cont
Berikut adalah data frekuensi faktor-faktor yang berpengaruh
pada gangguan perilaku epilepsi anak:
Cont
Berdasarkan data skrining Pediatric Symptom Checklist-17 (PSC-
17), didapatkan 19 subyek (38%) mengalami gangguan perilaku.
Berikut adalah rincian hasil skrining dengan PSC-17:
Cont
Cont
Berdasarkan analisis bivariat masing masing faktor
risiko terhadap gangguan perilaku, didapatkan hasil
kelima variabel bebas tidak ada yang yang signifikan
secara statistik (p<0,05).

Frekuensi kejang sering memiliki kemungkinan 3,086


kali mengalami gangguan perilaku dibandingkan
frekuensi kejang jarang.

Pengobatan politerapi memiliki risiko 1,582 kali lebih


besar mengalami gangguan perilaku dibandingkan
monoterapi.
PEMBAHASAN
Prevalensi
(Datta et al., 2005; Lavina et al., 2015; Novriska, Sutomo dan Setyati, 2014; Ott et al., 2003)

Didapatkan 19 subyek (38%) mengalami gangguan


perilaku.

Penelitian di luar Indonesia mendapatkan prevalensi


yang lebih tinggi.

Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi lebih


rendah dibandingkan penelitian ini.
Onset Kejang Dini
(Austin dan Caplan, 2007; Jayashree et al.,1999; Lavina et al., 2014; Novriska, Sutomo
and Setyati, 2014; Oostrom et al., 2005)

Onset kejang dini tidak memiliki hubungan yang


bermakna dengan gangguan perilaku pada
pasien epilepsi anak.

Penelitian terdahulu mengenai onset kejang


memiliki interpretasi yang berbeda beda.
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan
yang bermakna, dan lainnya tidak.
Frekuensi Kejang Sering
(Austin dan Caplan, 2007; Caplan 2004; Dunn et al., 2003; Lavina et al., 2015;
Rodenburg, 2006)

Frekuensi kejang sering tidak memiliki hubungan yang signifikan


dengan gangguan perilaku pada penderita epilepsi anak.

Risiko terjadinya gangguan perilaku 3,086 kali lebih besar pada anak
dengan frekuensi kejang sering dibandingkan dengan dengan anak
dengan frekuensi kejang jarang.

Penelitian terdahulu lebih banyak yang menyatakan bahwa frekuensi


kejang tidak berpengaruh pada gengguan perilaku, tetapi ada penelitian
yang menyatakan sebaliknya.

Teori yang mendukung hasil penelitian yaitu kejang sebenarnya tidak


menyebabkan gangguan perilaku, tetapi adanya abnormalitas neurologi
dapat menyebabkan kejang dan gangguan perilaku.
Tipe Kejang Parsial
(Austin dan Caplan, 2007; Caplan et al., 2005; Novriska, Sutomo dan Setyati, 2014;
Oostrom et al., 2005)

Hasil penelitian ini menyatakan tidak ada


hubungan yang signifikan antara tipe kejang
parsial dengan gangguan perilaku pada
penderita epilepsi anak.

Penelitian mengenai tipe kejang memiliki hasil


yang inkonsisten. Beberapa menyatakan
terdapat hubungan yang sigifikan dan beberapa
menyatakan sebaliknya.
Lama Menderita Epilepsi 1 Tahun
(Adewuya et al., 2006; Buelow et al., 2003; Caplan et al., 2006; Datta et al., 2005;
Lavina et al., 2015; Novriska, Sutomo dan Setyati, 2014)

Tidak ada hubungan antara lama menderita


kejang 1 tahun dengan gangguan perilaku pasien
epilepsi anak.

Durasi menderita epilepsi yang panjang


berpengaruh pada IQ yang rendah, kemampuan
belajar yang buruk dan keterbatasan linguistik,
tetapi tidak berpengaruh pada gangguan perilaku.
Akan tetapi ada penelitian yang menunjukkan
sebaliknya.
Pengobatan Politerapi
(Austin dan Caplan, 2007; Bourgeis, 2004; Caplan et al., 2006; Harbord, 2000; Lavina et al.,
2014; Novriska, Sutomo and Setyati, 2014; Oostrom et al., 2005)

Pengobatan politerapi dengan gangguan perilaku pada penderita


epilepsi anak tidak memiliki hubungan yang bermakna.

Pengobatan politerapi memiliki risiko 1,582 kali lebih besar


mengalami gangguan perilaku dibandingkan monoterapi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengobatan politerapi


berhubungan dengan gangguan perilaku tetapi beberapa penelitian
menyatakan sebaliknya.

Obat antiepilepsi dapat menyebabkan gangguan perilaku masih


diperdebatkan karena banyak faktor lain yang berpengaruh.
Cont
Analisis multivariat dengan regresi logistik tidak dapat dilakukan karena
variabel yang memenuhi syarat p<0,25 hanya frekuensi kejang saja (p=0,068).

Kelebihan penelitian:
Menggunakan alat skrining gangguan perilaku berupa PSC-17 yang memiliki
memiliki tingkat validitas tinggi dan realibilitas tinggi.
Mengeksklusikan subyek dengan keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan,
memiliki penyakit kronis lain, serta retardasi mental untuk mengurangi bias.

Kekurangan penelitian:
Orangtua yang berpendidikan rendah atau menengah jumlahnya banyak
Orangtua yang mengantar kurang memahami keadaan anak atau kondisi psikologi
orangtua yang tidak diketahui.
Peneliti kesulitan mendapatkan sampel dalam jumlah yang ditentukan sehingga
penelitian harus mundur menjadi dua bulan.
SIMPULAN
Prevalensi epilepsi anak usia 3-17 tahun di RSUD Dr. Moewardi
yang mengalami gangguan perilaku sebesar 38%.

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara onset kejang,


frekuensi kejang, tipe kejang, lama menderita epilepsi dan
pengobatan epilepsi dengan gangguan perilaku.

Frekuensi kejang sering memiliki risiko 3,086 kali lebih besar


mengalami gangguan perilaku dibandingkan yang jarang

Pengobatan politerapi memiliki risiko 1,582 kali lebih besar


mengalami gangguan perilaku dibandingkan monoterapi.
SARAN
Bagi peneliti yang akan datang diharapkan untuk melanjutkan dengan variabel
yang lebih spesifik, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai pembanding.

Bagi peneliti yang akan datang hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi.

Bagi klinisi seyogyanya memberikan penatalaksanaan yang lebih komprehensif


meliputi aspek biologi, psikologi dan sosial.

Bagi klinisi seyogyanya melakukan skrining gangguan perilaku pada penderita


epilepsi anak.

Bagi masyarakat agar penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk


meningkatkan kewaspadaan mengenai gangguan perilaku pada pasien epilepsi.
DAFTAR PUSTAKA
Adewuya AO, Oseni SBA, Okeniyi JAO (2006). School performance of Nigerian adolescents with epilepsy.
Epilepsia 47:415 420.
Austin, J and Caplan R (2007). Behavioral and Psychiatric Comorbidities in Pediatric Epilepsy: Toward an
Integrative Model. Epilepsia, 48(9), pp.1639-1651.
Bourgeis BFD (2004). Determining the effects of antiepileptic drugs on cognitive function in pediatric patient
with epilepsy. J Child Neurol 19: 15-42.
Buelow JM, Austin JK, Perkins S, Shen J, Dunn D, Fastenau P (2003). Behavior and mental health problems in
children with epilepsy and low IQ. Dev Med Child Neurol 45:683 692.
Burton K, Rogathe J, Hunter E, Burton M, Swai M, Todd J, Neville B, Walker R and Newton C (2011).
Behavioural comorbidity in Tanzanian children with epilepsy: a community-based case-control
study. Developmental Medicine & Child Neurology, 53(12), pp:1135-1142.
Caplan R, Siddarth P, Gurbani S, Hanson R, Sankar R, Shields WD (2005). Depression and anxiety disorders in
pediatric epilepsy. Epilepsia 46: 720 730.
Caplan R, Siddarth P, Gurbani S, Lanphier E, Koh S, Sankar R (2006). Thought disourder: a developmental
disability in pediatric epilepsy. Epilepsy behav 8:726 735.
Caplan R, Siddarth P, Gurbani S, Oh D, Sankar R, Shields WD (2004). Psychopathology and pediatrci Complex
partial seizures: seizure-related, cognitive, linguistic, variables. Epilepsia 45: 1273-1286.
Dahlan MS (2010). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika.
Datta S, Premkumar T, Chandy S, Kumar S, Kirubakaran C, Gnanamuthu C and Cherian A (2005). Behaviour
problems in children and adolescents with seizure disorder: associations and risk factors. Seizure, 14(3),
pp:190-197.
Cont
Dunn D, Austin J, Caffrey H, Perkins S (2003). A prospective study of teachers ratings of behavior problems in
children with new onset seizures. Epilepsy Behav 4:26 35.
Harbord MG (2000). Significant anticonvulsant side-effects in children and adolescent. J Clin Neurosci 7:213 216.
Jayashree K, Talukdar B, Srivastava PK, Sharma U (1999). Cognitive function and behavior in epileptic children of
school going age. Indian Pediatr, 36:1032-8.
Lavina A, Widodo DP, Nurdadi S, Tridjaja B (2015). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Perilaku pada
Anak Epilepsi. Sari Pediatri Vol. 16, retrieved April, 28 2016, from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/16-6-7.pdf ,
pp: 410 - 4.
Novriska D, Sutomo R, Setyati S (2014). Behavioral problems in children with epilepsy. Pediatrica Indonesiana,
54(6), p: 326.
Oostrom KJ, Smeets-Schouten A, Kruitwagen CLJJ, Peters ACB, Jennekens-Schinkel A (2005) Not only a matter of
epilepsy: early problems of cognition and behavior in children with epilepsy only a prospective, longitudinal,
controlled study starting at diagnosis. Brain A Journal of Neurology. London: Oxford University Press, 128: 1456-
1555.
Ott D, Siddarth P, Gurbani S, Koh S, Tournay A, Shields W and Caplan R (2003). Behavioral Disorders in Pediatric
Epilepsy: Unmet Psychiatric Need. Epilepsia, 44(4), pp:591-597.
Ott D, Siddarth P, Gurbani S, Koh S, Tournay A, Shields W and Caplan R (2003). Behavioral Disorders in Pediatric
Epilepsy: Unmet Psychiatric Need. Epilepsia, 44(4), pp:591-597.
Rodenburg R, Meijer A, Decovic M, Aldencamp A (2006). Famili predictors of psychopathology in children with
epilepsy. Epilepsia 47:601-614.
Turky A, Beavis J, Thapar A and Kerr M (2008). Psychopathology in children and adolescents with epilepsy: An
investigation of predictive variables. Epilepsy & Behavior, 12(1), pp:136-144.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai