Anda di halaman 1dari 57

LOGIKA

MATEMATIKA
1.1 LOGIKA PROPOSISI
Kalimat Deklaratif (Prposisi) adalah kalimat yang bernilai
benar atau salah, tapi tidak keduanya.
Contoh 1.1
4 adalah bilangan prima adalah suatu kalimat deklaratif
dengan nilai salah
Jakarta adalah ibukota negara Indonesia adalah suatu
kalimat deklaratif dengan nilai benar.
Di manakah letak pulau Bali? bukan kalimat deklaratif karena
smerupakan kalimat tanya sehingga tidak dapat ditentukan
nilai kebenarannya.
x+y = 2 bukan kalimat deklaratif karena kebenaran kalimat
tergantung dari nilai x dan y.
Dalam
logika, dua atau lebih kalimat deklaratif dapat
dihubungkan dengan penghubung kalimat. Dalam logika tidak
disyaratkan adanya korelasi arti di antara kedua kalimat
penyusunnya. Penekanan lebih dtujukan kepda
bentuk/susunan kalimat (sintaks), bukan pada arti kalimat
penyusunannya dalam kehidupan sehari-hari (semantik).
Kebenaran keseluruhan kalimat semata-mata hanya
tergantung pada nilai kebenaran antara kalimat-kalimat
penyusun itu.

Jika p dan q adalah kalimat, maka tabel kebenaran


penghubung tampak pada tabel 1.1 (T = True/benar; F =
False/salah). Secara umum, jika ada n variabel (p, q, r, . . .),
maka tabel kebenaran memuat baris.
Tabel 1.1
p q
Tidak p p dan p atau Jika p p bila dan hanya
q q maka q bila q
T T F T T T T
T F F F T F F
F T T F T T F
F F T F F T T
Pada Implikasi dapat pula dibaca sebagai bila p maka q, q
apabila p, p hanya bila q.
Pada Implikasi , p adalah syarat cukup untuk q, sedangkan q
adalah syarat perlu untuk p.
CONTOH 1.2
Misal
p : hari ini panas
q : hari ini cerah
Kalimat Hari ini tidak panas tapi cerah disimbolkan
dengan q.
Kalimat Hari ini tidak panas dan tidak cerah
disimbolkan dengan q.
Kalimat Tidak benar bahwa hari ini panas dan cerah
disimbolkan dengan q).
CONTOH 1.3
Tabel
kebenaran untuk ekspresi logika tampak pada
tabel 1.2.

p q
T T T T F F
T F F T F F
F T T T F F
F F T F T T
CONTOH 1.4
Jika

p dan q bernilai benar (T) dan r bernilai salah (F), maka nilai
kebenaran simbol dapat dilakukan mensubtitusi nilai-nilai
kebenaran ke masing-masing vaiabel p, q, r.

Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai


benar (T). Dalam tabel kebenaran, suatu tautologi selalu bernilai
T pada semua barisnya.
Kontradiksi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai
salah (F). Dalam tabel kebenaran, kontradiksi selalu bernilai F
pada semua barisnya.
CONTOH 1.5

merupakan
suatu tautologi. Hal ini tampak pada tabel
1.3. Semua baris pada kolom bernilai T, sehingga
merupakan tautologi.

p q
T T T T
T F F T
F T F T
F F F T
Dua
kalimat disebut Ekivalen (secara logika) bila dan hanya bila
keduanya mempunyai nilai kebenaran yang sama untuk semua
subtitusi nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya dua
kalimat ekuivalen tidak mensyaratkan semua baris bernilai T. Jika P
dan Q adalah kalimat-kalimat yang ekuivalen maka dituliskan PQ
(atau P). Jika P Q maka Q P juga.
Contoh 1.6
Kenyataan bahwa ekuivalen dengan dapat dilihat pada tabel 1.4
Tampak bahwa nilai kebenaran kolom dan selalu sama pada
semua baris. Berarti

p q
T T F F F T T
T F F T T F F
F T T F T F F
F F T T T F F
SOAL
1.1
Manakah di antara berikut ini yang merupakan proposisi?
a. 2+2=4
b. Siapakah namamu?
c. Kevin lebih tinggi dari Dea.
d. 64 =
e. 1.024 bilangan bulat 4 digit terkecil yang merupakan kuadrat suatu bilangan bulat.
f. x = 25
1.2. Misal k = Elva orang kaya
s = Elva bersuka cita
Anggaplah ingkaran dari kaya adalah miskin dan ingkaran dari bersuka cita adalah
sedih.
Tuliskan bentuk simbolis kalimat-kalimat berikut ini :
g. Elva orang yang miskin tapi bersuka cita.
h. Elva orang kaya atau ia sedih.
i. Elva tidak kaya ataupun bersuka cita.
j. Elva seorang yang miskin atau ia kaya tetapi sedih.
1.3.
diketahui kalimat :
p : Kevin sedang bermain di taman
q : Kevin ada di dalam rumah
r : Kevin sedag mengerjakan PR
s : Kevin sedang mendengarkan musik
a. Nyatakan kalimat: Jika Kevin tidak bermain, maka pastilah ia sedang
mengerjakan PR di dalam rumah sambil mendengarkan musik
b. Nyatakan kalimat: Kevin sedang mengerjakan PR jika ia mendengarkan
musik.
c. Kalimat apakah yang dinyatakan dalam bentuk simbolik sebagai
1.4. buatlah tabel kebenaran untuk kalimat dalam bentuk simbol-simbol di
bawah ini.
1.5 jika kalimat p bernilai True, tentukan nilai kebenaran kalimat berikut ini (jika
memungkinkan).
a. pq
b. qp
c. pq
d. (p q) p
e. (p q) q

1.6 Tentukan ingkaran kalimat-kalimat berikut ini:


f. Jika r rasional, maka angka-angka desimalnya akan berulang.
g. Jika n adalah bilangan prima, makan n adalah bilangan ganjil atau n = 2.
h. Jika n habis dibagi 6, maka n habis dibagi 2 dan n habis dibagi 3
i. x bilangan genap bila dan hanya bila x habis dibagi 2
j. Jika x 2 atau x -2, maka 4
HUKUM EKUIVALENSI LOGIKA
Beberapa
hukum ekuivalensi logika adalah sebagai berikut:
1. Hukum Komutatif : p q q p ; p q q p
2. Hukum Assosiatif: (p q) r p (q r)
(p q) r p (q r)
3. Hukum Distributif: p (q r) (p q) (p r)
p (q r) (p q) (p r)
4. Hukum Identitas : p T p ; p F p
5. Hukum Ikatan :p T T ;p F F
6. Hukum Negasi :p p T ;p p F
7. Hukum Negasi Ganda : (p) p
8. Hukum Idempoten :p p p;p p p
9. Hukum De Morgan : (p q) p q
(p q) p q
10. Hukum Absorbsi : p (p q) p ; p (p q) p
11. Negasi T dan F : T F ; F T
Dalam
membuktikan ekuivalensi P Q, ada 2 pendekatan yang biasa dilakukan:
1. Menggunakan tabel kebenaran. Ekuivalensi P Q benar jika kolom P dan kolom Q bernilai
sama untuk setiap barisnya.
2. Salah satu kalimat diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hukum-hukum yang
ada) sehingga akhirnya didapat kalimat yang lainnya. Secara umum, biasanya bentuk yang
lebih kompleks yang diturunkan ke bentuk yang lebih sederhana, atau kedua kalimat (P
atau Q) masing-masing diturunkan secara terpisah (dengan menggunakan hukum-hukum
yang ada) sehingga akhirnya sama-sama didapat R.
Contoh 1.7
(p q) p q. Kenyataan ini dapat dilihat dari tabel 1.5.

p Q p q p p q
TT TT TT FF TT
TT FF FF FF FF
FF TT TT TT TT
FF FF TT TT TT
Menggunakan
contoh 1.7, ingkaran dari implikasi p q dapat dilakukan menggunakan hukum
ekuivalensi logika:
(p q) (p q) (Transformasi dari ke )
(p) q (Hukum De Morgan)
pq (Hukum Negasi Ganda)
Didapat relasi:
(p q) (p q)
(p q) (p q)
Contoh 1.8
Bentuk (p q) (p q) dapat disederhanakan menggunakan hukum-hukum logika sebagai berikut:
((p) q) (p q) (hukum de morgan)
(p q) (p q) (hukum negasi ganda)
p (q q) (hukum distributif)
pF (hukum negasi)
p (Hukum Identitas)
LATIHAN

Bentuk
(p q) (p q). Sederhanakan dalam menggunakan hukum-hukum logika proposisi.
KONVERS, INVERS DAN KONTAPOSISI

misalkan p q adalah suatu implikasi
Konversnya adalah q p
Invernya adalah p q
Kontraposisinya adalah q p
Suatu implikasi selalu ekuivalen (nilai
kebenarannya sama) dengan
kontraposisinya. Akan tetapi suatu
implikasi tidak selalu ekuivalen dengan
invers ataupun konversnya. Hal ini tampak
pada tabel 1.6. Nilai kebenaran tiap baris
implikasi mula-mula (kolom p q) sama
Tabel 1.6

p q p q Impli Konv Invers Kontrap


kasi ers pq osisi
T T F F pq
T qp
T T qTp
T
T T
F F
F F
T T
F T
T T
T T
F
T
F F
T F
T T
F F
T T
F T
F F
T
F
F T
F T
T F
T T
T F
T F
T T
T
F F T T T T T T
Contoh 1.10
Implikasi : Jika A suatu bujursangkar, maka A merupakan 4
persegi panjang bernilai benar.
Konvers : Jika A merupakan 4 persegi panjang maka A adalah
suatu
bujursangkar
Invers : Jika A Bukan bujursangkar, maka A bukan persegi
panjang.
Kontraposisi : Jika A bukan 4 persegi panjang, maka A bukan
bujursangkar.
Tampak bahwa konvers salah. Suatu 4 persegi panjang belum
tentu merupakan suatu bujursangkar. Demikian juga invers.
Kalau A bukan bujursangkar, maka A mungkin saja merupakan
4 persegi panjang. Kontraposisi bernilai benar. Jika A bukan 4
persegi panjang, pastilah A bukan bujursangkar
Kontraposisi selalu bernilai sama seperti implikasi mula-mula.
Tentukan kontraposisi dari kalimat berikut:
a. Jika ABCD adalah empat persegi panjang,
maka ABCD adalah bujur sangkar.
b. Aku tidak pergi bila kamu tidak mau ikut
c. Jika ab = 0, maka a = 0 atau b = 0
1.2 INFERENSI LOGIKA
Misalkan
kepada kita diberikan proposisi. Kita dapat menarik
kesimpulan baru dari deret proposisi tersebut. proses penaikan
kesimpulan dari beberapa proposisi disebut inferensi (inference).
1. Modus Ponen atau law of detachment
Kaidah ini didasarkan pada tautologi (p (p q)) q, yang dalam hal
ini, p dan p q adalah hipotesis, sedangkan q adalah konklusi.
Kaidah modus ponen dapat ditulis dengan cara:
Hipotesa
p q (premis)
p
q } kesimpulan (konklusi)
Simbol dibaca sebagai jadi atau karena itu. Modus Ponen
menyatakan bahwa jika hipotesis p dan implikasi p q benar, maka
konklusi q benar.
Contoh
1.11
Misalkan implikasi Jika 20 habis dibagi 2, maka 20
adalah bilangan genap dan hipotesis 20 habis
dibagi 2 keduanya benar. Maka menurut modus
ponen, inferensi berikut:
Jika 20 habis dibagi 2, maka 20 adalah bilangan
genap. 20 habis dibagi 2. Karena itu, 20 adalah
bilangan genap
adalah benar. Kita juga dapat menuliskan inferensi di
atas sebagai:
Jika 20 habis dibagi 2, maka 20 adalah bilangan
genap
20 habis dibagi 2
20 adalah bilangan genap
Modus Tollen
2.
Kaidah ini didasarkan pada tautologi [ q (p q)] p, kaidah ini
modus tollens ditulis dengan cara:
p q
q
p
Contoh 1.12
Misalkan implikasi Jika n bilangan ganjil, maka bernilai ganjil
dan hipotesis bernilai genap keduanya benar. Maka menurut
modus tollen, inferensi proposisi tersebut adalah:
Jika n bilangan ganjil, maka bernilai ganjil
bernilai genap
n bukan bilangan ganjil
adalah benar.
Penambahan Disjungtif / Penjumlahan
3.
Kaidah ini didasarkan pada tautologi p (p q). Kaidah
penjumlahan ditulis dengan cara:
p q
Atau
p q p q
Contoh 1.13
Penarikan kesimpulan seperti berikut ini:
Taslim mengambil kuliah Logika Matematika. Karena itu,
Taslim mengambil kuliah Logika Matematika atau mengulang
Kuliah Matematika Diskrit
Menggunakan kaidah penambahan Disjungtif/penjumlahan, atau
dapat juga ditulis dengan cara:
Taslim mengambil kuliah Logika Matematika
Taslim mengambil kuliah Logika Matematika atau mengulang
Kuliah Matematika Diskrit
4.Simplifikasi / Penyerdehanaan Konjungtif
Kaidah ini didasarkan pada tautologi (p q) p, yang dalam hal
ini, p dan q adalah hipotesis, sedangkan p adalah konklusi.
Kaidah simplifikasi/Penyederhanaan Konjungtif ditulis dengan
cara:
p q p q
p q
Contoh 1.14
Penarikan kesimpulan seperti berikut ini:
Hamid adalah mahasiswa UMS dan mahasiswa ITB. Karena itu,
Hamid adalah mahasiswa ITB.
menggunakan kaidah simplifikasi/penyederhanaan Konjungtif,
yait dengan cara:
Hamid adalah mahasiswa UMS dan mahasiswa ITB.
Hamid adalah mahasiswa UMS

Simplifikasi berikut juga benar:
Hamid adalah mahasiswa UMS dan mahasiswa
ITB. Karena itu, Hamid adalah mahasiswa ITB
Karena urutan proposisi di dalam konjungsi p q
tidak mempunyai pengaruh apa apa.
5. Silogisme Disjungtif
Kaidah ini didasarkan pada tautologi [(p q) p] q.
Kaidah silogisme disjungtif ditulis dengan cara:
p qp q
p q
q p

Contoh 1.15
Inferensi berikut:
Saya belajar dengan giat atau saya menikah
tahun depan.
Saya tidak belajar dengan giat. Karena itu, saya
menikah tahun depan
menggunakan kaidah silogisme disjungtif, atau
dapat ditulis dengan cara:
Saya belajar dengan giat atau saya menikah
tahun depan
Saya tidak belajar dengan giat
Saya menikah tahun depan
Silogisme Hipotesis
6.
Kaidah ini didasarkan pada tautologi [(p q) (q r)] (p r).
Kaidah silogisme ditulis dengan cara:
p q
q r
p r
Contoh 1.16
Misalkan implikasi Jika saya belajar dengan giat, maka saya
lulus ujian dan implikasi Jika saya lulus ujian, maka saya
cepat menikah adalah benar. Maka menurut kaidah silogisme
hipotesis, inferensi berikut.
Jika saya belajar dengan giat, maka saya lulus ujian
Jika saya lulus ujian, maka saya cepat menikah
Jika saya belajar dengan giat, maka saya cepat menikah
adalah benar
Konjungsi
7.
Kaidah ini didasarkan pada tautologi ((p) (q)) (p q). Kaidah
konjungsi ditulis dengan cara:
p
q
p q
Contoh 1.17
Penarikan kesimpulan seperti berikut ini:
Taslim mengambil kuliah Logika. Taslim mengulang kuliah Kalkulus.
Karena itu, Taslim mengambil kuliah Logika dan mengulang kuliah
Kalkulus
menggunakan kaidah konjungsi, atau dapat juga ditulis dengan
cara:
Taslim mengambil kuliah Logika
Taslim mengulang kuliah Kalkulus.
Taslim mengambil kuliah Logika dan mengulang kuliah Kalkulus

8. Dilema
p q
p r
q r
r
p : Saya belajar dengan giat
q : Saya lulus ujian
r : Saya cepat bekerja
a. Matahari tidak bersinar pagi ini dan pagi ini
lebih dingin dari kemarin
b. Kita akan berenang hanya jika matahari
bersinar
c. Jika kita tidak berenang maka kita akan naik
perahu
d. Jika kita naik perahu maka kita akan sampai
ke rumah sebelum siang
Konklusi nya kita akan sampai ke rumah
sebelum siang
1.3. ARGUMEN
Argumen
adalah rangkaian kalimat-kalimat. Semua
kalimat tersebut, kecuali yang terakhir, disebut
Hipotesa (Asumsi/Premise). Kalimat terakhir disebut
Kesimpulan.
Secara umum, hipotesa dan kesimpulan dapat
digambarkan sebagai berikut:
P1
Hipotesa
P2
(premis)
...
Pn
q } kesimpulan (konklusi)
(Tanda q dibaca jadi q atau karena itu q)
Suatu argumen dikatakan Valid (Sahih) apabila untuk
sembarang pernyataan yang disubtitusikan ke dalam hipotesa,
jika semua hipotesa tersebut benar, maka kesimpulannya juga
benar. Sebaliknya, jika meskipun semua hipotesa benar tetapi ada
kesimpulan yang salah, maka argumen tersebut dikatakan
Invalid (Palsu).
Untuk mencek apakah suatu argumen merupakan kalimat yang
valid dapat dilakukan langkah-langkah berikut:
1. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua
hipotesa dan kesimpulan.
2. Carilah baris kritis, yaitu baris di mana semua hipotesa bernilai
benar.
3. Dalam baris kritis tersebut, jika semua nilai kesimpulan benar,
maka argumen itu valid. Jika di antara baris kritis tersebut ada
baris dengan nilai kesimpulan yang salah, maka argumen
tersebut invalid.

Contoh 1.11
p(qr)
Argumen r memiliki 2 hipotesa, masing-
masing p(qr)
pq
dan r. Kesimpulannya adalah pq. Tabel kebenaran
hipotesa dan kesimpulan tampak tabel 1.7. baris
kritis adalah baris 2, 4 dan 6 (baris yang semua
hipotesanya bernilai T, ditandai dengan arsiran).
Pada baris-baris tersebut, kesimpulannya kolom
(pq) juga bernilai T. Maka argumen tersebut Valid.
Tabel 1.7.

Baris p q r qr p(qr) r pq
ke
1 T T T T T F T
2 T T F T T T T
3 T F T T T F T
4 T F F F T T T
5 F T T T T F T
6 F T F T T T T
7 F F T T T F F
8
8 F
F F
F F
F F
F F
F T
T F
F
1.Perlihatkan bahwa argumen berikut adalah salah.
Jika air laut surut setelah gempa di laut, maka
tsunami datang.
Air laut surut setelah gempa di laut. Karena itu
tsunami datang.
2. Periksa kesahihan argumen berikut ini:
Jika 5 lebih kecil dari 4, maka 5 bukan bilangan prima.
5 tidak lebih kecil dari 4.
5 adalah bilangan prima.
3. Periksa kesahihan argumen berikut ini:
Jika 17 adalah bilangan prima, maka 3 tidak habis
membagi 17.
3 habis membagi 17.
17 bukan bilangan prima

4. Periksa kesahihan argumen berikut ini:
Jika saya menyukai informatika, maka saya belajar
sungguh-sungguh.
Saya belajar sungguh-sungguh atau saya gagal.
Jika saya gagal, maka saya tidak menyukai
Informatika.
5. Periksa kesahihan argumen berikut:
Jika saya pulang kampung, maka saya tidak mengikuti
ujian susulan. Jika saya tidak lulus ujian, maka saya
pulang kampung. Tetapi saya bisa mengikuti ujian
susulan. Oleh karena itu saya lulus ujian.
Soal nomor 3 memperlihatkan bahwa
argumen yang sahih dapat mengarah ke
konklusi yang salah jika satu atau lebih dari
proposisi salah digunakan di dalam
argumen. Moral dari cerita ini adalah pada
suatu argumen yang shahih kita tidak
mengatakan bahwa konklusinya benar, kita
hanya mengatakan bahwa jika kita
menjamin hipotesisnya benar, maka kita
juga menjamin konklusinya.
KALIMAT BERKUANTOR
KALIMAT BERKUANTOR
Dalam ilmu logika, kalimat-kalimat yang memerlukan
subyek disebut Predikat. Misalkan p adalah predikat :
terbang ke bulan. Untuk menyatakan perlunya substitusi
subyek (yang tidak diketahui), maka dituliskan p(x), yang
dibaca : x terbang ke bulan. p(x) belum memiliki nilai
kebenaran karena benar/salah p(x) tergantung dari x.
Salah satu cara untuk mengubah predikat menjadi suatu
kalimat (yang memiliki nilai kebenaran) adalah dengan
mensubtitusi semua variabelnya dengan nilai-nilai
tertentu. Misalkan p(x): x habis dibagi 5 dan x
disubtitusikan dengan 35, maka p(x) menjadi 35 habis
dibagi 5 yang merupakan kalimat yang bernilai benar.

Cara lain adalah dengan menambahkan kuantor
pada kalimat. Kuantor adalah kata-kata yang
menunjukkan berapa banyak elemen yang
dibutuhkan agar predikat menjadi benar.
Ada 2 macam kuantor untuk menyatakan jumlah
obyek yang terlibat, yaitu Kuantor Universal
(simbol ) dan Kuantor Eksistensial (simbol ).
Kuantor Universal menunjukkan bahwa
setiap/semua obyek dalam semestanya
mempunyai sifat kalimat yang menyatakannya.
Kuantor Eksistensial berarti ada/beberapa obyek
dalam semestanya mempunyai sifat kalimat yang
menyatakannya.
Contoh
1.12
Kalimat berkuantor
( bilangan riil x) 0 dapat dibaca sebagai:
Kuadrat dari sembarang bilangan riil tidaklah negatif.
Semua bilangan riil mempunyai kuadrat tak negatif.
Setiap bilangan riil mempunyai kuadrat tak negatif.
Sembarang bilangan riil mempunyai kuadrat tak
negatif.
x mempunyai kuadrat tak negatif untuk setiap
bilangan riil x.

( bilangan bulat m) m dapat dibaca sebagai:
Terdapat bilangan bulat yang kuadratnya
sama dengan bilangan itu sendiri.
Ada bilangan bilangan bulat yang kuadratnya
sama dengan bilangan itu sendiri.
Kita dapat menemukan paling sedikit satu
bilangan bulat yang sama dengan
kuadratnya sendiri.
Beberapa bilangan bulat sama dengan
kuadratnya sendiri.
Contoh
1.13
Untuk menerjemahkan suatu kalimat menggunakan kuantor,
terlebih dahulu kita buat variabel yang sesuai.
Untuk menerjemahkan kalimat : Beberapa orang rajin
beribadah. Kita definisikan p(x) : x rajin beribadah. Kalimat
yang dimaksud dapat dinyatakan dengan kalimat berkuantor
sebagai (x) p(x).
Untuk menerjemahkan kalimat : Semua bayi mempunyai
wajah yang berbeda, kita definisikan q(y) : bayi mempunyai
wajah yang berbeda-beda. Kalimat yang dimaksud dapat
dinyatakan dengan kalimat berkuantor sebagai (y) q(x).
Untuk menerjemahkan kalimat Semua orang di bumi dapat
mati, kita definisikan s(x) : x dapat mati. Kalimat yang
dimaksud dapat dinyatakan dengan kalimat berkuantor
sebagai (x) s(x).
(x)
p(x) bernilai benar bila dan hanya bila p(x) benar untuk
semua x dalam semesta D. (x) p(x) bernilai salah apabila ada
x D yang menyebabkan p(x) salah. Harga x yang
menyebabkan p(x) salah disebut Contoh Penyangkal
(Counter Example).
Kuantor Eksistensial menunjukkan bahwa di antara obyek-
obyek dalam semestanya, paling sedikit ada satu obyek
(atau lebih) yang memenuhi sifat kalimat yang
menyatakannya. Beberapa kata yang digunakan untuk
menyebut Kuantor Eksistensial adalah :Terdapat ...,
Beberapa x bersifat ...., Ada ..., Paling sedikit ada satu
x ....
(x D) q(x) (kadang-kadang disingkat (x)q(x)) bernilai benar
bila dan hanya bila paling sedikit ada satu x dalam D yang
menyebabkan q(x) benar, dan bernilai salah jika untuk semua
x D, q(x) bernilai salah.

Contoh 1.14
Misalkan semesta pembicaraannya adalah
himpunan bilangan bulat.
a. (x) - 2 0
Jika x = 1 maka - 2 = - 2 = -1 0. Jadi tidak
semua x memenuhi - 2 0 sehingga kalimat
bernilai salah.
b. (x) - 10x +21 = 0
Persamaan - 10x +21 = (x-3) (x-7) = 0 akan
dipenuhi untuk = 3 dan = 7. jadi memang benar
ada x yang memnuhi relasi - 10x +21 = 0 (yaitu
3 atau 7) sehingga kalimat bernilai benar (b).

c. (x) - 10x+21 = 0
Meskipun ada x yang memenuhi - 10x + 21
= 0 (yaitu 3 atau 7 seperti pada soal (b)),
tetapi tidak semua x bersifat demikian. Jika x
= 1, maka - 10x+21 = - 10(1)+21 = 12 0.
d. (x) - 3 = 0
Persamaan - 3 = 0 dipenuhi oleh = - dan = .
Tetapi nilai dan tersebut bukanlah anggota
semesta pembicaraan. Jadi tidak ada x yang
memenuhi - 3 = 0, sehingga kalimat bernilai
salah.

Jika kalimat memuat 2 variabel (x dan y), ada 8
cara berbeda dalam menggunakan 2 kuantor
dan , masing-masing adalah (x)(y), (y)(x), (x)(y),
(y)(x), (x)(y), (y)(x), (y)(x), dan (x) (y). Jika
semua kuantornya sama maka urutan penulisan
kuantor-kuantor itu bisa dibalik. Jadi (x)(y) p(x,y)
= (y)(x) p(x,y) dan (x)(y) p(x,y) = (y)(x) p(x,y).
Akan tetapi jika kuantornya berbeda, urutan
penulisannya tidak selalu dapat dibalik. Secara
umum (x)(y) p(x,y) (x) (y) p(x,y).

Ilustrasi pebedaan antara (x)(y) p(x,y) dan
(x) (y) p(x,y) tampak pada gambar 1.1.
Gambar 1.1a adalah ilustrasi kuantor (x)(y)
p(x,y), sedangkan gambar 1.1b adalah
ilustrasi agambar (x) (y) p(x,y) b

.... .... ....

Gambar
1.1
Pada
kuantor (x)(y)p(x,y), keberadaan y tidaklah tunggal.
Untuk dan yang menyebabkan p(x,y) benar. Untuk dan
(yang tidak harus sama dengan ), dan seterusnya.
Sebaliknya, pada kuantor (x) (y) p(x,y), keberadaan x
adalah tunggal. Ada sebuah x yang menyebabkan p(x,y)
benar untuk semua y.
Untuk membuktikan bahwa pernyataan dengan kuantor
(x)(y) p(x,y) (atau (y)(x) p(x,y)) benar, kita cukup
mengambil sebuah x dan y yang memenuhi p(x,y).
Untuk membuktikan bahwa pernyataan dengan kuantor
(x)(y) p(x,y) (atau (y)(x) p(x,y)) salah, kita cukup
mengambil sebuah x dan sebuah y yang tidak memenuhi
sifat p(x,y). x dan y yang memenuhi sifat tersebut disebut
contoh penyangkal.

Secara umum, hubungan antara
penempatan kuantor ganda adalah
sebagai berikut:
(x)(y) p(x,y) (y)(x) p(x,y)
(x)(y) p(x,y) (y)(x) p(x,y)
(x)(y) p(x,y) (x)(x)p(x,y)

Contoh 1.7
Misalkan p(x,y): y adalah ibu dari x dan semesta
adalah himpunan semua manusia di bumi.
a. (x)(y)p(x,y) berarti:
Untuk setiap orang x terdapatlah seorang y
sedemikian hingga y adalah ibu dari x. dengan
kata lain: setiap orang mempunyai ibu. Misalkan
ibu dari adalah . Dan ibu dari adalah (yang
bisa sama ataupun berbeda dengan ), dan
seterusnya. Lihat gambar 1.1a untuk
ilustrasinya.

b. (y)(x)p(x,y) berarti:
Terdapatlah seorang y sehingga
untuk semua orang x, y adalah ibu
dari x. dengan kata lain: Ada
seseorang yang merupakan ibu dari
semua orang di dunia ini. Lihat
gambar 1.1b untuk ilustrasinya.
Jelas bahwa kedua pernyataan tersebut
mempunyai arti yang berbeda. Nilai
kebenaran (a) adalah benar, sedang (b)

Ingkaran kalimat: Semua x bersifat p(x) adalah
Ada x yang tidak bersifat p(x), dan ingkaran
kalimat: Ada x yang bersifat q(x) adalah Semua
x tidak bersifat q(x). Secara formal, ingkaran
kalimat berkuantor adalah sebagai berikut:
((x D) p(x)) (x D) p(x)
((x D) q(x)) (x D) q(x))
Untuk mencari ingkaran suatu kalimat, kalimat
lebih dulu ditulis ulang menggunakan kuantor,
kemudian barulah dituliskan ingkarannya, seperti
Contoh 1.18
Contoh
1.18
a. Terdapatlah bilangan x sedemikian hingga = 9.
Kalimat mula-mula : (x bulat) = 9.
Ingkaran : (x bulat) 9.
Dalam Bahasa sehari-hari :Kuadrat semua bilangan
tidak sama dengan 9
b. Semua Dinosaurus telah musnah.
Kalimat mula-mula : (x Dinosaurus) (x telah musnah)
Ingkaran : (x Dinosaurus) (x belum musnah)
Dalam Bahasa serhari-hari: Ada dinosaurus yang
belum musnah

c. Tidak ada ahli matematika yang malas.
Kalimat mula-mula dapat ditulis : Semua ahli
matematika tidak malas
atau (x ahli matematika) (x tidak malas).
Ingkaran: (x ahli matematika) (x tidak malas).
dalam Bahasa sehari-hari: Ada ahli matematika
yang malas.

Anda mungkin juga menyukai