Anda di halaman 1dari 28

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Oleh:
1.EKA MAYA M.R (21010114120014)
2.MOHAMMAD ROIS MA'RUF (21010114120017)
3.M.FACHRUL ROZY (21010114120018)
4.SATRIA BAGUS PERMANA (21010114120019)
5.CINTIA PUTRI SARASDIKA (21010114120022)
6.ASHAR ARDHI E (21010114120024)
7.MUHAMMAD RIZQI A.F (21010114120026)
8.AAN NUR AHMAD H (21010114120027)
9.BLINKA HERNAWAN P (21010114120028)
10.LENA TRI LESTARI (21010114120057)
11.SETIYO (21010114120061)
12.BILAL PRIMATAMA (21010114120062)
13.AHMAD SYUKU TIRTA AJI D (21010114120013)

DEPARTEMEN S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
Islam sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin

Dialog Umat Beragama

KERUKUNAN
KERUKUNAN
UMAT
UMAT Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah
BERAGAMA
BERAGAMA
Kebersamaan Umat Beragama dalam Kehidupan
Sosial

Latar Belakang Manfaat

Tujuan
1.Latar Belakang

Kerukunan dalam Islam diberi istilah "tasamuh" atau toleransi. Sehingga yang di maksud dengan toleransi
ialah kerukunan sosial kemasyarakatan, bukan dalam bidang aqidah Islamiyah (keimanan), karena aqidah telah
digariskan secara jelas dan tegas di dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits.

Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong
(taawun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras,
bangsa, dan agama. Dengan kerja sama dan tolong menolong tersebut diharapkan
manusia bisa hidup rukun dan damai dengan sesamanya.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama yang
sejati, harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang mengikat semua anggota
kelompok sosial yang berbeda agama guna menghindari ledakan konflik antar umat
beragama yang terjadi tiba-tiba.
2. Tujuan

a) Memahami Islam sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin


b) Memahami arti dialog umat beragama (internal/antar umat)
c) Memahami Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah
d) Memahami arti penting kebersamaan umat beragama dalam kehidupan sosial

3. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari menciptakan suasana rukun antar umat beragama
dilingkungan masyarakat yaitu dengan rasa aman, nyaman dan sejahtera.
1. Islam sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin

Islam menurut Bahasa berasal dari kata aslama-yuslimu-islam yang berarti menyelamatkan,
menyerahkan diri, tunduk, taat, dan patuh. Sebagian ahli bahasa yang lain mengatakan Islam berasal dari kata
Silm atau selamat, sejahtera, dan damai.
Adapun secara etimologis, Islam berarti agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang
diturunkan oleh Allah Taala kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam sebagai utusan-Nya
yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia. Perkataan Ad-Dinn dalam bahasa arab juga membawa pengertian kepada
agama. Maksudnya suatu cara hidup atau bentuk hidup atau peraturan hidup atau suatu pegangan hidup.
Seseorang yang mengaku beragama Islam seyogyanya mengesakan Allah swt. baik dalam keyakinan, lisan,
dan perbuatannya karena ajaran Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
Artinya :Kitab (Al Quraan) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS Al-Baqarah: 2)

Ayat di atas menunjukkan bahwa Islam merupakan dasar dan tujuan pengaturan hidup orang-orang yang bertaqwa.
Artinya, segala sesuatu yang kita lakukan haruslah berlandaskan hukum Islam (Al-Quran dan Hadis).

Benar bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Namun banyak orang menyimpangkan pernyataan ini
kepada pemahaman-pemahaman yang salah kaprah. Sehingga menimbulkan banyak kesalahan dalam praktik beragama
bahkan dalam hal yang sangat fundamental, yaitu dalam masalah aqidah.
Pernyataan bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman
Allah Taala,


Artinya :Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia
(QS. Al Anbiya: 107)
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah
rahmatan lilalamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia.
Secara bahasa, rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab, Ibnul Mandzur).
Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi Wa sallam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.
Penafsiran Para Ahli Tafsir
a) Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim:

Pertama: Alam semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi Wa sallam.
Orang yang mengikuti beliau, dapat meraih kemuliaan di dunia dan akhirat sekaligus.
Orang kafir yang memerangi beliau, manfaat yang mereka dapatkan adalah
disegerakannya pembunuhan dan maut bagi mereka, itu lebih baik bagi mereka.

Kedua: Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang beriman menerima rahmat ini dan mendapatkan
manfaat di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang kafir menolaknya. Sehingga bagi orang kafir, Islam tetap
dikatakan rahmat bagi mereka, namun mereka enggan menerima. Sebagaimana jika dikatakan Ini adalah obat bagi
si fulan yang sakit. Andaikan fulan tidak meminumnya, obat tersebut tetaplah dikatakan obat
b). Muhammad bin Ali Asy Syaukani dalam Fathul Qadir:

Makna ayat ini adalah Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad, dengan
membawa hukum-hukum syariat, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia tanpa ada
keadaan atau alasan khusus yang menjadi pengecualian. Dengan kata lain, satu-satunya alasan
Kami mengutusmu, wahai Muhammad, adalah sebagai rahmat yang luas. Karena kami
mengutusmu dengan membawa sesuatu yang menjadi sebab kebahagiaan di akhirat.
c). Muhammad bin Jarir Ath Thabari dalam Tafsir Ath Thabari:

Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat ini, tentang apakah seluruh manusia yang dimaksud dalam ayat ini
adalah seluruh manusia baik mumin dan kafir? Ataukah hanya manusia mumin saja? Sebagian ahli tafsir berpendapat, yang
dimaksud adalah seluruh manusia baik mumin maupun kafir. Mereka mendasarinya dengan riwayat dari Ibnu Abbas
radhiallahuanhu dalam menafsirkan ayat ini:

Artinya :Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ditetapkan baginya rahmat di dunia
dan
akhirat. Namun siapa saja yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bentuk rahmat bagi mereka
adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu, seperti mereka semua di tenggelamkan
atau di terpa gelombang besar
dalam riwayat yang lain:
,

Rahmat yang sempurna di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang beriman kepada Rasulullah. Sedangkan
bagi orang-orang yang enggan beriman, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang
menimpa umat terdahulu

Pendapat ahli tafsir yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang-orang beriman saja. Mereka membawakan
riwayat dari Ibnu Zaid dalam menafsirkan ayat ini:

. ,
:
Dengan diutusnya Rasulullah, ada manusia yang mendapat bencana, ada yang mendapat rahmah, walaupun
bentuk penyebutan dalam ayat ini sifatnya umum, yaitu sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Seluruh manusia yang
dimaksud di sini adalah orang-orang yang beriman kepada Rasulullah, membenarkannya dan menaatinya
Pendapat yang benar dari dua pendapat ini adalah pendapat yang pertama, sebagaimana riwayat
Ibnu Abbas. Yaitu Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam sebagai rahmat bagi
seluruh manusia, baik mumin maupun kafir. Rahmat bagi orang mumin yaitu Allah memberinya petunjuk
dengan sebab diutusnya Rasulullah Shallallahu alaihi Wa sallam. Beliau, Shallallahu alaihi Wa sallam
memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap ajaran Allah.
Sedangkan rahmat bagi orang kafir, berupa tidak disegerakannya bencana yang menimpa umat-umat
terdahulu yang mengingkari ajaran Allah
d). Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi:

Said bin Jubair berkata: dari Ibnu Abbas, beliau berkata:


,
Artinya :Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Bagi yang beriman
dan membenarkan ajaran beliau, akan mendapat kebahagiaan. Bagi yang tidak beriman kepada beliau, diselamatkan
dari bencana yang menimpa umat terdahulu berupa ditenggelamkan ke dalam bumi atau ditenggelamkan dengan air

Ibnu
Zaid berkata:

Artinya :Yang dimaksud seluruh manusia dalam ayat ini adalah
hanya orang-orang yang

beriman
e). Ash Shabuni dalam Shafwatut Tafasir:
Maksud ayat ini adalah Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi
seluruh makhluk. Sebagaimana dalam sebuah hadits:


(oleh
Artinya :Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan Allah)
Orang yang menerima rahmat ini dan bersyukur atas nikmat ini, ia akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Allah Taala tidak mengatakan rahmatan lilmuminin, namun mengatakan rahmatan lil alamin karena
Allah Taala ingin memberikan rahmat bagi seluruh makhluknya dengan diutusnya pemimpin para Nabi, Muhammad
Shallallahu alaihi Wa sallam. Beliau diutus dengan membawa kebahagiaan yang besar

Beliau juga menyelamatkan manusia dari kesengsaraan yang besar. Beliau menjadi sebab tercapainya
berbagai kebaikan di dunia dan akhirat. Beliau memberikan pencerahan kepada manusia yang sebelumnya berada
dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah kepada manusia yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang
dimaksud rahmat Allah bagi seluruh manusia
2. Dialog Umat Beragama

Pada kehidupan bermasyarakat sering kita temukan konflik antar umat beragama. Konflik tersebut
biasanya dilandaskan oleh perbedaan pemahaman dan fanatisme terhadap pemahaman agama masing-
masing. Rasa kebencian umat lain terhadap umat Islam biasanya karena tidak mengenal dengan ajaran dan
nilai-nilai agama Islam.

Hal yang menjadi tantangan oleh umat Islam saat ini adalah animo Islamophobia yaitu rasa takut
terhadap umat Islam karena umat Islam sering diidentikkan dengan paham radikal dan terorisme. Strategi
fitnah tersebut yang sering dilakukan musuh Islam (orang-orang kafir) untuk membuat citra buruk ajaran
agama Islam. Namun untuk menyikapi hal tersebut Islam mengajarkan kita untuk berdakwah dengan cara
yang baik dan tidak terpancing dengan fitnah yang dilontarkan
Islam adalah agama yang mengajarkan ketauhidan untuk hanya menyembah Allah swt semata yang dirisalahkan
oleh para rasul-rasul Allah mulai Adam AS hingga khataman nabiyin Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam, Islam
turun kebumi sebagai rahmatan lil alamin. Pada perkembangannya mendakwahkan Islam haruslah dengan cara yang
baik tidak dengan kekerasan dan paksaan. Seperti firman Allah SWT :

Artinya : "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya (Al-Imran:159)
Dialog bertujuan untuk menjaga kesatuan dan ketenteraman dalam kehidupan bermasyarakat. Namun kesalahan
kerap terjadi dalam pemahaman umat Islam mengenai arti toleransi. Sebagai umat Islam haruslah yakin bahwa hanya
Islamlah satu-satunya agama yang benar. Seperti firman Allah swt :

Artinya :Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
(QS:Al-Imran:9)



Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu
)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS:Al-Imran:85)
Tujuan dari dialog umat beragama :
a.Memahami bahwasanya manusia itu memiliki keyakinan yang berbeda. Hal tersebut dipengaruhi
oleh faktor keluarga (berdasarkan hadist Rasulullah Shallallahu alaihi Wa sallam)
b.Membangun komitmen untuk menjaga kedamaian dan toleransi umat beragama
c.Meluruskan persepsi negatif oleh umat lain terhadap ajaran agama Islam
d.Sebagai sarana dakwah untuk mengenalkan keindahan, kesantunan dan kesempurnaan ajaran
agama Islam
3. Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah

Dalam kamus bahasa arab Ukhuwwah ( ) berarti persaudaraan . Jika kita sebut Ukhuwwah al-Islamiyyah ini
berarti Ukhuwwah yang terjalin antar muslim karena ke-islaman-nya, bukan karena faktor lain.Allah Swt. berfirman:




Orang-orang beriman itu Sesungguhnya
bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (al-Hujarat, 10)

Ukhuwah Islamiyah memiliki maksud perasaan simpati atau empati antara dua orang atau lebih.
Masing-masing pihak memiliki perasaan yang sama baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih.
Nabi mengibaratkan antara satu muslim dengan muslim lainnya ibaratkan
satu tubuh. Apabila ada satu bagian yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan
sakitnya. Rasulullah SAW juga bersabda : tidak sempurna iman salah seorang
kamu,
Antarasehingga ia mencintai
sesama muslim saudaranya
tidak ada sikap seperti dilarang
saling permusuhan ia mencintai dirinyasaudaranya
mengolok-olok sendiri yang muslim.
Tidak boleh berburuk sangka dan mencari kesalahan orang lain ( Q.S al-Hujurat: 11-12)
Persaudaraan sesama manusia disebut ukhuwah insaniyah. Persaudaraan ini dilandasi oleh ajaran bahwa semua umat
manusia adalah makhluk Allah. Perbedaan keyakinan dan agama juga merupakan kebebasan pilihan yang diberikan Allah.
Hal ini harus dihargai dan dihormati.
Allah Swt, berfirman yang memiliki arti:

Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat, 49:13).

Perbedaan dan persamaan dalam berbagai bidang kehidupan dari manusia di seluruh dunia merupakan fitrah Allah,
karena itu tidak boleh ada paksaan untuk mengikuti agama atau peradaban tertentu. Semua manusia diberi kebebasan oleh
Allah Swt. Untuk menetapkan jalan hidupnya berdasarkan akal pikiran yang dimilikinya.
Allah Swt, berfirman yang memiliki arti:

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi dan
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang yang beriman
semuanya?. (QS. Yunus, 10:99)
Dalam praktik, ketegangan yang sering timbul intern umat beragama dan antar umat beragama
disebabkan oleh:
a.Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau misi
b.Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama lain. Arti
keberagamannya lebih kepada sikap fanatisme dan kepicikan (sekedar ikut-ikutan).
c.Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan
memandang rendah agama lain.
d.Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan
bermasyarakat.
e.Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama maupun antar
umat beragama.
f.Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
Dalam pembinaan umat Beragama, para pemimpin dan tokoh agama mempunyai peranan yang
besar, yaitu:

a.Menerjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama ke dalam kehidupan bermasyarakat


b.Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh
masyarakat.
c.Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara yang dilakukan
untuk suksesnya pembangunan.
d.Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta dalam usaha
pembangunan.
e.Meredamkan
Persaudaraan api-api
sesamakonflik yang adaatau
umat manusia dan berusaha
Ukhuwahmencari titik
Insaniah temudipraktikkan
telah dan solusi. Rasulullah Saw sejak
beliau hijrah ke Madinah. Sebagaimana diketahui masyarakat Madinah di masa Nabi Saw adalah masyarakat
multikultural yang terdiri dari berbagai ras, bangsa, agama, dan peradaban.
4. Kebersamaan Umat Beragama dalam Kehidupan Sosial

Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan interaksi sosial
dengan sesama manusia. Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian dan menghargai
tanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun, yang mengkhususkan diri dalam masalah
agama.

Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan
tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk
memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam
pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah
kesejahteraan hidup di negeri ini.
Ukhuwah yang islami dapat dibagi ke dalam empat macam, yaitu :

a. Ukhuwah ubudiyah atau saudara sekemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah.


b. Ukhuwah insaniyah (basyariyah), dalam arti seluruh umat manusia adalah
bersaudara, karena semua berasal dari ayah dan ibu yang sama; Adam dan Hawa.
c. Ukhuwah wathaniyah wannasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan
kebangsaan.
d. Ukhuwwah fid din al islam, persaudaraan sesama muslim.

Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh syariat Islam, kecuali bekerja sama
dalam persoalan aqidah dan ibadah. Kedua persoalan tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh
dicampuri pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerja sama yang baik.
Semua pihak menyadari kedudukannya masing-masing sebagai komponen orde baru dalam menegakkan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Antara pemerintah dengan umat beragama ditemukan apa yang saling
diharapkan untuk dilaksanakan. Pemerintah mengharapkan tiga prioritas, umat beragama, diharapkan partisipasi aktif
dan positif dalam:
a.Pemantapan ideologi Pancasila;
b.Pemantapan stabilitas dan ketahanan nasional;
c.Suksesnya pembangunan nasional.

Dalam penjelasan di atas kita harus bekerja sama atau bertoleransi dengan masyarakat umum seperti
agama lain tak terkecuali dengan Ahlul Kitab. Ahli Kitab sendiri adalah sebutan bagi umat Yahudi dan Nasrani di
dalam Al-Qur'an.
Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang memberikan pujian kepada ahlul kitab bahkan menyatakan bahwa mereka juga
ada yang beriman. Seluruh ayat-ayat tersebut jika ditilik kembali, maka konteksnya selalu bermuara pada dua hal, yaitu:

Pertama: mereka adalah orang yang beriman pada ajaran asli nabi mereka sebelum datangnya risalah Nabi Muhammad.
Kedua: atau mereka yang kemudian beriman kepada risalah Nabi Muhammad setelah kedatangannya.
Sebagai contoh dua ayat ini dapatlah
diketengahkan:




Artinya :Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak
menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah
amat cepat perhitungan-Nya (QS.Al Imron: 199)
.


Artinya :Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al-Kitab sebelum Al Quran, mereka beriman
(pula) dengan Al Quran itu. Dan apabila dibacakan (Al Quran itu) kepada mereka, mereka berkata: Kami beriman
kepadanya, sesungguhnya Al Quran itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah
orang-orang yang membenarkan(nya). (QS. Al Qashash: 52-53)

Ahlul kitab sendiri mempunyai kekhususan, di antara kekhususannya Ahlul Kitab yaitu boleh bagi seorang
muslim menikahi wanita ahlul kitab yang baik, jika memang ia mampu membentengi keimanannya.



Artinya: (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman
dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu
telah membayar maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula)
menjadikannya gundik-gundik (QS. Al Maidah: 5)

Anda mungkin juga menyukai