Anda di halaman 1dari 83

TUTORIAL

{ Pembimbing:
dr. Tety Suratika, Sp.PD
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD SAYANG
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
BAB 1

STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Ny. C
Umur : 60 tahun
Alamat : Tipar Kali, Limbangan Sari
Pekerjaan : IRT
Tgl masuk : 10/05/2017
No. R. M. K : 383701
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak napas sejak 3 bulan SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 4 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi
dan Diabetes Melitus. Pasien mengkonsumsi obat captopril dan
amlodipin untuk hipertensi yang tidak rutin dan mengkonsumsi
obat gula berupa metformin yang diminum 1x sehari.

2 tahun SMRS pasien mengeluh sangat mudah lelah, namun tidak


ada keluhan lain. Pasien hanya mengatakan aktivitas sehari-hari
mulai dikurangin dan penglihatan pasien juga mulai menurun
namun pasien tidak menggunakan kacamata.
3 bulan SMRS pasien mengeluh sesak napas yang
dirasakan saat pasien beraktivitas namun sedikit
berkurang saat pasien beristirahat. Sesak napas tidak
disertai suara ngik-ngikan. Pasien mengaku sering
terbangun malam hari karena sesak napas, pasien
tidur menggunakan 2-3 bantal.

1 bulan SMRS pasien juga mengaku kedua kaki


menjadi bengkak
2 minggu SMRS pasien mengeluh sesak napas semakin berat dan pasien tidak bisa
tidur. Sesak napas tidak disertai dengan suara ngik-ngikan. Keluhan tersebut juga
tidak disertai dengan batuk dan demam. Pasien mengeluh mual dan muntah
sebanyak 2x/hari berisi makanan dan nyeri pada ulu hati. keluhan tersebut juga
disertai dengan mencret 2-3x perhari berwarna kuning, terdapat ampas, tidak ada
lendir dan darah, sampai saat ini pasien masih mencret. BAK tidak ada keluhan,
pasien BAK sering terutama pada malam hari, warna BAK kuning, tidak nyeri dan
tidak ada darah, namun 2 minggu SMRS pasien mengatakan BAK menjadi sedikit-
sedikit dan jarang karena pasien tidak sanggup berjalan kekamar mandi. Nafsu
makan menurun, sehari hanya 4-5 sendok makan. Keluarga pasien mengatakan
sebelumnya pasien sering makan. Pasien juga mengaku lemas dan lesu. Penurunan
BB tidak diketahui pasien, riwayat sering berkeringat malam hari juga disangkal
oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Hipertensi sejak 4 tahun yang lalu
Riwayat Diabetes Melitus dengan konsumsi obat gula metformin 1x500 mg
Riwayat TB paru tidak ada
Riwayat Jantung tidak ada
Riwayat Asma tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien konsumsi obat hipertensi dan obat gula sejak 4 tahun yang lalu, namun
tidak diminum secara rutin.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, obat dan cuaca.
Riwayat Psikososial
Pasien seorang IRT, sehari-hari melakukan aktivitas dirumah, jarang
berolahraga, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Pasien terbiasa
minum kopi manis atau teh manis dipagi hari.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : TANDA-TANDA VITAL
Tampak sakit sedang TD : 170/100 mmHg
Kesadaran : CM HR : 90 x/menit
Berat badan : 63 kg RR : 26 x/menit
Tinggi badan : 156 cm Suhu : 36,40C
STATUS GENERALIS`
Sistem Deskripsi
Kepala Bentuk normocephal, warna rambut hitam, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah

rontok
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), kornea jernih (+/+), edema

palpebra -/-, Visus 2/60 dan 1/300.

Hidung Sekret (-/-), epistaksis (-/-), septum deviasi (-/-), nafas cuping hidung (-)

Mulut Mukosa mulut dan bibir kering (-), tidak terdapat sianosis, faring hiperemis (-), tonsil (T1-T1),

stomatitis (-), lidah kotor (-).


Telinga Normotia, simetris, serumen (-/-).
Leher Tidak didapatkan pembesaran KGB, pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP meningkat (+), reflek

hepatojuguler (-)
Jantung Inspeksi: iktus kordis tidak tampak

Palpasi: iktus kordis teraba pada linea axilla anterior sinistra.

Perkusi: Batas kanan jantung : linea parasternalis dextra

Batas kiri jantung : linea axilla anterior sinistra

Auskultasi: BJ I & II Reguler, murmur (-), gallop (-)


Paru Inspeksi : dada simetris (+/+), retraksi dinding dada (-/-)

Palpasi : Vokal fremitus simetris

Perkusi : Sonor pada ke 2 lapang paru, batas paru dan hepar setinggi ICS 5

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)


Abdomen Inspeksi : datar, , scar (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : supel , nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan perut (-), hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi : timpani pada 4 kuadran.


Eks. Atas teraba hangat, CRT kurang dari 2 detik, edema (-/-),sianosis (-/-)
Eks. Bawah teraba hangat, CRT kurang dari 2 detik, edema (+/+), sianosis (-/-).
KATA KUNCI

Riw. Hipertensi tdk terkontrol Intake kurang


Riw. DM trias DM + tdk terkontrol Penglihatan mata berkurang
Sesak Nyeri ulu hati
Tidur memakai 2-3 bantal TD 170/100
PND Rr 26 x
DOE JVP meningkat 5 +3
BAB mencret Rh +/+
Mual IC teraba di lateral linea aksila anterior
Muntah NTE +
Mudah lelah Pitting Udem kedua tungkai
Riw. Minum metformin 1 x 500 mg Riw. Bengkak kedua tungkai
konsumsi obat sebelum makan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb: 9,9 HbA1c: 5,8
LED : 106 OT/PT: 41/28
Ro thoraks : Susp. TB paru aktif, UR/CR: 83,1/6,5
kardiomegali Proteinuri : +4
BTA SPS : Negatif Glukosauri: +1
Elektrolit : Na 123. K 4,38. Ca Eritrosit urin : +4
0,98 Mikro Lekosit : 1-3
GDS: 63 tgl 12 KU: gelisah Mikro Eritrosit : 5-6
GD2PP: 67 tgl 12
DAFTAR MASALAH
1. DC FC NYHA III
2. HT Grade II
3. DM type 2 Uncontrolled
4. Gastropaty
5. Susp. TB paru
6. AKI
7. Elektrolit Imbalance
8. Hipoglikemia
9. Retinopati diabetikum
10. Anemia
D10% 500cc /8jam
Furosemide 3x40mg
Cedotaxime 3x1gr
Amlodipine 1x10 p.o
OMZ 1x40mg p.o
Ca Glukonas 4gr + D5% 100cc habis dalam 2 jam
Combivent nebu /8jam

PENATALAKSANAAN
BAB 2

ANALISIS KASUS
DC-FC NYHA II-III
{
Decompensasi cordis

Kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah


sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Suatu keadaan dimana terjadi penurunankemampuan fungsi
kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung.

Diagnosis DC ditegakan dengan kriteria Framingham jika


terdapat minimal 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2
kriteria minor.
23
Klasifikasi New York Heart Association (NYHA)
Kelas I Tidak ada batasan; aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan kelelahan, sesak atau
palpitasi

Kelas II Sedikit batasan pada aktivitas fisik; tidak ada gangguan


pada saat istirahat tetapi aktivitas fisik biasa menyebabkan kelelahan, sesak atau
palpitasi

Kelas III Sedikit batasan pada aktivitas fisik; tidak ada gangguan
pada saat istirahat tetapi aktivitas fisik biasa menyebabkan kelelahan, sesak atau
palpitasi

Kelas IV Tidak dapat melakukan aktivitas fisik; keluhan gagal


jantung sudah timbul saat pasien istirahat
HIPERTENSI GRADE II
{
DEFINISI DAN KLASIFIKASI HIPERTENSI
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik lebih dari
atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari atau sama
dengan 90 mmHg
KLASIFIKASI HIPERTENSI BERDASARKAN JNC VII
TATALAKSANA
Target nilai tekanan darah menurut JNC VIII
Pada populasi umum usia 60 tahun terapi farmakologi dimulai pada

SBP>150 dan DBP>90 mmHg dengan target tekanan darah <150/90mmHg


Pada populasi umum usia 60 tahun jika terapi farmakologi berhasil

mencapai SBP <140mmHg dan dapat ditoleransi secara baik tanpa efek
samping maka terapi tidak perlu diubah
Pada populasi umum <60 tahun terapi farmakologi dimulai untuk

mencapai target DBP <90mmHg (Grade A untuk usia 30-59 tahun, grade E
untuk usia 18-29 tahun) dan SBP <140mmHg
Pada populasi usia 18 tahun dengan CKD atau diabetes terapi

farmakologi bertujuan mencapai SBP <140 dan diastolik <90mmHg


PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK
MENCEGAH DAN PENGOBATAN
HIPERTENSI
Chobanian AV et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the
JNC 7 report. JAMA. 2003 May 21;289(19):256072
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROGNOSIS
2003 World Health Organization (WHO)/International Society of Hypertension (ISH) statement on
management of hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-1992
DIABETES MELITUS TIPE
2
{
Menurut American Diabetes Association (ADA), Diabetes
melitus merupakan suatu penyakit kronis kompleks yang
membutuhkan perawatan medis yang lama atau terus-
menerus dengan cara mengendalikan kadar gula darah
untuk mengurangi risiko multifaktorial.
Kriteria Mendiagnosis Diabetes
PADA PASIEN
Ditemukan dari hasil
pemeriksaan lab :
GDS : 130 (< 180)
GDP : 82 (70-110)
GD2PP : tidak ada bahan
HbA1C : 5,8 (4-6)

Diagnosis : DM tipe 2
PADA PASIEN
Menurut pasien, pertama kali di diagnosa DM tipe 2 sejak 4 tahun yang lalu dan dari
hasil pemeriksaan kadar gula darah A1c diketahui bahwa pasien ini terkontrol dalam
pengobatan DM

DURASI MENDERITA DM TIPE 2


PADA PASIEN
Ditemukan dari hasil
pemeriksaan lab :
GDS : 130 (< 180)
GDP : 82 (70-110)
GD2PP : tidak ada
bahan
HbA1C : 5,8 (4-6)

SEVERITY (CONTROL)
Diabetes mellitus tipe 2
terkontrol (controlled)
KOMPLIKASI MICROVASCULAR
MICROVASCULAR
MACROVASCULAR
MACROVASCULAR

PADA PASIEN
Ditemukan tanda tanda Retinopathy, Cerebrovascular
glaucoma or disease
komplikasi pada pasien : cataracts
Mikrovaskular :
Nephropathy : Ditemukan
CHD
protein urin 500/+4
Nephropathy
Neurophaty : (-)
Retinopathy : (Pandangan
mulai buram) Peripheral
Makrovaskular : vascular
CVD : (+) Neuropathy disease
CHD : (-)
PENGOBATAN

Pasien diberikan
pengobatan DM
Oral : Metformin 1 x 500 mg
SC : (-)
Target Gula Darah
KASUS
Pasien umur 60 tahun dan
didiagnosis DM tipe 2 sejak 4
tahun yang lalu, pasien mengaku
sering kontrol ke dokter untuk
DM tipe 2. pasien minum obat
metformin 3 x 1 sehari. Dengan
motivasi yang tinggi untuk
mengkontrol kadar gulanya.
TERAPI GIZI MEDIS PADA DIABETES

Karbohidrat
45-65% total asupan energi.
Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi batas aman
konsumsi harian (Accepted-Daily Intake)
Makan 3x/hari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat
diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Lemak
20-25% kebutuhan kalori
Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans
antara lain: daging berlemak dan susu penuh (whole milk).

Protein
10 20% total asupan energi
Sumber : seafood (ikan, udang, cumi,dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah
lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe
Pasien nefropati penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/KgBB/hari atau 10% dari kebutuhan energi
GASTROPATHY
{
Gastropati didefinisikan sebagai setiap kelainan yang
terdapat pada mukosa lambung
Manifestasi klinik dari gastropati adalah kumpulan gejala
berupa anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
TUBERCULOSIS PARU
{
Pada kasus ini
kemungkinan
terinfeksinya oleh
Mycobacterium
tuberculosis belum
bisa ditegakan karena
Tuberculosis
belum ditemukannya
Suatu penyakit bakteri pada
infeksi kronik yang pemeriksaan
disebabkan oleh penunjang, sehingga
bakteri masih diragukan untuk
Mycobacterium dikatakan sakit TB
tuberculosis
BTA +

kultur -, Bakteri
Thorax + Batuk Bersin terhirup
BTA
-,Kultur +

Sumber penularan
Cara infeksi Sakit TB
(pasien)
PATOGENES
IS
{
PENATALAKSANAAN

Menyembuhkan
penderita

Intensif
4 bulan
Memutuskan
rantai penularan Tujuan Mencegah
kematian
Tahap 2 bulan Lanjutan
pengobatan

Mencegah
kekambuhan
atau timbulnya
resistensi
terhadap OAT
Medikamentosa
Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia
menggunakan paduan OAT, yaitu :
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3

Diberikan kepada:
Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.

Pasien TB paru terdiagnosis klinis

Pasien TB ekstra paru


Efek samping obat
HASIL
Evaluasi berdasarkan :
PENGOBATA
Bulan 1
Pemeriksaan dahak 2 waktu
(PS)
N Bulan 2 Evaluasi radiologis.

Positif (+) Negatif (-)

Kat 1
Kat 2 Selesaikan
Lanjut tanpa sisipan

Hasil (+), rujuk Akses uji (-),


Periksa bulan ke 3
uji kepekaan, lanjut terapi
Akses uji (-), susp MDR tanpa sisispan
lanjut terapi Hasil (+), uji
kepekaan Periksa bulan ke 5
Periksa bulan ke 5

Hasil (-) Hasil (+), uji Hasil (-)


kepekaan, MDR
Hasil (+), uji Selesaikan
kepekaan, kat 2
Selesaikan
AKI
{
AKI
Menurut Kidney Disease Improving
Global Outcome (KDIGO) 2014, AKI
Gagal Ginjal Akut adalah
di definisakan sebagai :
penurunan fungsi ginjal yang
Kenaikan kreatinin serum 0,3
terjadi mendadak, dalam beberapa
mg/dL dalam 48 jam atau
jam - minggu, diikuti oleh
Kenaikan kreatinin serum 1,5
kegagalan ginjal untuk mensekresi
kali nilai dasar dan
sisa metabolisme nitrogen dengan
diketahui/dianggap terjadi
atau tanpa disertai terjadinya
dalam 7 hari atau
gangguan keseimbangan cairan dan
Turunnya produksi urin < 0,5
elektrolit.
cc/KgBB/Jam selama lebih dari
6 jam.
KLASIFIKASI GANGGUAN GINJAL AKUT (KDIGO, 2014)

Pada kasus ini didapatkan peningkatan kreatinin yaitu 6,5. Dimana GFR
yang didapatkan < 15. Namun peningkatan kadar kreatinin tidak diketahui
sudah berapa lama. Pada riwayat penyakit sekarang didapatkan riwayat
kencing yang hanya sedikit. Pemeriksaan urin didapatkan proteinuria +4,
Keluhan pasien mengarah ke gangguan ginjal. Jadi pasien ini diagnosis
dengan AKI stadium failure karena peningkatan serum kreatinin >3x dan
penurunan GFR >75%.
DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis AKI menurut KDIGO :
Peningkatan kadar kreatinin serum sebesar 0,3 mg/dL
(26,4mol/l),atau
Peningkatan kadar kreatinin serum 1,5 kali (> 50%) bila
dibandingkan dengan kadar referensi atau diduga terjadi
peningkatannya dalam 1 minggu, atau
Penurunan produksi urin menjadi kurang dari 0,5 cc/jam
selama lebih dari 6 jam.
Terapi Konservatif (suportif)
Komplikasi Terapi
Kelebihan cairan intravaskuler - Batasi garam (1-2 gam/hari) dan air < 1 L/hari

- Diuretik
Hiponatremia - Batasi cairan ( < 1 L/hari)

- TerHindari
T
erapi p
api pemberian cairan hipotonis engganD5%)
(termasuk
ko- nseBatasi
r vatintake kalium (<40 mmol/hari) ti Ginj
Hiperkalemia
if al
- Hindari suplemen kalium dan diuretik hemat kalium

- Beri resi potassium-binding ion excchange (kayazalate)

- Berikan glukosa 50% sebanyak 50cc + insulin 10 unit

- Beri Natrium Bikarbonat (50-100 mmol)

- Beri salbutamol 10-20 mg inhaler atau 0,5-1 mg IV

- Kalsium glukonat 10% (10 cc dalam 2-5 menit).


Asidosis metabolik - Batasi intake protein (0,8 1,0 gr/kgBB/hari)

- Beri natrium bikarbonat (usahakan kadar serum bikarbonat plasma > 15 mmol/I dan PH

arteri > 7,2


Hiperfosfatemia - Batasi intake fosfat (800 mg/hari)

- Beri pengikat fosfat (kalsium asetat-karbonat, alumunium HCL, sevalamer.


Hipokalsemia - Beri kalsium karbonat atau kalsium glukonat 10% (10-20 cc)
Hiperuriksemia - Tidak perlu terapi bila kadar asam urat < 15 mg/dL
ELECTROLYTE IMBALANCE
{
Gangguan elektrolit merupakan ketidakseimbangan
antara garam ionisasi tertentu (seperti, natrium,
kalium, kalsium, dan magnesium) dalam darah. Jika
hal ini terjadi, dapat menghasilkan
ketidakseimbangan atau gangguan elektrolit

Pada hasil laboratorium pasien didapatkan nilai natrium 117,4 (hiponatremia)


dan kalsium 0,95 (hipokalsemia).
Natrium mengatur jumlah total air dalam tubuh. Selain itu, transmisi
natrium keluar dan masuk sel juga berperan penting dalam fungsi tubuh,
terutama di otak, sistem saraf, dan otot
Manifestasi klinis :Anoreksia

Mual

Lemas

Edema otak progresif

Letargi

Kejang

Koma

kematian

Hiponatremia
Koreksi penyakit yang mendasarinya
Saline isotonik umumnya merupakan
pengobatan terpilih untuk pasien hiponatremia
dengan penurunan jumlah total natrium tubuh

Tatalaksana
Kalium, ion intraseluler utama dalam tubuh,
berperan penting dalam menentukan potensial
membran sel. Walaupun konsentrasi kalium
ekstraseluler rendah, kadar kalium pada cairan
ekstraseluler diregulasi secara hati-hati, karena
perubahan pada konsentrasi ekstraseluler
dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf
dan kardiovaskular

Hipokalemia
Manifestasi klinis
Aritmia
Penurunan kontraktilitas jantung
Tekanan darah arteri labil
Fibrosis miokard (kronik)
Tatalaksana
KCl 60-80mEq/hari (tidak boleh >8mEq/jam)
Hindari pemberian dextrose
Ion kalsium berperan pada hampir semua
fungsi esensial biologik tubuh, meliputi
kontraksi otot, pelepasan neurotransmiter dan
hormon, koagulasi darah, serta metabolisme
tulang

Hipokalsemia
Manifestasi klinis
Parastesia

Konfusi

Stridor laringeal

Spasme karpopedal

Spasme masseter

Kejang

Pengobatan
Dengan kalsium klorida (larutan 10 % 3-5 ml) atau

kalsium glukonat (10 % 10-20 ml)


HIPOGLIKEMIA
{
Hipoglikemia didefinisikan berdasarkan kadar glukosa
serum adalah sebagai berikut :
<50 mg / dL pada laki-laki

<45 mg / dL pada wanita

<40 mg / dL pada bayi dan anak-anak


1. Hipoglikemi murni : ada gejala hipoglikemi, glukosa
darah < 60 mg/dl
2. Reaksi hipoglikemi : gejala hipoglikemi bila gula darah
turun mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi
150 mg/dl
3. Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30
mg/dl
4. Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3
5 jam sesudah makan atau terjadi sebagai reaksi
terhadap karbohidrat.

BATASAN HIPOGLIKEMIA
Pada hipoglikemia akut menunjukkan gejala dan tanda
hipoglikemia ditandai dengan Triad Whipple, yaitu :
1. Keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa plasma
yang rendah
2. Kadar glukosa darah yang rendah < 3 mmol/L (55 mg/dl)
3. Kepulihan gejala setelah kelainan dikoreksi
Jenis Hipoglikemia Sign dan Simptom
Ringan Dapat diatasi sendiri dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari

Penurunan glukosa (stressor) merangsang saraf simpatis :

perspirasi, tremor, takikardia, palpitasi, gelisah

Penurunan glukosa merangsang saraf parasimpatis : lapar, mual,

tekanan darah menurun


Sedang Dapat diatasi sendiri, mengganggu aktivitas sehari-hari

Timbul gangguan pada SSP : headache, vertigo, penurunan daya

ingat, perubahan emosi, pelaku irasional, penurunan fungsi rasa,

double vision.


Berat Membutuhkan orang lain dan terapi glukosa

Disorientasi, kejang, penurunan kesadaran


Kadar Glukosa (mg/dl) Terapi Hipoglikemia

< 30 mg/dl Injeksi IV Dex 40 % (25 cc) bolus 3 flacon

30-60 mg/dl Injeksi IV Dex 40 % (25 cc) bolus 2 flacon

60-100 mg/dl Injeksi IV Dex 40 % (25 cc) bolus 1 flacon

Follow Up :

1. Periksa kadar gula darah lagi, 30 menit setelah injeksi

2. Sesudah bolus, setelah 30 menit dapat diberikan 1 flakon lagi sampai 2-3 kali untuk mencapai

kadar kurang lebih 120 mg/dl

TERAPI HIPOGLIKEMIA
RETINOPATI
DIABETIKUM
{
Retinopati Diabetik

kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada


penderita diabetes melitus.

risiko 25x mengalami kebuataan dibanding nondiabetes.


DM
DM Risiko menderita retinopati DM meningkat sebanding
dengan semakin lamanya seseorang menyandang DM.

53-84% pada
24-40% pada
DM selama 15-
DM <5th
20tn

RD
Arteriosklerosis
Arteriosklerosis
(Hiperlipidemia)
(Hiperlipidemia)
dan
dan hipertensi
hipertensi
tidak
tidak terkontrol
terkontrol
Riwayat
Riwayat DM
DM
lama,
lama, merokok
merokok

Kontrol
Kontrol glukosa
glukosa
darah
darah yang
yang
buruk
buruk

FAKTOR RISIKO
Fakta Teori
Perempuan usia 60th Faktor risiko Retinopati DM yaitu : Riwayat
Penderita DM sejak 5th yang lalu DM yang lama, insiden lebih sering pada
Riwayat Hipertensi perempuan : laki-laki (4:3), kontrol gula
Adanya penglihatan yang kabur sehingga yang buruk, Hipertensi yang tidak
kesulitan dalam membaca (visus 1/60) terkontrol, obesitas, merokok,
Kadar glukosa darah yang tinggi hiperlipidemia
Gejala : kesulitan membaca, penglihatan
yang kabur, penglihatan tiba-tiba
menurun, melinhat lingkaran cahaya,
melihat bintik gelap dan kelap-kelip
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
diagnosa Retinopati DM pada pasien ini ditegakkan berdasarkan fakta yang
di dapatkan bahwa pasien ini adalah Penderita DM sejak 5 th dimana dapat
terjadi risiko 25x lipat mengalami kebutaan dibanding nondiabetes. Risiko
menderita retinopati DM meningkat sebanding dengan semakin lamanya
seseorang menyandang DM dan adanya gejala-gejala yang dikeluhkan oleh
pasien tersebut.
Kesulitan
Kesulitan
membaca
membaca

Melihat
Melihat
bintik-bintik
bintik-bintik Penglihatan
Penglihatan
gelap
gelap dan
dan kabur
kabur
kelap-kelip
kelap-kelip

Gejala

Penglihatan
Penglihatan
Melihat
Melihat tiba-tiba
tiba-tiba
cahaya
cahaya menurun
menurun
TATALAKSANA

Pada pasien perlunya di lakukan diet membantu mencapai pengontrolan berat


badan yang lebih baik dan juga pengontrolan diabetes, Olah raga bisa membantu
dengan menjaga berat badan dan dengan absorpsi glukosa perifer, kontrol gula
darah hindari perubahan anatomis dan fungsional dari kapiler retina.
ANEMIA
{
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit
atau hemoglobin dari nilai normal dalam darah
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan
perifer

Pada pasien ini didapatkan kadar haemoglobin 9.7 mg/dl, Hematokrit 28.5, Eritrosit 3.28. MCV & MCH
masih dalam nilai rujukan, yang dapat diartikan pasien ini anemia normositik normokrom.
Pada pasien anemia diduga karena infeksi atau inflamasi penyakit kronik
Anemia sering dijumpai pada pasien dengan infeksi atau
inflamasi kronis maupun keganasan. Anemia ini
umumnya ringan atau sedang, disertai rasa lemah dan
penurunan berat badan dan disebut anemia pada
penyakit kronis
Sering kali gejalanya tertutup oleh gejala penyakit
dasarnya, karena kadar Hb sekitar 7-11gr/dL umumnya
asimtomatik
Terapi utama pada anemia penyakit kronis
adalah mengobati penyakit dasarnya. Terdapat
beberapa pilihan dalam mengobati anemia
jenis ini, anatara lain:
Transfusi
Preparat besi
eritropoeitin

Anda mungkin juga menyukai