Tutorial Ipd 2
Tutorial Ipd 2
{ Pembimbing:
dr. Tety Suratika, Sp.PD
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD SAYANG
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
BAB 1
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Ny. C
Umur : 60 tahun
Alamat : Tipar Kali, Limbangan Sari
Pekerjaan : IRT
Tgl masuk : 10/05/2017
No. R. M. K : 383701
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak napas sejak 3 bulan SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 4 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi
dan Diabetes Melitus. Pasien mengkonsumsi obat captopril dan
amlodipin untuk hipertensi yang tidak rutin dan mengkonsumsi
obat gula berupa metformin yang diminum 1x sehari.
rontok
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), kornea jernih (+/+), edema
Hidung Sekret (-/-), epistaksis (-/-), septum deviasi (-/-), nafas cuping hidung (-)
Mulut Mukosa mulut dan bibir kering (-), tidak terdapat sianosis, faring hiperemis (-), tonsil (T1-T1),
hepatojuguler (-)
Jantung Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
Perkusi : Sonor pada ke 2 lapang paru, batas paru dan hepar setinggi ICS 5
Palpasi : supel , nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan perut (-), hepar dan lien tidak teraba.
PENATALAKSANAAN
BAB 2
ANALISIS KASUS
DC-FC NYHA II-III
{
Decompensasi cordis
Kelas III Sedikit batasan pada aktivitas fisik; tidak ada gangguan
pada saat istirahat tetapi aktivitas fisik biasa menyebabkan kelelahan, sesak atau
palpitasi
mencapai SBP <140mmHg dan dapat ditoleransi secara baik tanpa efek
samping maka terapi tidak perlu diubah
Pada populasi umum <60 tahun terapi farmakologi dimulai untuk
mencapai target DBP <90mmHg (Grade A untuk usia 30-59 tahun, grade E
untuk usia 18-29 tahun) dan SBP <140mmHg
Pada populasi usia 18 tahun dengan CKD atau diabetes terapi
Diagnosis : DM tipe 2
PADA PASIEN
Menurut pasien, pertama kali di diagnosa DM tipe 2 sejak 4 tahun yang lalu dan dari
hasil pemeriksaan kadar gula darah A1c diketahui bahwa pasien ini terkontrol dalam
pengobatan DM
SEVERITY (CONTROL)
Diabetes mellitus tipe 2
terkontrol (controlled)
KOMPLIKASI MICROVASCULAR
MICROVASCULAR
MACROVASCULAR
MACROVASCULAR
PADA PASIEN
Ditemukan tanda tanda Retinopathy, Cerebrovascular
glaucoma or disease
komplikasi pada pasien : cataracts
Mikrovaskular :
Nephropathy : Ditemukan
CHD
protein urin 500/+4
Nephropathy
Neurophaty : (-)
Retinopathy : (Pandangan
mulai buram) Peripheral
Makrovaskular : vascular
CVD : (+) Neuropathy disease
CHD : (-)
PENGOBATAN
Pasien diberikan
pengobatan DM
Oral : Metformin 1 x 500 mg
SC : (-)
Target Gula Darah
KASUS
Pasien umur 60 tahun dan
didiagnosis DM tipe 2 sejak 4
tahun yang lalu, pasien mengaku
sering kontrol ke dokter untuk
DM tipe 2. pasien minum obat
metformin 3 x 1 sehari. Dengan
motivasi yang tinggi untuk
mengkontrol kadar gulanya.
TERAPI GIZI MEDIS PADA DIABETES
Karbohidrat
45-65% total asupan energi.
Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi batas aman
konsumsi harian (Accepted-Daily Intake)
Makan 3x/hari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat
diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Lemak
20-25% kebutuhan kalori
Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans
antara lain: daging berlemak dan susu penuh (whole milk).
Protein
10 20% total asupan energi
Sumber : seafood (ikan, udang, cumi,dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah
lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe
Pasien nefropati penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/KgBB/hari atau 10% dari kebutuhan energi
GASTROPATHY
{
Gastropati didefinisikan sebagai setiap kelainan yang
terdapat pada mukosa lambung
Manifestasi klinik dari gastropati adalah kumpulan gejala
berupa anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
TUBERCULOSIS PARU
{
Pada kasus ini
kemungkinan
terinfeksinya oleh
Mycobacterium
tuberculosis belum
bisa ditegakan karena
Tuberculosis
belum ditemukannya
Suatu penyakit bakteri pada
infeksi kronik yang pemeriksaan
disebabkan oleh penunjang, sehingga
bakteri masih diragukan untuk
Mycobacterium dikatakan sakit TB
tuberculosis
BTA +
kultur -, Bakteri
Thorax + Batuk Bersin terhirup
BTA
-,Kultur +
Sumber penularan
Cara infeksi Sakit TB
(pasien)
PATOGENES
IS
{
PENATALAKSANAAN
Menyembuhkan
penderita
Intensif
4 bulan
Memutuskan
rantai penularan Tujuan Mencegah
kematian
Tahap 2 bulan Lanjutan
pengobatan
Mencegah
kekambuhan
atau timbulnya
resistensi
terhadap OAT
Medikamentosa
Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia
menggunakan paduan OAT, yaitu :
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Diberikan kepada:
Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
Kat 1
Kat 2 Selesaikan
Lanjut tanpa sisipan
Pada kasus ini didapatkan peningkatan kreatinin yaitu 6,5. Dimana GFR
yang didapatkan < 15. Namun peningkatan kadar kreatinin tidak diketahui
sudah berapa lama. Pada riwayat penyakit sekarang didapatkan riwayat
kencing yang hanya sedikit. Pemeriksaan urin didapatkan proteinuria +4,
Keluhan pasien mengarah ke gangguan ginjal. Jadi pasien ini diagnosis
dengan AKI stadium failure karena peningkatan serum kreatinin >3x dan
penurunan GFR >75%.
DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis AKI menurut KDIGO :
Peningkatan kadar kreatinin serum sebesar 0,3 mg/dL
(26,4mol/l),atau
Peningkatan kadar kreatinin serum 1,5 kali (> 50%) bila
dibandingkan dengan kadar referensi atau diduga terjadi
peningkatannya dalam 1 minggu, atau
Penurunan produksi urin menjadi kurang dari 0,5 cc/jam
selama lebih dari 6 jam.
Terapi Konservatif (suportif)
Komplikasi Terapi
Kelebihan cairan intravaskuler - Batasi garam (1-2 gam/hari) dan air < 1 L/hari
- Diuretik
Hiponatremia - Batasi cairan ( < 1 L/hari)
- TerHindari
T
erapi p
api pemberian cairan hipotonis engganD5%)
(termasuk
ko- nseBatasi
r vatintake kalium (<40 mmol/hari) ti Ginj
Hiperkalemia
if al
- Hindari suplemen kalium dan diuretik hemat kalium
- Beri natrium bikarbonat (usahakan kadar serum bikarbonat plasma > 15 mmol/I dan PH
Mual
Lemas
Letargi
Kejang
Koma
kematian
Hiponatremia
Koreksi penyakit yang mendasarinya
Saline isotonik umumnya merupakan
pengobatan terpilih untuk pasien hiponatremia
dengan penurunan jumlah total natrium tubuh
Tatalaksana
Kalium, ion intraseluler utama dalam tubuh,
berperan penting dalam menentukan potensial
membran sel. Walaupun konsentrasi kalium
ekstraseluler rendah, kadar kalium pada cairan
ekstraseluler diregulasi secara hati-hati, karena
perubahan pada konsentrasi ekstraseluler
dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf
dan kardiovaskular
Hipokalemia
Manifestasi klinis
Aritmia
Penurunan kontraktilitas jantung
Tekanan darah arteri labil
Fibrosis miokard (kronik)
Tatalaksana
KCl 60-80mEq/hari (tidak boleh >8mEq/jam)
Hindari pemberian dextrose
Ion kalsium berperan pada hampir semua
fungsi esensial biologik tubuh, meliputi
kontraksi otot, pelepasan neurotransmiter dan
hormon, koagulasi darah, serta metabolisme
tulang
Hipokalsemia
Manifestasi klinis
Parastesia
Konfusi
Stridor laringeal
Spasme karpopedal
Spasme masseter
Kejang
Pengobatan
Dengan kalsium klorida (larutan 10 % 3-5 ml) atau
BATASAN HIPOGLIKEMIA
Pada hipoglikemia akut menunjukkan gejala dan tanda
hipoglikemia ditandai dengan Triad Whipple, yaitu :
1. Keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa plasma
yang rendah
2. Kadar glukosa darah yang rendah < 3 mmol/L (55 mg/dl)
3. Kepulihan gejala setelah kelainan dikoreksi
Jenis Hipoglikemia Sign dan Simptom
Ringan Dapat diatasi sendiri dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
Sedang Dapat diatasi sendiri, mengganggu aktivitas sehari-hari
double vision.
Berat Membutuhkan orang lain dan terapi glukosa
Follow Up :
2. Sesudah bolus, setelah 30 menit dapat diberikan 1 flakon lagi sampai 2-3 kali untuk mencapai
TERAPI HIPOGLIKEMIA
RETINOPATI
DIABETIKUM
{
Retinopati Diabetik
53-84% pada
24-40% pada
DM selama 15-
DM <5th
20tn
RD
Arteriosklerosis
Arteriosklerosis
(Hiperlipidemia)
(Hiperlipidemia)
dan
dan hipertensi
hipertensi
tidak
tidak terkontrol
terkontrol
Riwayat
Riwayat DM
DM
lama,
lama, merokok
merokok
Kontrol
Kontrol glukosa
glukosa
darah
darah yang
yang
buruk
buruk
FAKTOR RISIKO
Fakta Teori
Perempuan usia 60th Faktor risiko Retinopati DM yaitu : Riwayat
Penderita DM sejak 5th yang lalu DM yang lama, insiden lebih sering pada
Riwayat Hipertensi perempuan : laki-laki (4:3), kontrol gula
Adanya penglihatan yang kabur sehingga yang buruk, Hipertensi yang tidak
kesulitan dalam membaca (visus 1/60) terkontrol, obesitas, merokok,
Kadar glukosa darah yang tinggi hiperlipidemia
Gejala : kesulitan membaca, penglihatan
yang kabur, penglihatan tiba-tiba
menurun, melinhat lingkaran cahaya,
melihat bintik gelap dan kelap-kelip
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
diagnosa Retinopati DM pada pasien ini ditegakkan berdasarkan fakta yang
di dapatkan bahwa pasien ini adalah Penderita DM sejak 5 th dimana dapat
terjadi risiko 25x lipat mengalami kebutaan dibanding nondiabetes. Risiko
menderita retinopati DM meningkat sebanding dengan semakin lamanya
seseorang menyandang DM dan adanya gejala-gejala yang dikeluhkan oleh
pasien tersebut.
Kesulitan
Kesulitan
membaca
membaca
Melihat
Melihat
bintik-bintik
bintik-bintik Penglihatan
Penglihatan
gelap
gelap dan
dan kabur
kabur
kelap-kelip
kelap-kelip
Gejala
Penglihatan
Penglihatan
Melihat
Melihat tiba-tiba
tiba-tiba
cahaya
cahaya menurun
menurun
TATALAKSANA
Pada pasien ini didapatkan kadar haemoglobin 9.7 mg/dl, Hematokrit 28.5, Eritrosit 3.28. MCV & MCH
masih dalam nilai rujukan, yang dapat diartikan pasien ini anemia normositik normokrom.
Pada pasien anemia diduga karena infeksi atau inflamasi penyakit kronik
Anemia sering dijumpai pada pasien dengan infeksi atau
inflamasi kronis maupun keganasan. Anemia ini
umumnya ringan atau sedang, disertai rasa lemah dan
penurunan berat badan dan disebut anemia pada
penyakit kronis
Sering kali gejalanya tertutup oleh gejala penyakit
dasarnya, karena kadar Hb sekitar 7-11gr/dL umumnya
asimtomatik
Terapi utama pada anemia penyakit kronis
adalah mengobati penyakit dasarnya. Terdapat
beberapa pilihan dalam mengobati anemia
jenis ini, anatara lain:
Transfusi
Preparat besi
eritropoeitin