Anda di halaman 1dari 56

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

ARTI KEPUTUSAN ETIS



Keputusan etis Kristen adalah keputusan tentang apa yang benar
dan apa yang salah berdasarkan Iman Kristen yang bersumber
pada Alkitab yang adalah Firman Allah; dengan memperhatikan
hukum yang berlaku, budaya setempat, lingkungan di mana
keputusan itu di ambil, situasi yang mempengaruhi kasus
tersebut, waktu pengambilan keputusan; dengan menggunakan
pertimbangan-pertimbangan yang luas dan masuk akal; serta
bertujuan untuk menghasilkan manfaat baik kepada pribadi yang
bersangkutan, keluarganya, komunitasnya, masyarakat luas
maupun kasus-kasus serupa di masa yang akan datang.
Tiga Bentuk Keputusan Etis
Keputusan etis yang sangat
berorientasi pada tujuan (teleologis).
Keputusan etis yang sangat
memperhatikan hukum atau ketentuan-
ketentuan normative (deontologist).
Keputusan etis yang mengutamakan
situasi atau konteks yang ada (etika
tanggungjawab).
III. Definisi Etika
Etika berasal dari kataYunani Ethos yang berarti
kebiasaan, baik kebiasaan individu maupun
kebiasaan masyarakat.

Etika dan Etis hampir sama dengan Moral dan


Moralitas. - Etika menyangkut pemikiran yang
sistimatis tentang
kelakuan manusia serta motivasi dan
keadaan batin
yang mendasarinya.
- Moral menyangkut kebaikan dan keburukan
kelakuan
lahir yang sebenarnya terjadi.
Etika adalah penyelidikan tentang apa
yang baik atau
benar atau luhur dan apa yang buruk
atau salah atau
jahat dalam kelakuan manusia.

Etika menaruh perhatian kepada


norma-norma yang
membimbing perbuatan manusia dan
cita-cita yang
membentuk tujuan manusia.

Etika Kristen berusaha untuk


menolong manusia
untuk berpikir dengan lebih terang
IV. Ciri-Ciri Keputusan Etis
Menyangkut pertimbangan tentang apa yang
benar dan apa yang salah, apa yang baik dan
apa yang buruk.
Menyangkut pilihan yang sukar karena
seringkali, keputusan kita bukan antara hitam
dan putih, melainkan dua corak yang kelabu.
Keputusan-keputusan etis tidak mungkin
dihindari karena pada saat kita dihadapkan
dengan pilihan etis, kita harus mengambil
keputusan.
Kita hanya bisa memahami pengambilan
keputusan etis kalau kita memperhitungkan
hal-hal yang berhubungan maupun yang tidak
berhubungan dengan keputusan itu.
IMAN
I. Iman sebagai kepercayaan dan kesetiaan
kepada hal yang dianggap terpenting

Beriman kepada Allah berarti


mempercayai-Nya lebih dari pada segala
sesuatu yang lain.

Beriman kepada Allah berarti


menganggap-Nya sebagai Pribadi Yang
Terpenting atau Yang Paling Bernilai.
II. Iman sebagai hubungan perorangan dengan Allah

Beriman berarti bersekutu dengan


Allah

Beriman berati berkomunikasi


dengan Allah melalui Doa

Beriman berarti melayani orang


lain dan masyarakat

III. Iman sebagai pengikutsertaan dalam pekerjaan


Allah

Allah bekerja di dalam dan


melalui kehidupan orang-
orang yang percaya kepada-
Nya.

Allah bekerja di dalam dan


melalui kehidupan Komunitas
orang percaya dan Gereja.
IV. Iman sebagai pendirian tentang apa yang
benar

Iman adalah hubungan


perseorangan yang
mengandung kepercayaan,
kesetiaan dan kasih.

Iman adalah penyerahan kepada


kehendak
Allah dan partisipasi dalam
pekerjaan Allah.
V. Empat Unsur Iman Yang Tak
Terpisahkan

Iman adalah kepercayaan dan


kesetiaan

Iman adalah tanggapan kepada


panggilan Allah

Iman adalah tanggapan kepada


pekerjaan Allah dalam dunia

Iman adalah pendirian tentang


kebenaran
Pengaruh Pengajaran Teologia
kepada Etika:

Yesus Kristus adalah Putra Allah Yang


berinkarnasi menjadi manusia.

Penyaliban Yesus menyatakan bahwa


dosa kita bukan hal yang remeh,
karena dosa manusia Putra Allah
menderita dan mati.

Kebangkitan Yesus Kristus


menyatakan bahwa
zaman baru telah memasuki dunia,
dan dunia
perbuatan Lahiriah

.Kita harus melakukan perbuatan-


perbuatan yang baik
dan sekaligus menjadi orang-orang yang
baik karena
tabiat yang baik menghasilkan perbuatan-
perbuatan
yang baik.

.Kata Yunani ethos atau ethika berarti sikap


dasar
seseorang. Ethos juga berarti rumah di
batin
manusia, yaitu sikap batinnya, tabiatnya
dan
Tabiat adalah susunan batin seseorang
yang memberi
arah dan ketertiban kepada keinginan,
kesukaan dan
perbuatan orang itu. Susunan itu
dibentuk oleh
interaksi antara diri orang dengan
lingkungan sosialnya
dan Allah.

Tabiat juga mengandung kecenderungan


dan motivasi
untuk berbuat selaras dengan susunan
batin. Tabiat
juga mengandung kesukaan, kemauan
Kristen

. Tabiat dalam istilah Alkitab


Perjanjian Baru adalah hidup
baru dimana Kristus tidak
hanya memberikan kepada
pengikut-pengikut-Nya hukum
baru yang menuntut perbuatan-
perbuatan lahiriah, tetapi juga
hidup baru.
. Hubungan dengan Tuhan
mengubah hati dan kepribadian
manusia (2 Korintus 5:17).
dalam ajaran
Yesus

Tuhan Yesus lebih menekankan


pembaruan hati manusia dari pada
penyataan lahiriah dengan hukum-
hukum. Ketaatan kepada hukum harus
disertai dengan sikap kasih kepada
sesama dan ketaatan kepada Allah.
Allah tidak hanya memandang
pelaksanaan hukum-hukum yang
lahiriah, melainkan lebih memperhatikan
motif yang mendasari perbuatan
manusia.
IV. Apakah perhatian pada Tabiat diri
sendiri patut?

Orang yang menjadikan tabiat sebagai


fokus utama dalam pertimbangan etisnya
mengandung bahaya karena orang itu
akan lebih memperhatikan tabiat diri
sendiri dari pada Allah (Lukas 18:11) dan
kehilangan kebebasan yang datang oleh
pembenarannya oleh Yesus Kristus.

Tabiat orang Kristen tidak bisa dibiarkan


terlepas dari Kristus karena kebaikan kita
adalah selalu sebagai karunia dari Dia
dan bukannya sebagai hasil usaha kita.
Tabiat

. Pembentukan tabiat seseorang


ditentukan oleh pembawaan biologis,
oleh lingkungan sosial dan oleh faktor-
faktor lain yang tidak kita pilih sendiri.

. Bagian yang diberikan itu merupakan


bahan mentah tabiat kita yang
menyediakan kemungkinan-kemungkinan
dan kemampuan-kemampuan yang dapat
dikembangkan, dapat diberi bentuk
tertentu, dapat dikendalikan atau
diarahkan tetapi tidak dapat dihapuskan
sama sekali.
. Dalam pengembangan tabiat harus ada
pembongkaran dan pembangunan, ada
pemutusan dengan dosa dalam tabiat
dan ada kelangsungan dari unsur-unsur
tabiat yang berkenan kepada Allah.

. Alkitab Perjanjian Baru memakai istilah


kematian manusia lama dan kebangkitan
manusia baru untuk menerangkan
pembongkaran dan pembangunan tabiat.
Hal-hal yang tidak sesuai dengan
kehendak Allah harus disesali dan dijauhi
sedangkan hal-hal yang berakar dalam
Allah dan berpusat pada-Nya harus
dihidupkan dan dikembangkan.
VII. Ciri-ciri Tabiat Kristen

Integritas
Kelakuan moral yang baik perlu berakar dalam
identitas yang utuh dan hati yang bulat.
Integritas adalah kejujuran kepada orang lain
dan kesungguhan serta keutuhan di dalam diri
sendiri.

Pengertian tentang kehendak Allah dan


kepekaan
kepada apa yang baik. Dalam doanya di Filipi
1:9-10, Rasul Paulus memakai dua kata yang
penting bagi etika Kristen: aisthesis
(pengertian atau penglihatan) dan
dokimazein (memilih atau mengerti).
LINGKUNGAN SOSIAL
I. Pengaruh masyarakat atas kehidupan
moral

. Manusia dalam masyarakat


Setiap masyarakat mempunyai ADAT yang
terdiri dari nilai-nilai, norma-norma, sistim hukum
dan aturan-aturan yang mengatur,
mengendalikan dan memberi arah kepada
kelakuan dan perbuatan manusia dalam
masyarakat tersebut.
Pranata-pranata sosial melaksanakan kontrol
pengendalian sosial yang menghargai perilaku
yang dikehendaki maupun menghukum yang
tidak dikehendaki. Masyarakat hanya bisa
berjalan kalau mempunyai kemampuan untuk
menertibkan yang menyimpang.
Masyarakat dalam manusia
Pengaruh masyarakat yang terpenting
bukan kontrol dari
luar kepada manusia melainkan kontrol
yang mengarahkan kehidupan batin
manusia.
Pengaruh lingkungan sebagai
karunia Allah
Kenyataan bahwa kita dipengaruhi oleh
orang-orang lain tidak harus dinilai negatif.

Unsur dosa dalam pengaruh


lingkungan
Pengaruh negatif dari masyarakat dapat
Kristen

. Etika Kristen adalah etika persekutuan


Kristen, bukan
etika yang berdasarkan pertimbangan
orang yang
terpisah dari orang Kristen lainnya.
Kehidupan orang
Kristen selalu dalam, dengan dan
untuk persekutuan
saudara-saudaranya dalam Kristus.

. Pengambil keputusan etis harus


bertanggungjawab
untuk membuat keputusan yang
menguntungkan
Norma adalah patokan yang dipakai untuk
menilai perbuatan manusia dan menolong orang
mengambil keputusan yang benar

I. Perbedaan pendapat tentang peran


norma-norma
dalam Etika Kristen:

Kebanyakan orang merasa bahwa norma-norma


dan hukum-
hukum mempunyai peran besar dalam etika
Kristen
Para Teolog Protestan seperti Paul Ramsey, James
Gustafson,
John Bennett, Edward Leroy Long, Gene Outka dan
hampir semua
Teolog Katolik, berpendapat bahwa peraturan-
peraturan moral
dalam etika Kristen sangat penting.
ditolak oleh Karl
Barth, Dietrich Bonhoeffer dan lain-lain
yang
menganggap penggunaan hukum-
hukum tidak sesuai
dengan kedaulatan dan kasih karunia
Allah.

Joseph Fletcher, John Robinson dan


para penganut
Etika Situasi atau moralitas baru,
berpendapat bahwa
peraturan-peraturan moral sering kali
menghambat
keterbukaan orang terhadap situasi
baru dan
Kristen tentang peran norma-norma dalam kehidupan
moral:

Apakah orang yang diselamatkan oleh kasih karunia


Allah harus
mematuhi norma-norma dan peraturan-peraturan?
Apakah kepatuhan kepada peraturan-peraturan
bertentangan
dengan kedaulatan Allah?
Apakah kepatuhan kepada peraturan-peraturan
dapat
disesuaikan dengan keperluan-keperluan khas yang
timbul dalam
situasi yang baru?
Apakah hukum kasih saja cukup, atau apakah
diperlukan
peraturan-peraturan yang lebih terperinci?
Bagaimana hubungan antara peraturan-peraturan
dengan
Dua jenis norma yang terpenting:

Prinsip-Prinsip. Prinsip biasanya lebih


umum dari pada peraturan. Prinsip memberi
bimbingan umum tetapi tidak menentukan
perbuatan-perbuatan spesifik yang dilarang,
dibolehkan atau diharuskan; contoh: segala
sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang
perbuat kepadamu, perbuatlah demikian
kepada mereka (Matius 7:12).

Peraturan-Peraturan. Peraturan lebih


spesifik menentukan perbuatan-perbuatan
yang dilarang, dibolehkan atau duharuskan.
Contoh: Jangan membunuh.
1. Norma-norma dan kasih karunia Allah

Hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi


kasih karunia
dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus
(Yohanes 1:17).

DASAR Etika Kristen ialah kasih karunia Allah


yaitu kesediaan-Nya untuk menerima kita
sebagai anak-anak-Nya tanpa melihat jasa dan
kebajikan kita. Allah mengasihi kita sekalipun
kita orang-orang yang berdosa. Kristus telah
mati bukan untuk orang-orang benar tetapi
untuk orang-orang yang mengakui
kesalahannya. Kasih karunia ini mendasari
kelakukan orang Kristen dan memberi daya
2. Norma-norma dan kedaulan Tuhan

. Menurut Karl Barth, Dietrich Bonhoeffer dan Emil


Brunner proses menyusun dan penerapan peraturan-
peraturan bertentangan dengan kedaulatan Allah.
Peraturan-peraturan, termasuk hukum-hukum Alkitab,
dapat menjadi penghalang antara kita dengan Allah.
Kita harus mematuhi Allah, bukan peraturan-
peraturan.

. Barth, Bonhoeffer dan Brunner tidak sama sekali


menolak norma-norma etis. Hukum-hukum dari Alkitab
dapat dipakai sebagai petunjuk yang menerangkan
situasi kita. Hukum-hukum ini juga menolong kita
untuk melihat batas-batas yang tidak boleh kita
lampaui. Tetapi hukum-hukum itu tidak dapat dipakai
sebagai peraturan-peraturan yang kita terapkan pada
kasus-kasus spesifik.
3. Norma-norma dan situasi

. Bagaimana hubungan antara norma-norma dan


situasi dengan kasus-kasus yang spesifik? Apakah
penggunaan peraturan-peraturan menghambat
keterbukaan kita kepada keperluan-keperluan khas
yang timbul dalam situasi yang baru?

. Etika situasi menolak pandangan bahwa ada


peraturan-peraturan yang berlaku dalam setiap situasi.
Menurut etika situasi orang Kristen harus bebas untuk
menjawab keperluan-keperluan situasi yang khas. Ia
perlu tidak dibelenggu oleh peraturan-peraturan.
Setiap situasi unik dan tidak ada dua situasi yang
sama karena itu tidak mungkin dibuat peraturan-
peraturan yang berlaku dalam situasi-situasi yang
khas.
4. Kasih dan norma-norma yang lebih
terperinci

. Arti Kasih Kristen

Alkitab memakai kata agape sebagai kata


pokok untuk kasih yang menandai bahwa
kasih Kristen mempunyai ciri khas yang
berbeda dengan arti kasih yang biasa.
Storge (kasih dalam keluarga, orang tua-
anak), philia (persahabatan) dan eros (kasih
yang tertarik kepada sesuatu yang dianggap
baik atau bermanfaat) tidak dianggap salah
dalam Alkitab, tetapi dianggap perlu
diwarnai oleh agape.
Apakah kasih saja cukup?
Menurut Yesus, kasih adalah sikap yang harus
mewarnai setiap perbuatan kita. Dia
menyimpulkan semua hukum Taurat dalam
hukum kasih. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang
terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua,
yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum
inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para
nabi." (Matius 22:37-40).

Rasul Paulus menulis Barangsiapa mengasihi


sesamanya manusia, ia sudah memenuhi
hukum Taurat (Roma 13:8).
5. Norma-norma batin

. Dalam Perjanjian Baru, Allah menaruh hukum-Nya


dalam akal budi dan menuliskannya dalam hati umat-
Nya (Ibrani 8:8-12; 10:16).

. Fungsi norma-norma yang terpenting ialah perannya


dalam membentuk sikap mental kita tentang apa yang
baik dan apa yang salah. Bimbbingan norma-norma
melewati hati nurani dan sikap kita lebih penting dari
pada bimbingannya yang langsung waktu kita
menerapkan norma-norma pada masalah-masalah.

. Peresapan norma-norma ke dalam hati mengandung


bahaya. Bahaya ini disebabkan karena kuasa norma
yang tertanam dalam sikap batin kita lebih besar dari
pada norma-norma yang belum meresap ke batin kita.
Bimbingan norma dari batin kita sering tidak kita
sadari sehingga bimbingan norma itu mungkin kurang
III. Kesimpulan
1. Bahaya-bahaya dalam penggunaan
norma-norma

. Penggunaan norma-norma mengandung


bahaya bahwa kita mengukur kebaikan kita
berdasarkan kepatuhan kita kepada norma-
norma itu.

. Peraturan-peraturan dapat menjadi


halangan bagi kasih. Hukum-hukum dapat
diterapkan dengan keras tanpa kepekaan
kepada keperluan sesama kita.
Orang dapat mengganti Allah yang hidup dengan
buku hukum yang tidak bernyawa. Pentingnya iman
dan bimbingan Roh Kudus dalam pengambilan
keputusan etis diabaikan.

Hukum-hukum dapat membutakan orang terhadap


perubahan. Hukum-hukum dapat diterapkan dengan
kaku, sehingga orang tidak terbuka terhadap
keperluan-keperluan dan kemungkinan-kemungkinan
yang baru.

Orang dapat memakai hukum lebih untuk melarang


perbuatan yang salah dari pada mendorong
perbuatan-perbuatan yang baik.
Orang yang menggunakan peraturan-
peraturan dapat mementingkan pelanggaran-
pelanggaran dan dosa-dosa yang kecil-kecil
tetapi mengabaikan kecongkakan dan dosa-
dosa sosial seperti ketidakadilan dan
penindasan.

Norma-norma dapat membelenggu


kebebasan dan tanggung jawab kita sebagai
pelaku.

Kecenderungan untuk menggunakan norma-


norma sebagai faktor satu-satunya dalam
pengambilan keputusan etis.
2. Mengapa norma-norma perlu?
Tidak dapat disangkal bahwa Allah memerintahkan
perbuatan-perbuatan tertentu dan melarang
perbuatan-perbuatan yang lain.

Norma-norma diperlukan karena kita adalah orang-


orang yang berdosa. Kita dengan mudah mengikuti
kehendak diri sendiri, bukan kehendak Allah.

Norma-norma sebagai bahan untuk mengajar etika


kepada anak-anak. Anak-anak memerlukan petunjuk-
petunjuk yang jelas supaya mereka mengetahui
bagaimana melakukan kehendak Allah dan bagaimana
hidup dengan baik dalam masyarakat.

Norma-norma menolong kita memperoleh


kebijaksanaan dari para pendahulu kita.
Norma-norma menolong kita menghemat
waktu.

Norma-norma menunjukkan perbuatan-


perbuatan yang biasanya merusak masyarakat
dan merugikan sesama kita.

Norma-norma mengatur masyarakat.

Norma-norma memungkinkan pembicaraan


tentang apa yang baik dan apa yang salah.

Norma-norma menolong kita mengerti


keunikan kasus kita serta persamaannya
dengan kasus-kasus lain.
Dalam situasi moderen ini ada tiga
kemungkinan untuk penggunaan norma-
norma:

Orang dapat memakai kebijaksanaan


tanpa
norma-norma

Orang dapat memakai norma-norma


tanpa
kebijaksanaan

Orang dapat memakai kebijaksanaan


yang
SITUASI
I. Mengapa kita perlu mengerti
situasi?
. Agar dapat menerapkan norma-norma
dan nilai-
nilai etis kepada situasi itu.

. Agar dapat melakukan perbuatan


yang tepat dan
berguna dalam situasi itu.

. Agar dapat mengetahui masalah-


masalah yang
situasi

. Kekuatan situasi dan keterbatasan


pengetahuan kita

Setiap situasi ditentukan oleh delapan unsur:


. Tempat: Rumah, Kota, Negara
. Waktu: Jam, Hari, Bulan, Tahun
. Benda: Bergerak dan tidak bergerak
. Orang-orang yang bertindak dalam situasi
itu
. Struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial
. Gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran
. Kejadian yang dilakukan atau dialami oleh
orang-
orang dalam situasi itu.
.
dipengaruhi oleh nilai-nilai kita,
kepentingan kita, pengalaman kita,
prasangka kita dan faktor-faktor
subyektif lain yang lebih banyak
dipengaruhi oleh sikap mental kita dari
pada situasi.

Pepatah China berbunyi: Separuh


dari apa yang kita lihat terletak
dibelakang mata kita.

Kita mempunyai kaca mata batin


yang menyaring dan mengatur hal-hal
yang kita alami.
ttg situasi?

Kita harus menyelidiki situasi untuk


mengambil keputusan yang benar dan tepat.
Kita harus menggunakan bahan-bahan ilmiah
dan keterangan para ahli.
Kita harus memperluas pengertian kita
tentang situasi agar mencakup semua faktor
yang bersangkutpaut dengan keputusan kita.
Kita harus peka kepada pekerjaan dan
kehendak Allah untuk mengerti bagaimana
Allah bekerja dan bagaimana maksud-Nya
dalam setiap situasi yang kita hadapi.
Kita harus peka kepada keperluan orang lain
dan mempertimbangkan akibat dari setiap
keputusan kita.
tentang situasi

Norma-norma dan nilai-nilai etis


sangat penting
dalam pengambilan keputusan etis.

Keputusan etis yang tepat diambil


berdasarkan
pemahaman situasi dan realita
tentang masalah
yang dihadapi.

Pengetahuan yang memadai sangat


diperlukan
CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

I. Sumber-Sumber Bantuan
. DOA
. IBADAH
. ALLAH ROH KUDUS
. GEREJA DAN KOMUNITAS ORANG
PERCAYA
. ALKITAB
. LITERATUR
Kita perlu belajar, berpikir dan berbicara tetapi
juga harus berani
membuat keputusan dan bertindak.

Kita wajib berusaha sedapat mungkin membuat


keputusan yang
benar dan tepat. Namun demikian kita harus
berani mengambil
keputusan berdasarkan informasi yang kurang
lengkap jika itu
sangat mendesak atau sangat diperlukan.

Dalam setiap keputusan, Tuhan memanggil kita


untuk mengambil
risiko bahwa kita mungkin salah bersama
dengan kemungkinan
bahwa kita benar. Kita mungkin gagal tetapi
kita juga mungkin
keberanian kita
untuk mengambil keputusan:

Kita yakin bahwa Allah mengampuni


kesalahan kita walaupun keputusan kita
kurang tepat. Kita percaya bahwa
Waktu kita masih lemah, Kristus telah
mati untuk kita orang-orang durhaka
(Roma 5:6).

Kita yakin bahwa Allah memerintah


dunia ini dan Ia bekerja terus menerus
untuk mencapai maksud-Nya di dunia.
Kita tahu bahwa Allah dapat memakai
kesalahan kita bersama dengan
kebenaran kita untuk mewujudkan
Prinsip-Prinsip Dasar Pengambilan Keputusan Etis
Pengambil keputusan etis Kristen, harus memiliki karakter
Kristen yang dewasa. Karena karakter sangat mendasar
dalam pengambilan keputusan etis (Matius 5-7).

Pengambil keputusan etis Kristen harus memahami dan


menguji fakta-fakta di sekitar problema yg memerlukan
keputusan. Pengujian moral menuntut analisa yg akurat
tentang fakta-fakta yg ada dengan cara:
Mentukan hal-hal apa saja yg mempengaruhi problema tersebut
Memperjelas orang-orang yg terlibat dalam problema tersebut
Mengevaluasi setiap informasi agar tidak menyesatkan
pengambilan keputusan
Mencari sebanyak mungkin pilihan, dan menjelaskan pilihan-
pilihan keputusan yg ada agar dapat memilih keputusan yg
terbaik
yaitu Firman Tuhan. Contoh: Sepuluh Hukum Torat
(Keluaran
20:1-17), Khotbah di bukit (Matius 5-7), prinsip-
prinsip kasih
(Matius 22:36-40) dan keadilan (Amos 5:24).

Pengambil Keputusan Etis Kristen penting


memperhitungkan
konsekwensi-konsekwensi dari setiap keputusan etis
yang
diambilnya (Amsal 9-10; Keluaran 1:15-20).

Pengambil Keputusan Etis Kristen harus


bertanggungjawab
dengan keputusan yang dibuatnya. Menurut Richard
Niebuhr,
orang yang bertanggungjawab memiliki tiga syarat:
Pertama, mereka mampu untuk menginisiasi
Proses Pengambilan Keputusan Etis
Pertama, kita harus bertanya, apakah Tuhan telah
memberikan jawaban terhadap problema etika yang kita
hadapi.

Kedua, jika Tuhan belum memberikan jawaban secara spesifik


terhadap problema tersebut, prinsip-prinsip apa yang telah
diberikan-Nya sehubungan dengan problema tersebut.

Ketiga, setelah kita memahami prinsip-prinsip tersebut, kita


harus mengambil keputusan yang konsisten dengan doktrin
dasar Kristen dan prinsip-prinsip yang telah disediakan
Tuhan.

Keempat, kita harus bertindak sesuai dgn keputusan yg telah


kita ambil atau menindaklanjuti keputusan tersebut.
KASUS 1: AMI & BEN
Jo dan Fin punya dua orang anak. Anak pertama Ami (perempuan) mengidap
kelainan paru-paru dan sulit bertahan hidup. Anak kedua Ben(laki-laki)
suatu
hari tertabrak mobil dan otaknya mengalami total damage, sehingga
sekalipun
dia masih bernafas dia telah mengalami brain death. Pada saat Ben
memasuki bulan ketiga di ICU, Ami pun terpaksa masuk ICU karena kondisi
paru-parunya makin lemah dan dia hanya mungkin bertahan hidup satu
minggu jika tidak ada donor paru-paru.

Dokter memanggil Jo dan Fin dan menjelaskan bahwa Ami harus segera
mendapatkan donor paru-paru agar dapat bertahan hidup. Juga dokter
menjelaskan bahwa Ben tidak bisa lagi ditolong karena otaknya mengalami
kerusakan total. Dokter memberi saran kepada Jo dan Fin, agar paru-paru
Ben
didonorkan kepada Ami, sehingga tubuh Ami memperoleh nyawa Ben.

Keputusan

Jelaskan Proses pengambilan


keputusan
yang harus diambil oleh Jo dan Fin

Jika Anda adalah sahabat Jo dan


Fin, apa saran Anda untuk Jo dan
Fin?
KASUS 2: DR. JOS
Ketika flu burung merebak di Singapore, dokter Jos baru saja
pulang Study dari USA. Dia diberi tanggungjawab memimpin
Penanggulangan Flu burung di Singapore General Hospital.
Sebagai dokter dia tahu bahwa risiko kematian sangat
mungkin terjadi bagi dokter-dokter yang berhadapan langsung
dengan pasien flu burung.

Dia memberitahu istrinya dan anaknya yang masih kecil tentang


tugasnya dan risiko yang mungkin terjadi padanya.

Jelaskan proses pengambilan keputusan dokter Jos:

Jika Anda adalah sahabat dr. Jos, apa saran Anda bagi dr. Jos
untuk keputusan yang akan diambilnya?
KASUS 3: DR. AUN
Dokter Aun bekerja di sebuah Rumah Sakit yang tidak
jauh dari pemukiman kumuh. Beberapa pasien RS
tersebut adalah pengidap HIV/Aids. Suatu hari salah satu
pengidap HIV/Aids tertabrak dan dibawa ke RS tersebut.
Dokter Aun sempat maju mundur untuk menangani
pasien tersebut, sebab jika darah pasien tersebut
mengenai
luka di kakinya, maka sangat mungkin besar dia akan
terjangkit HIV/Aids.

Jelaskan
proses pengambilan keputusan dokter Aun:

Jika Anda adalah teman sekerja dr. Aun, apa saran


kepada dokter Aun?

Anda mungkin juga menyukai