Anemia
Cor
Inspeksi: iktus cordis terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba, kuat angkat, thrill (-)
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bising (-)
Abdomen
Inspeksi : perut lebih tinggi dari dinding dada,
benjolan (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit
baik, nyeri
tekan (-), ginjal tidak teraba, tidak
teraba massa.
Perkusi : tympani, shifting dullness (-)
Ekstrimitas :
Akral hangat +/+/+/+, Sianosis -/-/-/-
Oedem tungkai -/-/-/-, kulit tampak kering
deformitas -/-/-/-, keterbatasan gerak -/-/-/-.
Lab (01/03/2014) Lab (03/03/2014)
Hb : 7.2 g/dL Hb : 12.1 g/dL
Hmt : 22.9 % HbSAg : (-)
MCV : 53.6 fL Anti HCV: (-)
MCH : 16.9 pg HIV : (-)
MCHC : 31.4 g/dL
Tahap tahap :
1. Menentukan ada tidaknya anemia
2. Menentukan jenis anemia
3. Menentukan etiologi dan penyakit dasar
4. Menentukan penyakit penyerta
Macam-macam cara pendekatan :
1. Pendekatan Morfologi :
. An mikrositik hipokromik
. An normositik normokromik
. An Makrositik
2. Pendekatan Fisiologik :
. Penurunan produksi eritrosit
perdarahan akut
hemolisis (AIHA)
an. hemolitik intravaskuler akibat transfusi
def G6PD
an pada lekemia, krisis aplastik
Pelan-pelan : 1. An def fe
2. An. Aplastik
3. An pada lekemia akut
4. An. Aplastik
5. An hemolitik karena
kongenital
6. Perdarahan akut
7. An. Pada gagal ginjal
terminal
Anemia ringan : 1. An pada peny kronik
2. An pada peny. Sistemik
3. Talasemia
Klasifikasi Morfologi Anemia Berdasar MCV
Anemia Makrositik Berdasar Hitung Retikulosit
Anemia Normositik atau Makrositik Dengan
Peningkatan Retikulosit
Anemia Mikrositik
Terapi
Non-Farmakologi:
Mencukupkan asupan nutrisi Fe, asam folat,
dan vitamin B12
Farmakologi
ANEMIA DEFISIENSI BESI
Diet kaya kalori, protein, dan zat besi
Beri preparat besi :
Preparat besi oral
Sulfas ferrosus 4x1 tab Dilanjutkan 4-6 bulan
setelah Hb normal
Ferrous fumarat 4x1 tab
e.s : nyeri epigastrium,
Ferrous glukonat 3x1 tab konstipasi, dan diare
Preparat besi parenteral
Inferon Hanya dianjurkan pada penderita
Jectofer yang mengalami intoleransi
gastrointestinal berupa mual dan
venofer muntah
Mengatasi penyebab
ANEMIA APLASTIK
Jika jumlah granulosit <500/ml, hindari kontak
dengan orang lain yang mengidap infeksi dan
diberi pencegahan infeksi CCT (cotrimoxazol-
colistine-ketoconazol)
Menggunakan sabun antiseptik untuk
mencegah infeksi kulit
Menggunakan sikat gigi halus untuk
mencegah perdarahan akibat trauma
Batasi penggunaan obat suntik
Menstruasi berlebihan dapat dicegah dengan
memberikan obat anovulatoar
Lanjutan..
Transfusi produk darah :
Packed red cell (PRC) bila Hb <7g/dl atau terdapat
keluhan anemia
Thrombocyte concentrate (TC) bila terjadi
perdarahan atau jumlah trombosit <10.000/mm 3
Transfusi granulosit (jarang digunakan)
Pemberian antibiotik :
Bila ada demam sebagai manifestasi infeksi dapat
diberikan broad spektrum antibiotika
Lakukan pemeriksaan kultur : darah, urin,
kerongkongan, dan lesi kulit
Beri antibiotik sesuai hasil kultur
Lanjutan..
Hematopoietic growth factor
Bila memungkinkan dapat diberikan erythropoetin (untuk
anemia), Granulocyte Macrophage Colony Stimulating
Factor (GM-CSF) atau Granulocyte Colony Stimulating
Factor (G-CSF) untuk netropeni
Androgen
Meningkatkan produksi erythropoetin dan merangsang
proliferasi eritroid dan granulosit (Nandrolone Decanoate)
Imunosupresif
Bermanfaat untuk penderita anemia aplastik khususnya
yang penyebabnya adalah kelainan sistem imun, dapat
diberikan :
Kortikosteroid prednisone 1 mg/kgbb/hari selama 1 bulan
selanjutnya diturunkan sesuai kebutuhan
Cyclosporin A 3-7 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis
ANEMIA HEMOLITIK
Penderita anemia hemolitik akut (reaksi
transfusi) pengobatan ditujukan mencegah
syok dan terjadinya gagal ginjal akut dengan
memberikan cairan dan manitol
Splenektomi karena pemecahan berlebihan
oleh limpa misal pada sferositosis herediter
Anemia hemolitik kronis kadang perlu
diberikan asam folat 0,15-3,0 mg sehari untuk
mencegah terjadinya krisis hemolitik
Obati penyebab
ANEMIA HEMOLITIK OTOIMUN (AIHA)
Kortikosteroid prednison 40-60 mg/hari hingga
timbul respon, kemudian diturunkan perlahan
selama 6-8 minggu dan dilanjutkan dosis
pemeliharaan 10-20 mg/hari atau 2 hari sekali
Bila kortikosteroid tidak memberi respon atau
dosis pemeliharaan terlampau tinggi,
pertimbangan splenektomi
Bila splenektomi tidak mengatasi hemolisis
perlu ditambah obat imunosupresif lain :
cytoxan 2-3mg/kgbb/hari oral atau azathioprin
2-2,5mg/kgbb dengan atau tanpa kombinasi
kortikosteroid
transfusi harus dengan pertimbangan yang
tepat, ialah pada penderita anemia berat dan
Terimakasih..