Anda di halaman 1dari 48

Manajemen Kasus

Anemia

Muhammad Addinul Huda


Kasus
Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 53 Tahun
Alamat : Ds. Jiwan, Kab.Madiun
No. RM : 6418312
Tanggal Pemeriksaan 4 Maret 2014
Subjective
Lemas (+)
Nyeri kepala (+)
Berkunang-kunang (+)
Kembung (+)
Mual-muntah (+)
Post TAH-BSO 2011
Objective
Kesadaran : kompos mentis
Kesan umum : Lemah
Tanda-tanda vital
TD : 140/90 mmHg
HR : 90 x/menit
RR : 15 x/menit
t : 36,7oC
Kepala /Leher
Mata
Konjunctiva : anemis (+/+)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : isokor, bulat, refleks cahaya +/+
Leher : dbn
Rambut rontok: -
Toraks
Pulmo
Inspeksi : simetris ka=ki, napas cepat dan dalam (-),
retraksi diagfragma (-)
Palpasi : fremitus ka=ki normal
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler, rokhi -/-, wh -/-

Cor
Inspeksi: iktus cordis terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba, kuat angkat, thrill (-)
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bising (-)
Abdomen
Inspeksi : perut lebih tinggi dari dinding dada,
benjolan (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit
baik, nyeri
tekan (-), ginjal tidak teraba, tidak
teraba massa.
Perkusi : tympani, shifting dullness (-)
Ekstrimitas :
Akral hangat +/+/+/+, Sianosis -/-/-/-
Oedem tungkai -/-/-/-, kulit tampak kering
deformitas -/-/-/-, keterbatasan gerak -/-/-/-.
Lab (01/03/2014) Lab (03/03/2014)
Hb : 7.2 g/dL Hb : 12.1 g/dL
Hmt : 22.9 % HbSAg : (-)
MCV : 53.6 fL Anti HCV: (-)
MCH : 16.9 pg HIV : (-)
MCHC : 31.4 g/dL

Post TAH-BSO 2011; hasil PA: Adenomyosis


BOF : Cystic Lesion Cavum Pelvis (D)
USG : Tampak lesi kistik di kanan buli
Assessment
Anemia
Susp. Tu. Intra Abdomen
Planning
Pro: Colonoscopy
Pembahasan
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1
atau lebih parameter sel darah merah:
konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau
jumlah sel darah merah.
WHO
Anemia
Perdarahan
Berkurangnya produksi sel darah merah
Kekurangan nutrisi: Fe, B12, atau folat
Kelainan sumsum tulang
Supresi sumsum tulang
Rendahnya trophic hormone untuk stimulasi
produksi sel darah merah
Anemia penyakit kronis/anemia inflamasi

Peningkatan destruksi sel darah merah


Pada anemia hemolitik, berkurangnya masa hidup
sel darah merah (kurang dari 100 hari)
Pada keadaan normal, umur sel darah merah 110-
120 hari
Etiologi dan klasifikasi
Menurut Penyebab :
1. Gangguan pembentukan eritrosit pada sum-
sum tulang
2. Kehilangan darah
3. Hemolisis berlebihan

Menurut gambran morfologi eritrosit :


4. Anemia Mikrositik hipokromik
5. Anemia Normositik normokromik
6. Anemia makrositik
Klasifikasi Anemia Berdasarkan
Morfologi
Klasifikasi Anemia
Gejala Anemia

Gejala anemia muncul karena :


1. Anoksia organ
2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap
berkurangnya daya angkut oksigen

Gejala akan muncul bila Hb < 7 g/dl


Gejala dan tanda Anemia

Kardiovaskuler Lesu; palpitasi; takikardi;


dyspneu on
effort.
Saraf Nyeri kepala; pusing; Telinga
berdenging;
berkunang-kunang; lemah otot;
iritabel; lesu;
ekstremitas dingin
Urogenital Gangguan haid; libido menurun
Epitel Conjungtiva, kulit dan kuku
anemis;
rambut tipis
Gejala khas masing-masing anemia :

Anemia defisiensi Fe : disphagia, atropi papil


lidah,
stomatitis angularis, kuku sendok
(koylonychia)
Anemia Megaloblastik: glositis, gangguan
neurologi
(def vit B12)
Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali,
hepatomegali
Anemia Aplastik : perdarahan dan tanda-tanda
infeksi
Planing Diagnosis
Anamnesis
KU
RPS
RPD
Riwayat Gizi
Kebiasan dan Lingkungan
Pemeriksaan Fisik
Warna Kulit : pucat, sianosis, ikterus, kulit telapak
tangan kuning seperti jerami
Kuku : koilonycia
Mata : ikterus, konjuntiva anemis
Mulut : ulserasi, hipertrofi gusi, perdarahan gusi,
atrofi papil lidah, glositis, stomatitis angularis
Abdomen : hepatomegali, splenomegali
Pemeriksaan penunjang :

Laboratorium : Skrining tes : darah rutin, indeks


eritrosit, apusan darah tepi morfologi
Pemeriksaan seri anemia : Al, trombosit, hitung
retikulosit, KED
Sumsum tulang sebagai diagnosis definitif an
aplastik, an megaloblastik, kelainan
hematologik supresi sum sum tulang
pemeriksaan khusus:
an def Fe : Fe, IBC, TIBC, saturasi transferin,
feritin serum
An megaloblastik : folat serum, vit B12 serum,
An hemolitik : bilirubin, tes coomb,
elektroforesis hemoglobin
An aplastik : biopsi sum-sum tulang
Pendekatan diagnosis

Tahap tahap :
1. Menentukan ada tidaknya anemia
2. Menentukan jenis anemia
3. Menentukan etiologi dan penyakit dasar
4. Menentukan penyakit penyerta
Macam-macam cara pendekatan :

1. Pendekatan Morfologi :
. An mikrositik hipokromik
. An normositik normokromik
. An Makrositik

2. Pendekatan Fisiologik :
. Penurunan produksi eritrosit

(bila retikulosit turun )


. Hemolisis atau perdarahan (bila retikulosit
naik)
3. Pendekatan Probabilistik : pola etiologi anemia
disuatu daerah
anemia paling sering dijumpai : an def Fe, an
akibat penyakit kronik, thalasemia
Wanita hamil : an def asam folat
An karena malaria : di daerah endemik malaria
Di Bali : an aplastik
4. Pendekatan berdasar perjalaan penyakit
Perjalanan cepat :

perdarahan akut
hemolisis (AIHA)
an. hemolitik intravaskuler akibat transfusi
def G6PD
an pada lekemia, krisis aplastik
Pelan-pelan : 1. An def fe

2. An def as folat dan vit B12


3. An akibat penyakit kronik
4. An hemolitik kongenital
5. Pendekatan berdasar beratnya anemia :
Anemia berat : 1. An. Def Fe

2. An. Aplastik
3. An pada lekemia akut
4. An. Aplastik
5. An hemolitik karena
kongenital
6. Perdarahan akut
7. An. Pada gagal ginjal
terminal
Anemia ringan : 1. An pada peny kronik
2. An pada peny. Sistemik
3. Talasemia
Klasifikasi Morfologi Anemia Berdasar MCV
Anemia Makrositik Berdasar Hitung Retikulosit
Anemia Normositik atau Makrositik Dengan
Peningkatan Retikulosit
Anemia Mikrositik
Terapi
Non-Farmakologi:
Mencukupkan asupan nutrisi Fe, asam folat,
dan vitamin B12
Farmakologi
ANEMIA DEFISIENSI BESI
Diet kaya kalori, protein, dan zat besi
Beri preparat besi :
Preparat besi oral
Sulfas ferrosus 4x1 tab Dilanjutkan 4-6 bulan
setelah Hb normal
Ferrous fumarat 4x1 tab
e.s : nyeri epigastrium,
Ferrous glukonat 3x1 tab konstipasi, dan diare
Preparat besi parenteral
Inferon Hanya dianjurkan pada penderita
Jectofer yang mengalami intoleransi
gastrointestinal berupa mual dan
venofer muntah
Mengatasi penyebab
ANEMIA APLASTIK
Jika jumlah granulosit <500/ml, hindari kontak
dengan orang lain yang mengidap infeksi dan
diberi pencegahan infeksi CCT (cotrimoxazol-
colistine-ketoconazol)
Menggunakan sabun antiseptik untuk
mencegah infeksi kulit
Menggunakan sikat gigi halus untuk
mencegah perdarahan akibat trauma
Batasi penggunaan obat suntik
Menstruasi berlebihan dapat dicegah dengan
memberikan obat anovulatoar
Lanjutan..
Transfusi produk darah :
Packed red cell (PRC) bila Hb <7g/dl atau terdapat
keluhan anemia
Thrombocyte concentrate (TC) bila terjadi
perdarahan atau jumlah trombosit <10.000/mm 3
Transfusi granulosit (jarang digunakan)
Pemberian antibiotik :
Bila ada demam sebagai manifestasi infeksi dapat
diberikan broad spektrum antibiotika
Lakukan pemeriksaan kultur : darah, urin,
kerongkongan, dan lesi kulit
Beri antibiotik sesuai hasil kultur
Lanjutan..
Hematopoietic growth factor
Bila memungkinkan dapat diberikan erythropoetin (untuk
anemia), Granulocyte Macrophage Colony Stimulating
Factor (GM-CSF) atau Granulocyte Colony Stimulating
Factor (G-CSF) untuk netropeni
Androgen
Meningkatkan produksi erythropoetin dan merangsang
proliferasi eritroid dan granulosit (Nandrolone Decanoate)
Imunosupresif
Bermanfaat untuk penderita anemia aplastik khususnya
yang penyebabnya adalah kelainan sistem imun, dapat
diberikan :
Kortikosteroid prednisone 1 mg/kgbb/hari selama 1 bulan
selanjutnya diturunkan sesuai kebutuhan
Cyclosporin A 3-7 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis
ANEMIA HEMOLITIK
Penderita anemia hemolitik akut (reaksi
transfusi) pengobatan ditujukan mencegah
syok dan terjadinya gagal ginjal akut dengan
memberikan cairan dan manitol
Splenektomi karena pemecahan berlebihan
oleh limpa misal pada sferositosis herediter
Anemia hemolitik kronis kadang perlu
diberikan asam folat 0,15-3,0 mg sehari untuk
mencegah terjadinya krisis hemolitik
Obati penyebab
ANEMIA HEMOLITIK OTOIMUN (AIHA)
Kortikosteroid prednison 40-60 mg/hari hingga
timbul respon, kemudian diturunkan perlahan
selama 6-8 minggu dan dilanjutkan dosis
pemeliharaan 10-20 mg/hari atau 2 hari sekali
Bila kortikosteroid tidak memberi respon atau
dosis pemeliharaan terlampau tinggi,
pertimbangan splenektomi
Bila splenektomi tidak mengatasi hemolisis
perlu ditambah obat imunosupresif lain :
cytoxan 2-3mg/kgbb/hari oral atau azathioprin
2-2,5mg/kgbb dengan atau tanpa kombinasi
kortikosteroid
transfusi harus dengan pertimbangan yang
tepat, ialah pada penderita anemia berat dan
Terimakasih..

Anda mungkin juga menyukai