Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

MEKANIKA PEMBERAIAN
BATUAN

PENGARUH BIDANG DISKONTINU


PADA PENGGALIAN

ALBERTUS JUVENSIUS PONTUS


212160025
Latar Belakang

Diskontinuitas dalam mekanika batuan, merupakan istilah umum yang digunakan


sebagai istilah untuk batuan yang mengalami kerusakan (Giani, 1992).
Bates (1987) istilah diskontinuitas secara umum dapat berbentuk diskontinuitas
stratigrafi, seismik dan struktur geologi.
Hudson dan Harrison (1997) satu dari banyaknya aspek fundamental kehadiran
diskontinuitas adalah nilai rata-rata dan distribusi spasi antara diskontinuitas, indeks
asosiasi frekuensi diskontinuitas dan Rock Quality Designation (RQD).
Hoek (2006) penerapan analisis mekanika batuan membutuhkan model dan data
geologi berdasarkan definisi tipe-tipe batuan, struktur diskontinuitas dan sifat
material.
Wyllie dan Mah (2004) pengumpulan data diskontinuitas melalui investigasi geologi
dengan melakukan pengkategorian diskontinuitas, termasuk proses terbentuknya.
Beberapa jenis bidang diskontinu yan digolongkan
berdasarkan ukuran dan komposisinya adalah
sebagai berikut :
Fault
(patahan)

Bedding
(bidang
perlapisan)

Jenis Bidang Fracture and


Diskontinu Crack

Joint (kekar)

Fissure
Gambar. 1. Gambar. 2.
Contoh Patahan Contoh Fissure
Gambar. 3.
Contoh Bidang Perlapisan
Gambar. 4.
Contoh Frackture and Crack

Gambar. 5.
Contoh Joint
Pengaruh Bidang Diskontinu Pada Batuan

Adanya bidang diskontinu pada batuan akan mempengaruhi


banyak hal yang berhubungan dengan aktifitas penambangan,
diantaranya adalah :
Pengaruh terhadap kekuatan batuan.
Semakin banyak bidang diskontinu yang memotong massa
batuan, semakin kecil pula kekuatan dari batuan tersebut.
Bidang-bidang diskontinu yang ada pada massa batuan inilah
yang memiliki potensi untuk menyebabkan terjadinya failure
pada batuan yang diekskavasi.
Adanya bidang diskontinu juga akan memberikan pengaruh lain
dalam sebuah kegiatan pertambangan, hal ini berkaitan dengan
ukuran fragmentasi material yang ditambang.
Contoh Video Longsoran yang mungkin disebabkan oleh
banyaknya bidang diskontinu pada lereng tambang terbuka
Kriteria Analisis Penggalian
KRITERIA PENGGALIAN MENURUT RMR
Kemampuan untuk menaksir kemampugalian atau potongan suatu
massa batuan sangatlah penting, apalagi bila akan menggunakan alat
gali mekanis menerus. Fowell & Johnson (1982) menunjukkan hubungan
yang erat antara kinerja (produksi) Road header kelas berat (> 50 ton)
dengan RMR (lihat Gambar 6).
Selanjutnya pada tahun 1991 mereka melaporkan juga bahwa hubungan
tersebut di atas dapat dibagi menjadi 3 zona penggalian :
Zone 1 Kinerja penggalian sangat ditentukan oleh sifat-sifat batuan utuh.
Zone 2 Keberhasilan kinerja penggalian dibantu oleh kehadiran
struktur massa batuan. Pengaruh sifat-sifat batuan utuh menurun
dengan memburuknya kualitas massa batuan.
Zone 3 Kinerja penggalian semata-mata dipengaruhi oleh struktur
massa batuan.
Gambar 6. Hubungan antara RMR dan laju penggalian roadheader kelas
> 50 ton
(Fowell & Johnson, 1982 & 1991).
Nilai-nilai UCS, Energi Spesifik, Koefisien Abrasivity secara keseluruhan
menyimpulkan bahwa batuan utuh tersebut tidak dapat digali dengan
memuaskan oleh roadheader.
Namun seperti dilaporkan oleh Fowell & Johnson (1991) bahwa pada
kenyataannya massa batuan itu dapat digali dengan cara hanya menggoyang
bongka-bongkah batuan dari induknya yang akhir jatuh bebas.
RMR juga pernah dipakai untuk mengevaluasi kinerja roadheader Dosco SL120
(Sandbak 1985,lihat Gambar 7). Penelitian ini dilaksanakan pada bijih tembaga
Kalamazoo & San Manuel, Arizona.
Gambar 7. Hubungan laju penggalian roadheader vs. RMR
(Sandbak, 1985)
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai