Anda di halaman 1dari 21

METODE PEMBELAJARAN

MANAJEMEN NON-TRADISIONAL

T. Hani Handoko, Ph.D


Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

Yogyakarta, 25 Januari 2008

1
The mediocre teacher tells
The good teacher explains
The superior teacher demonstrates
The great teacher inspires

William A. Ward

2
Pencarian Model Pendidikan Manajemen
Dengan hanya menekankan penerapan scientific model, pendidikan manajemen
konvensional mengabaikan pentingnya untuk mengkombinasikan dan
menyeimbangkan art, craft, dan science (Mintzberg, 2004), serta soul. Minztberg
(2004) dan Bennis dan OToole (2005) menekankan adanya kebutuhan untuk
mengkombinasikan science, art dan craft dalam pendidikan manajemen (model
profesional). Di Indonesia, komponen soul merupakan keharusan.

Art mendorong
kreativitas, yang
menghasilkan insights
dan vision. Art
(Visi) Harvard Model

Scientific Soul
Model
Science (Jiwa) Craft merefleksikan
mengembangka pertemuan antara
n cara pandang Sains Craft konsep dan
dan cara pikir (Analisis) (Pengalaman) pengalaman.
yang teratur,
analitis, dan
sistematik.
Soul mendorong kompetensi
pengelolaan dengan hati. 3
Perbaikan Proses Pembelajaran
Manajemen
Perbaikan
PerbaikanKualitas
Kualitas
Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran

Beyond Beyond
Beyond Beyond
Beyond Clasrooms Beyond
Students
Students Clasrooms Teaching
Teaching

Melibatkan
Melibatkanmanajer
manajer Menggunakan
Menggunakan Menggunakan
Menggunakan
praktisi yang perusahaan
perusahaan berbagai
berbagaimetode
metode
praktisi yang
berpengalaman; sebagai
sebagaitempat
tempat pembelajaran
pembelajarannon- non-
berpengalaman;
Meningkatkan pembelajaran tradisional
Meningkatkankualitas
kualitas pembelajaran tradisional
Meneraokan
interaksi antara (teaching
(teaching Meneraokanmetodemetode
interaksi antara
praktisi, companies) pembelajaran
praktisi,mahasiswa
mahasiswadan
dan companies) pembelajaran
dosen. (Harrigan,
(Harrigan,1990);
1990); eksperiential
eksperientialyangyang
dosen. Menggunakan
Menggunakan lebih
lebih reflektif,seperti
reflektif, seperti
Proses fasilitas reflection papers,
Prosespendidikan
pendidikan fasilitas
pembelajaran
reflection papers,
manajemen
manajemendengan
denganpara
para pembelajaranyangyang managerial
managerialexchanges,
exchanges,
mahasiswa lebih variatif. dan
dan tutoring,mentoring
tutoring,
mahasiswadan
danberbagai
berbagai lebih variatif. mentoring
pihak
pihakyang
yanglebih
lebih dan monitoring
dan monitoring
berpengalaman
berpengalamanmembantu (Minztberg
membantu (Minztberg&&Gosling
Gosling
proses transfer
proses transfer 2002);
pembelajaran 2002);
pembelajaranantara
antarakelas
kelas Memasukkan
Memasukkan 4
dan tempat kerja,
dan tempat kerja, komponen
meningkatkan kesiapan komponenklinisklinisdan
dan
Kebutuhan Pengembangan Metoda
Pembelajaran Manajemen Non-Tradisional
Knowing-doing gap. Pendidikan manajemen mensyaratkan knowledge-in-
action, yang tidak dapat dipelajarai hanya dengan kuliah dan membaca,
tetapi memerlukan penerapan learning-by-doing. Pendidikan manajemen
tidak hanya mengajarkan capacity to know, tetapi juga mengembangkan
capacity to act.
Pengembangan judgments. Pendidikan manajemen tidak hanya mentransfer
pengetahuan, melatih kemampuan dan ketrampilan, tetapi lebih penting
mengembangkan judgments dalam menghadapi berbagai situasi manajerial.
Kemampuan sintesis. Pendidikan manajemen tidak hanya mengajarkan
analisis fungsional, sektoral, industrial dan sebagainya, tetapi juga sintesis
mengintegrasikan berbagai hasil analisis.
Pembelajaran mandiri. Pendidikan manajemen harus suportif terhadap
pengembangan daya kreatif, inovatif dan sikap pembelajaran mandiri (self-
learning), terutama untuk menghadapi lingkungan bisnis yang terus berubah
(dinamik).
Interdisipliner. Pendidikan manajemen adalah multidisipliner, menggunakan
beragam perspektif, berbasis isu, dan mengintegrasikan konsep dan praktik
(pengalaman) (refelection-in-action).
5
Metode Pembelajaran Manajemen Non Tradisional
Metoda kasus
Experiential learning
Penguasaan
Penguasaankonsep
konsep (experimental exercises,
dan
danteknik
teknik kegiatan kelompok di luar
kelas, dan role playing)
Cost-benefit exercises
Incident cases
Pengajaran diskusi
(discussion teaching)
Managerial Kapasitas
Kapasitasuntuk
untuk
bertindak Skill Videos
competencies bertindakdan
dan Pengajaran dengan buku
judgements
judgements bestseller
Penggunaan teknologi
informasi (proyek)
Evaluasi dan kritik jurnal
Simulasi riset
Sikap
Sikapdan
dandimensi
dimensi Kunjungan perusahaan
keperilakukan
keperilakukan Internship (learning
companies)
6
Mengapa Metode Pembelajaran Alternatif?:
Beyond Teaching
Learning occurs where concepts meet experiences through
reflection (Mintzberg & Gosling, 2002).

Reflecting does not mean musing; it


means wondering, probing, analyzing,
synthesizing and struggling.
Konsep

Refleksi Dampak

Pengalaman
7
Metoda Kasus
Instead of textbooks, the case method uses descriptions of specific
business situations. Instead of giving lectures, the teacher under
the case method leads a discussion of these business situations.

A method of instruction in which students and instructors participate


in direct discussion of business cases or problems. These cases,
usually prepared in written form and derived from actual
experience of business executive, are read, studied, and discussed
by students among themselves, and they constitute the basis for
class discussion under the direction of the instructor. The case
method, therefore, includes both a special type of instructional
material and the special techniques of using that material in the
instructional process (Leenders & Erskine, 1978).

8
Karakteristik Pengajaran Metoda Kasus
dalam Pendidikan Manajemen
Management education is like legal training, medical training or any field of
professional education based on situational diagnosis and prescription. The
reasoning is inductive; it proceeds from the particular to the general. The product of
such training are analytical skills and conceptual understanding in the fields of
study. By comparison, deductive learning proceeds from the teaching of a body of
principles which may then applied to the relevant classes of problems. Students first
learn principles, and then seek to apply them to the specific situations. In
management, though, problems do not yield to sets of law, theorems or principles
unless perhaps the problems are reduced to artificially simple terms (Corey, 1980).

Mahasiswa belajar secara induktif dengan metoda kasus dalam empat cara:
Learning by discovery
Learning by probing
Learning through practice
Learning by contrast and comparison
9
Metoda Kasus
Kasus memberikan kesempatan kepada mahasiswa pengalaman firsthand
dalam menghadapi berbagai masalah manajerial yang kompleks dan
realistik di organisasi.

Kasus menyajikan ilustrasi teori dan materi kuliah manajemen, serta


mengkaitkan teori dan praktik.
Kasus mengembangkan daya analisis dan sintesis.
Kasus mengembangkan self-analysis, sikap, kepercayaan diri, dan
tanggungjawab.

Metode kasus memberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas dan


mendapatkan pengalaman dalam mempresentasikan gagasan kepada
orang lain Pengembangan ketrampilan interpersonal dan komunikasi.

Kasus memfasilitasi pengembangan sense of managerial judgment and


wisdom, bukan hanya menerima secara tidak kritis apa saja yang 10
diajarkan dosen atau kunci jawaban yang tersedia di halaman belakang
Metode Pembelajaran Eksperiential
I hear and I forget
I see and I remember
I do and I understand
Confucius
Kegiatan pembelajaran eksperiential memberikan
mahasiswa kesempatan untuk mengalami situasi
manajerial secara langsung (hands-on) dan
personal.
Pengalaman personal memfasilitasi peningkatan
komponen penting pembalajaran self efficacy.
Dua tipe pembelajaran eksperiential: pembelajaran
diri-sendiri dan pendidikan eksperiential.
Empat elemen model pembelajaran eksperiential:
pengalaman nyata, observasi dan refleksi, formasi
sikap, pengetahuan (cara pikir atau teori) dan
ketrampilan, dan pengujian dalam situasi baru. 11
Metode Pendidikan Eksperiential
Karakteristik penting pendidikan eksperiential:
Keterlibatan aktif mahasiswa, pengalaman
mahasiswa mempunyai nilai penting dalam proses
pendidikan, dan keragaman bentuk dan
pendekatan.
Pendidikan eksperiential dapat dilakukan baik di
dalam kelas (laboratorium manajemen) maupun di
luar kelas (misal, internships, job shadowing,
outdoor education, group-based learning projects,
dan cooperative education placements)
12
Pengajaran dengan Diskusi:
Premis dan Praktik
Penciptaan partnership antara dosen dan mahasiswa dalam
pembelajaran
Pembentukan suatu learning community yang mempunyai
tujuan dan berbagi nilai yang sama
Penekanan pada partisipasi, dialog, dan komunikasi dua arah
Pengembangan pemikiran reflektif dan pemecahan masalah
kreatif
Pertukaran ide, pendapat, pengalaman, reaksi, informasi,
dan konklusi
Persyaratan dual competency: kemampuan untuk mengelola
content dan process
Pemahaman materi pembelajaran yang lebih baik dan lebih
lama
13
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:
Pengajaran dengan Buku Bestseller
Pengembangan pemikiran kritis dalam penerapan standar riset
akademik pada simplifikasi masalah dalam buku-buku
bestseller
Pembelajaran rahasia keberhasilan eksekutif dan
manajemen, berbagai atribut sukses, dan ketrampilan
manajerial praktis
Pengajaran aplikasi dan keterbatasan berbagai konsep dan
teknik manajemen
Buku-buku bestseller dapat menjadi bahan perdebatan

Contoh penerapan buku Competitive Advantage Through People: Unleashing


the Power of the Workforce (Pfeffer, 1994): Sejumlah menu penugasan
kelas Kritik metodologi dan desain studi, analisis berbagai best practices
dalam Manajemen, penerapan praktik Manajemen terbaik pada perusahaan
di Indonesia, dan sebagainya.
14
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:

Pengajaran dengan Videotapes


Penggunaan teknologi videotape sebagai suatu pendekatan untuk
melibatkan mahasiswa dalam proses pembelajaran merupakan
teknik efektif pengajaran melalui permodelan (modelling).
Basis penggunaannya adalah teori permodelan dan vicarious
learning

Pendekatan yang dapat diterapkan adalah penggunaan tapes


dalam segmen-segmen pendek untuk mengilustrasikan pola
perilaku atau proses manajerial tertentu

Produksi tapes: Penggunaan tapes tersedia secara komersial,


role-playing oleh mahasiswa di luar kelas dan direkam, dan
pembuatan dengan aktor profesional
15
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:

Evaluasi dan Kritik Artikel


Mahasiswa diminta untuk memilih artikel dan jurnal yang
berorientasi praktik dan/atau akademik. Mereka ditugaskan
tidak hanya untuk meringkas artikel, tetapi membahas
pembelajaran (lessons) yang diperoleh dan mereview secara
kritis konsep dan/atau metoda penelitian yang digunakan.

Mehasiswa dikembangkan sebagai pembelajar mandiri,


dengan kemampuan untuk mengumpulkan informasi secara
selektif, mengevaluasi secara kritis, dan menilai validitas
dan kegunaan suatu teori atau konsep, atau menciptakan dan
mengembangkan pengetahuan berdasar penelitian.

16
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:

Proyek Riset Unobtrusive


Mahasiwa ditugaskan untuk memilih lokasi di kampus,
mall, perusahaan atau di tempat umum lain. Mereka diminta
untuk melakukan studi unobtrusive pada lokasi tersebut
dengan mengobservasi fenomena dan perilaku tertentu pada
periode waktu tertentu.

Mahasiswa belajar berbagi perilaku secara langsung,


membuat laporan, dan kemudian membahasnya di kelas.
Mahasiswa akan heran begitu banyak perilaku yang
menarik dan penting, serta implikasinya, yang dapat
dipelajari. Proyek riset ini sering diterapkan untuk
mendapatkan pengalaman dalam penerapan management
by walking around 17
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:

Penggunaan Mikrokomputer
Mikrokomputer dapat digunakan secara efektif untuk
mencapai berbagai sasaran kognitif pendidikan,
seperti diagnosis, pengambilan keputusan, asimilasi,
dan aplikasi konsep

Pengetahuan yang menjadi dasar sistem pembelajaran


komputer harus divalidasi

Mikrokomputer adalah learning tools, bukan learning


replacements
18
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:
Penggunaan Masalah Manajerial dalam Kelas
Secara regular, dosen dapat menugaskan mahasiwa untuk
mengumpulkan berbagai masalah dan concerns manajerial
dari para manajer (wilayah) lokal (managerial problem
survey). Hasil survei kemudian digunakan sebagi bahan
diskusi. Metoda ini tidak hanya memberikan konsep dan
aplikasi, tetapi juga pengembangan proses discovery, inquiry,
dan eksperimentasi.

Variasi penggunaannya dapat sebagai:


Pendekatan untuk mentransfer konsep, dengan fokus pembahasan pada
relevansinya untuk memecahkan masalah manajerial
Penugasan kelompok untuk menganalisis dan menyajikan rekomendasi
terhadap masalah manajerial nyata
Kegiatan ice-breaking
Exercise pengambilan keputusan kelompok
Materi pembelajaran langsung dari para manajer (yang diwawancara)
Bahan ujian
19
Referensi
Bain, G., McArthur, J., Spence, M., & Mintzberg, H. 1994. The greening of business schools.
Dalam H. Thomas, D. ONeal, R. White, & D. Hurst (Eds.), Building Strategically
Responsive Organization, New York: John Wiley & Sons.

Bennis, W. G., & OToole, J.. 2005. How business schools lost their way. Harvard Business
Review, May: 96-104

Cheit, E. F. 1985. Business schools and their critics. California Management Review, 27 (3):
43-62.

Corey, E. R. 1976. The use of cases in management education. Harvard Business Review
Case #9-376-240. Boston, MA: Harvard Business School Press.

Cummings, L. L. 1990. Management education drifts into the 21 st century. Academy of


Management Executive, 4 (3): 66-67.

Harrigan, K. R. 1990. Professionalism in management education: Is the emperor naked in the


1990s. Academy of Management Review, 15 (4): 696-698.

La Force, J. C., & Novelli, R. J. 1985. Reconciling management research and practice.
California Management Review, 27 (3): 64-81.

Leenders, M. R., & Erskine, J. A. 1978. Case Research: The Case Writing Progress, 2nd edition.
London, Canada: School of Business Administration, The University of Western Ontario.

Macfarlane, B., & Lomas, L. Competence-based management education and the needs of the
learning organization. Education + Training, 36 (1): 29-32. 20
Referensi (Lanjutan)

Miles, R. E. 1985. The future of business education. California Management Review, 27 (3): 63-73.

Mintzberg, H. 2004. Managers, Not MBAs. San Francisco, CA: Berrett-Koehler Publishers, Inc.

Mintzberg, H., & Gosling, J. 2002. Educating managers beyond borders. Academy of Management
Learning and Education, 1 (1): 64-76.

Pfeffer, J., & Fong, C. T. 2002. The end of business schools? Less success than meets the
eye. Academy of Management Learning and Education, 1 (1):78-95.

Porter, L. W. 1997. A decade of change in the business school: From complacency to


tomorrow. Selection, The Magazine of the Graduate Management Admission
Council, Winter: 1-8.

Smith, P. 2000. Introducing competence-based management development: A case study


of a university-hospital partnership. Journal of Workplace Learning, 12 (6): 245-251.

Vinten, G. 2000. The business school in the new millennium. The International Journal of
Educational Management, 14 (4): 180-191.

HH/ugm
21

Anda mungkin juga menyukai