Anda di halaman 1dari 17

Dermatitis Kontak Alergi

BYZANTINE WULANDARI PARUBAK


G 501 08 040
PEMBIMBING KLINIK : dr. NUR HIDAYAT, Sp.KK
DEFINISI
Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah
peradangan yang terjadi pada kulit
akibat pajanan atau kontak dengan
bahan dari luar yang bersifat alergen
pada kulit seseorang yang
sebelumnya telah tersensitasi.
EPIDEMIOLOGI
Insiden dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4%
dari populasi penduduk Indonesia

DKA timbul pada 20% dari seluruh penderita


dermatitis kontak

Dapat mengenai segala usia, namun sering pada


dewasa, jarang pada anak-anak

Perempuan >> laki-laki


ETIOLOGI
Bahan (Alergen) Haptenik (molekul <
500-1000 Da) dan bersifat lipofilik.
Alergen Sumber/Benda

Krom Semen, tinta tatto

Kobalt Logam, cat, tinta

Nikel Perhiasan (jam tangan, anting), restleting celana

Bahan kosmetika Cat kuku, losion, deodoran

Bahan pengolah pakaian Sabun, detergen

Bahan karet Sepatu boot, sarung tangan, ikat pingang

Obat-obat Benzocaine, neomycin, quinolin

Racun tanaman Tanaman merambat (pohon ivy), rumput liar


Berdasarkan lokasi lesi :
Muka/kepala : kosmetik, tangkai kaca mata (nikel), obat
topikal, cat rambut, shampo
Telinga : anting, cat rambut, alat bantu pendengaran
Bibir : pasta gigi, obat kumur, lipstik
Leher : kalung, minyak wangi
Ketiak : deodoran, bedak, baju
Punggung : pengait Bra
Pinggang : karet celana, kepala ikat pinggang, restleting
Lengan dan kaki : perhiasan, tumbuh-tumbuhan, sepatu,
bahan topikal
Tangan : sabun, detergen
PATOFISIOLOGI

Reaksi Hipersensitivitas tipe IV


(tipe lambat) berdasarkan klasifikasi
Cooms dan Gell, terdiri dari 2 Fase :
Fase Sensitisasi
Fase Elisitasi
PATOFISIOLOGI
Fase Sensitisasi

Hapten masuk ke epidermis

Ditangkap sel langerhans dengan cara pinositosis

konjugasi dengan HLA-DR

Kompleks HLA-DR-Antigen

Sel langerhans mempresentasikan kompleks tsb pada sel T-Helper


(T-CD4 & T-CD3) di limfe regional

Proliferasi sel T memori diedarkan ke seluruh tubuh

(Berlangsung selama 2-3 minggu)


PATOFISIOLOGI
Fase Elisitasi

Pajanan ulang alergen (hapten)

Ditangkap sel langerhans dengan cara pinositosis

Sel T memori

Menstimulasi pelepasan sitokin-sitokin (IL-1,IL-6)

Aktivasi sel mast

Histamin

Vasodilatasi dan permeabilitas kapiler

(selama 24-48 jam)


Gejala Klinis
Stadium Akut
Muncul 24-48 jam di
tempat kontak
Makula eritema,
edema, papul, vesikel
atau bula yang dapat
pecah. Bila pecah
akan terjadi erosi dan
eksudasi (lesi basah). Lesi DKA Akut
Lesi berbatas jelas
Keluhan subyektif
berupa gatal
Gejala Klinis
Stadium Subakut

eritema,
edema
ringan,
vesikula,
krusta, Lesi DKA Subakut
sedikit
likenifikasi
Gejala Klinis
Stadium Kronis

Likenifikasi,
papula, skuama,
terlihat bekas
garukan berupa
erosi atau
ekskoriasi, krusta,
hiperpigmentasi
Lesi berbatas Lesi DKA Kronis
tidak jelas
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai
didasarkan kelainan kulit yang ditemukan seperti
riwayat pekerjaan, obat-obatan, kosmetik,
pekerjaan, riwayat atopi
Pemeriksaan fisik
Dengan melihat lokasi dan kelainan kulit yang
berguna untuk dapat mengetahui kemungkinan
penyebab.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Uji Tempel (Patch Test)

2. Uji Kultur dan sensititivitas


Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa
Menghindari kontak dengan bahan alergen:
Menggunakan sarung tangan ketika hendak
kontak dengan bahan detergen/sabun
Menghentikan pemakaian kosmetik / obat yang
tidak cocok
Menjaga kebersihan kulit
Jika terkena bahan alergen cepat dibersihkan
Menghindari stress (banyak istirahat)
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Topikal
Kortikosteroid
Antibiotik

Sistemik
Kortikosteroid
Antihistamin
Antibiotik
Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam
Quo ad Kosmetikam : Bonam

Menjadi kronis bila terjadi bersamaan dengan


dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis
atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai