Materi :
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23
PPh Pasal 26
PPh Pasal 4
ayat (2)
PPh Pasal 15 Dimodifikasi dan disampaikan oleh: Haris Budi
Setiawan
1
JENIS-JENIS PPh PEMOTONGAN &
PEMUNGUTAN
PPh Pasal 22 Tentang PPh yang dipungut atas transaksi/ kegiatan tertentu oleh
pemungut PPh Pasal 22 yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan/Dirjen Pajak
PPh Pasal 23 Tentang PPh yang dipotong atas penghasilan sehubungan dengan
penggunaan harta/modal (sewa, royalty, bunga, dan dividen) serta jasa atau kegiatan kepada
subjek pajak dalam negeri
Jenis
PPh
Pemotongan PPh Pasal 26 Tentang PPh yang dipotong atas penghasilan yang diterima/
& diperoleh subjek pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap (BUT) dari indonesia
Pemungutan
PPh Pasal 4 ayat (2) Tentang Pajak yang bersifat final, jenis penghasilan yang
dikenakan PPh ini ditetapkan sesuai Peraturan Pemerintah
PPh Pasal 15 Tentang PPh untuk wajib pajak tertentu yang penghitungan penghasilan
netonya menggunakan norma perhitungan khusus. Besarnya norma penghitungan ditetapkan
oleh menteri keuangan
2
Pajak
Penghasilan
Pajak Penghasilan
dikenakan terhadap Subjek
Pajak atas Penghasilan yang
diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.
3
Objek Pajak
Objek Pajak adalah Penghasilan, yaitu:
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
(Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
6
PENGHASILAN
ESTIMATED TAX
WITHHOLDING TAX
TUJUAN:
-KELANCARAN KAS NEGARA
-MERINGANKAN BEBAN WAJIB PAJAK
8
SISTEM
SELF PEMBAYARAN OFFICIAL
ASSESSMENT PAJAK ASSESSMENT
WITHHOLDING
SYSTEM
9
Witholding Tax System
10
WITHHOLDING
SYSTEM
PEMOTONGAN PEMUNGUTAN
Pemotongan Pemungutan
13
Dasar Hukum
1. Pasal 22 Undang-Undang Pajak
Penghasilan
2. PMK-107/PMK.010/2015 tentang perubahan
ke 4 PMK Nomor 154/PMK.03/2010 tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
Sehubungan Dengan Pembayaran atas
Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang
lmpor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain
Berlaku Sejak 8 Agustus 2015
3. PER-31/PJ/2015 tentang Perubahan ke-3
PER-57/PJ/2010 tentang tata cara dan
prosedur Pemungutan PPh Pasal 22
sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang dan kegiatan dibidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain
mulai berlaku sejak 08 Agustus 2015
14
PEMUNGUT & OBJEK PPH PASAL 22
18
PERHITUNGAN PPh PASAL 22 BUMN
PMK-
- BUMN 107/PMK.010/2015
- Badan Usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh
BUMN
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang,
PT Petrokimia Gresik,
PT
PT
Pupuk Kujang,
Pupuk Kalimantan Timur,
1,5% x
PT
PT
Pupuk Iskandar Muda,
Telekomunikasi Selular,
Harga
PT
PT
Indonesia Power,
Pembangkitan Jawa-Bali,
pembelian
PT
PT
Semen Padang,
Semen Tonasa, tidak
PT
PT
Elnusa Tbk,
Krakatau Wajatama, termasuk
PPN
PT Rajawali Nusindo,
PT Wijaya Karya Beton Tbk,
PT Kimia Farma Apotek, Per tanggal
PT
PT
Kimia Farma Trading & Distribution,
Badak Natural Gas Liquefaction,
08 Agustus
PT Tambang Timah, 2015
PT Petikemas Surabaya,
PT Indonesia Comnets Plus, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRI Syariah, dan PT Bank BNI Syariah
Berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan
kegiatan usahanya. 19
PERHITUNGAN PPh PASAL 22 IMPOR
Atas Impor :
Barang tertentu sebagaimana tercantum dalam
lampiran I PMK-107/PMK.010/2015, sebesar 10% dari
nilai impor
Barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum dalam
lampiran II PMK-107/PMK.010/2015, sebesar 7,5% dari
nilai impor
Selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya,
yang menggunakan angka pengenal impor (API),
sebesar 2,5% dari nilai impor, kecuali atas impor
kedelai, gandum, dan tepung terigu sebesar 0,5% dari
nilai impor;
Selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya,
yang tidak menggunakan angka pengenal impor (API),
sebesar 7,5% dari nilai impor; dan/atau
Barang yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual
lelang.
20
PERHITUNGAN PPh PASAL 22 IMPOR
Atas
Ekspor : komoditas tambang batubara, mineral
ekspor
logam, dan mineral bukan logam, sesuai
uraian barang dan pos tarif/Harmonized
System (HS) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III PMK-107/PMK.010/2015, oleh
eksportir kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang terikat dalam perjanjian kerjasama
pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya,
sebesar 1,5% dari nilai ekspor sebagaimana
tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor
Barang.
21
Ketentuan Penting terkait
Ekspor Impor
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar
penghitungan Bea Masuk yaitu Cost Insurance and Freight
(CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya
yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.
Nilai ekspor sebagaimana tercantum dalam
Pemberitahuan Ekspor Barang adalah nilai Free on Board
(FOB).
Pemungutan PPh Pasal 22 ini bersifat tidak final dan
dapat diperhitungkan sebagai pembayaran PPh
dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang
dipungut.
Besarnya pungutan PPh Pasal 22 yang diterapkan terhadap
WP yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100% (seratus
persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap WP
yang dapat menunjukkan NPWP
22
PERHITUNGAN PPH PASAL 22 BBM, GAS & PELUMAS
JE N IS P R O D U K S I P E R T A M IN A S W A S T A N IS A S I
P R E M IU M 0 ,2 5 % X 0 ,3 % X
S O L A R P E N JU A L A N P E N JU A L A N
- P R E M IX / S U P E R T T
M IN Y A K T A N A H 0 ,3 % X P E N J U A L A N 0 ,3 % X
P E N JU A L A N
G A S L P G 0 ,3 % X P E N J U A L A N 0 ,3 % X
P E N JU A L A N
P E L U M A S 0 ,3 % X P E N J U A L A N 0 ,3 % X
P E N JU A L A N
D ip u n g u t p a d a s a a t p e n e r b it a n S P P B ( d e liv e r y o r d e r )
P e m u n g u t a n & p e n y e t o r a n o le h P e m u n g u t P a ja k a .n p e m b e li k e
b a n k p e r s e p s i/ k a n t o r p o s
P P h 2 2 p e n y a lu r / a g e n b e r s if a t f in a l & s e la in p e n y a lu r / a g e n
b e r s if a t t id a k f in a l
23
PERHITUNGAN PPH PASAL 22 Badan Usaha Industri
IN D U S T R I S E M E N 0 ,2 5 % x D P P P P N T ID A K F IN A L
IN D U S T R I K E R T A S 0 ,1 % x D P P P P N T ID A K F IN A L
IN D U S T R I B A JA 0 ,3 % x D P P P P N T ID A K F IN A L
IN D U S T R I O T O M O T IF 0 ,4 5 % x D P P P P N T ID A K F IN A L
Industri Farmasi
(Obat) 0,3% x DPP PPN Tidak Final
24
25
Pemungutan PPh PASAL 22
27
PEMUNGUTAN PPH PASAL 22 Barang SANGAT Mewah
- 0,25% (Semen)
- 0,1% (Kertas) Penjualan/
PPh Pasal 22 Industri - 0,3% (Baja) DPP PPN/
- 0,45% (Otomotif) Harga Jual
-0.3% (Farmasi)
PPh Pasal 22
Industri dan Eksportir Hasil Pertanian
Saat Pembelian
30
Ringkasan Tata Cara Pembayaran
& Pelaporan
Pembayaran dan Bukti Pungut:
PPh Pasal 22 Impor - Penyetor: WP setor sendiri atau DJBC
SSP a.n. Wajib Pajak (yg. Dipungut)
- SSP sekaligus sbg. Bukti Pungut
32
Ringkasan Jatuh Tempo Pelaporan
oleh Pemungut
7 hari setelah batas waktu penyetoran berakhir
PPh Pasal 22 Impor (untuk DJBC sebagai pemungut)
33
34
37
38
Pemotongan penghasilan tertentu dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan atau
terutang oleh badan pemerintah, subjek pajak
badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam
negeri atau bentuk usaha tetap
39
PPh Pasal 23
WP Badan DN
Pemotong Orang Pribadi yang ditunjuk
dan OP usaha pembukuan
(khusus sewa)
40
DASAR HUKUM
PEMOTONGAN PPh PASAL 23
UU No.6/ 1983 sebagaimana telah diubah
UU terakhir dengan UU No.19/2009
UU No.7/ 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No.36/2008
PP PP No.94/2010
No.624/KMK.04/1994
KEP No.434/KMK.04/1999
MENKEU No.541/KMK.04/2000
PMK No. 244/PMK.03/2008
PMK No. 141/PMK.03/2015
KEP KEP-50/PJ./1994
DIRJEN PER-33/PJ./2009
SE-53/PJ/2009 (Definisi Penghasilan
SE Bruto)
DIRJEN SE-35/PJ/2010 (Pengertian sewa dan
Jasa)
41
PIHAK YANG BERKEWAJIBAN MEMOTONG PENGHASILAN
YANG MERUPAKAN OBJEK PPh PASAL 23
1.
1. Badan
BadanPemerintah;
Pemerintah;
2.
2. Subjek
SubjekPajak
PajakBadan
BadanDalam
DalamNegeri;
Negeri;
3.
3. Penyelenggara Kegiatan;
Penyelenggara Kegiatan;
4.
4. Bentuk
BentukUsaha
UsahaTetap;
Tetap;
5.
5. Perwakilan
Perwakilan PerusahaanLuar
Perusahaan LuarNegeri
NegeriLainnya;
Lainnya;
6.
6. Orang
OrangPribadi
PribadiYang
YangDitunjuk
DitunjukSebagai
SebagaiPemotong
Pemotong
(Akuntan,Dokter,Konsultan
(Akuntan,Dokter,KonsultanArsitek,Notaris,Pengacara,PPAT);
Arsitek,Notaris,Pengacara,PPAT);
Khusus Objek : Sewa
Khusus Objek : Sewa
7.
7. OrangPribadi
Orang PribadiYang
YangMenjalankan
MenjalankanUsaha
UsahaDan
DanMenyelenggarakan
Menyelenggarakan
Pembukuan ; Khusus Objek : Sewa.
Pembukuan ; Khusus Objek : Sewa.
Yang
Yang memberikan
memberikan penghasilan
penghasilan yang
yang berasal
berasal dari
dari
MODAL
MODAL PENYERAHA
PENYERAHA PENYELENGGARAA
PENYELENGGARAA
N
N JASA
JASA N
N KEGIATAN
KEGIATAN selain
selain
yang
yang telah
telah
dipotong
dipotong PPh
PPh Ps.
Ps.
42
PPh PASAL 23/26
ORANG PRIBADI /
BADAN
45
DIKECUALIKAN DARI PEMOTONGAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 23
a. Penghasilan Yang Dibayar Atau Terutang Kepada
Bank;
b. Sewa Yang Dibayarkan Atau Terutang Sehubungan
Dengan Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi;
c. Deviden Atau Bagian Laba Yang Diterima Atau
Diperoleh Perseroan Terbatas Sebagai Wajib Pajak
Dalam Negeri, Koperasi, BUMN/D, dari Penyertaan
Modal Pada Badan Usaha Yang Didirikan Dan
Bertempat Kedudukan Di Indonesia dengan
syarat :
1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
2) Bagi Perseroan Terbatas, BUMN/D yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25 persen dari
jumlah modal yang disetor
- Dividen Yang Diterima Oleh Orang Pribadi (PPh
46
Final 10%)
DIKECUALIKAN DARI PEMOTONGAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 23
d. Bunga Obligasi yang diterima atau diperoleh Perusahaan
Reksa Dana;-> Dicabut sejak 2009
e. Bagian Laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
Perseroan Komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, Persekutuan, Perkumpulan, Firma dan Kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif
f. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi yang dibayarkan kepada
anggotanya;
g. bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggotanya -> Dicabut sejak 2009 karena
masuk ke PPh final
h. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan
usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur
pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan
Cont
Peraturan Menteri Keuangan
.
47
PPh PASAL 23/26
BUDIROHS
BUNGA, DIVIDEN, AJA SEWA
ROYALTI DAN HADIAH DAN DAN
PENGHARGAAN,. JASA LAINNYA
(BUDIROH) (SAJA)
TARIF TARIF
15 % 2%
Jumlah Bruto
*tidak termasuk PPN 49
DILAKUKAN PADA SAAT MEMBAYARKAN
PENGHASILAN
BUKTI PEMOTONGAN
1 UNTUK REKANAN
2 LAMPIRAN SPT MASA PPh
3 PASAL 23/26
ARSIP PEMOTONG
50
JUMLAHKAN PPh PSL 23/26 DALAM
BUKTI PEMOTONGAN
SELAMA SATU BULAN TAKWIM
51
n
l a porka
aj i b Me suatu
Ti d ak W ila dlm an
G / W P apab otong
SPT MASA PPh PSL 23/26 ON / 26 e m
OT 23 tp
PEM asa PPh terdapa
M k
SPT /bulan td
a
mas 3/26
2
PPh
LAMPIRAN
0
* LEMBAR KE-3 SSP BUKTI SETORAN PPh PSL 23/26 1 0 0.00 t
da Rp lamb
a
* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 23/26 de n te r
* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN be rupa PT Masa tuan
k s i adm abila S ai keten
San akan ap an sesu
n k
PLG LAMBAT Dike dilapor
k
KE KPP/ 20 HARI SETELAH / tida
KP2KP BLN TAKWIM BERAKHIR
53
DASAR HUKUM
PEMOTONGAN PPh PASAL 26
UU
UUNo.6/
No.6/1983
1983sebagaimana
sebagaimanatelah
telah
diubah
diubahterakhir
terakhirdengan
dengan UU
UU
UU No.16/2009
No.16/2009
UU
UUNo.7/
No.7/1983
1983sebagaimana
sebagaimanatelah
telah
diubah terakhir dengan UU
diubah terakhir dengan UU
No.36/2008
No.36/2008
PP PP
PPNo.94/2010
No.94/2010
KMK
KMKNo.624/KMK.04/1994
No.624/KMK.04/1994
KMK
KMKNo.434/KMK.04/1999
No.434/KMK.04/1999
KEP PMK
PMK No.184/PMK.03/2007Jo
No.184/PMK.03/2007 JoPMK
PMK
MENKEU No.80/PMK.03/2010
No.80/PMK.03/2010
PMK
PMKNo.257/PMK.03/2008
No.257/PMK.03/2008
PMK
PMKNo.
No.82/PMK.03/2009
82/PMK.03/2009
PerDirjen PER-61/PJ/2009
PER-61/PJ/2009Jo
JoPER-
PER-
24/PJ/2010
24/PJ/2010
PER-62/PJ/2009
PER-62/PJ/2009Jo
JoPER-
PER-
25/PJ/2010 54
25/PJ/2010
SAAT TERHUTANG PPh PASAL 26
CASH BASIS :
PADA AKHIR BULAN DILAKUKAN PEMBAYARAN
ACCRUAL BASIS :
PADA AKHIR BULAN TERUTANGNYA PENGHASILAN
Umum:
Akhir bulan pembayaran atau terutangnya
penghasilan, mana yang lebih dulu.
Khusus:
Saat jatuh tempo bunga dan sewa
Saat tersedia untuk dibayarkan dividen
Saat yang ditentukan dalam kontrak/
perjanjian atau faktur royalti, jasa
55
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN PEMOTONGAN
PEMOTONGAN PPh
PPh
PASAL
PASAL 26
26
PRINSIP DESENTRALISASI :
DI T4 TERJADINYA PEMBAYARAN ATAU TERUTANGNYA
OBJEK PPh 23/26; (KANTOR PUSAT ATAU CABANG)
KEWAJIBAN PEMOTONG :
MEMOTONG PPh 23/26 Sesuai Saat Terutang PPh 23/26
dgn membuat BUKTI PEMOTONGAN;
MEMBERIKAN BUKTI PEMOTONGAN PPh 23/26 Kepada
PENERIMA PENGHASILAN
MENYETOR PPh 23/26 Dg. SSP P.l. Tgl 10 Bulan Berikut
setelah Bulan Saat Terutang PPh 23/26;
MELAPOR PPh 23/26 Dg. SPT Masa P.l. Tgl 20 Bulan
Berikut setelah Bulan Saat Terutang PPh 23/26 ;
56
ALIRAN PEMBAYARAN KEPADA
WPLN
DN LN
WPDN WPLN
BUT
57
WP Luar Negeri
58
Tax Treaty
(Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda/P3B)
Perjanjian pajak antara dua negara yang
mengatur mengenai pembagian hak
pemajakan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh oleh penduduk
salah satu atau kedua negara pihak pada
persetujuan (both contracting state),
dimana pembagian hak pemajakan
tersebut diatur dengan tujuan untuk
mencegah seminimal mungkin terjadinya
pengenaan pajak berganda.
59
PIHAK YANG BERKEWAJIBAN MEMOTONG
PENGHASILAN YANG MERUPAKAN
OBJEK PPh PASAL 26
Badan Pemerintah;
Subjek Pajak Badan Dalam
Negeri;
Penyelenggara Kegiatan;
Bentuk Usaha Tetap;
Perwakilan Perusahaan Luar
Negeri Lainnya;
60
OBJEK PPh PASAL 26
DEVIDEN
PREMI ASURANSI
Jenis Pembayaran
Penghasilan Modal
Deviden
Bunga
Royalti
62
PRINSIP PEMUNGUTAN PPh PASAL
26
SE 03/PJ.101/1996
1. Tidak ada Tax Treaty
dikenakan PPh Pasal 26 sebesar 20% atas pembayaran
penghasilan modal maupun penghasilan usaha
63
Time Test BUT
64
TARIF & DPP PPh PASAL 26
20% DARI
BRUTO
- Pasal 26 (1)
65
PPh PASAL 26 (1)
OBJEK Pajak :
66
PPh PASAL 26 (1)
FINAL
67
PPh PASAL 26 (2)
68
PPh PASAL 26 (2)
Jo PMK-82 /PMK.03/ 2009
1
Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di
Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU
PPh, terdiri dari:
- Perhiasan mewah - Berlian
- Emas - Intan
Final - Jam tangan mewah - Barang antik New
- Lukisan - Mobil
- Kapal pesiar, dan/atau - Pesawat terbang ringan
Kecuali yang diterima/diperoleh oleh WPOP Luar
Negeri yang nilainya tidak melebihi Rp 10.000.000
(Sepuluh juta rupiah) untuk setiap transaksi
FINAL,
Kecuali Ditanamkan kembali (Reinvest)
di Indonesia
75
al
n
PPh PASAL 26 (4)
Fi
Contoh:
PKP BUT di Indonesia dalam tahun 2009
Rp17.500.000.000,00
Pajak Penghasilan:
28% x Rp17.500.000.000,00 Rp
4.900.000.000,00 (-)
-----------------------------
Penghasilan Kena Pajak setelah pajak
Rp12.600.000.000,00
PENGH. PENGH.
BRUTO 20 %
NETO
FINAL
HARTA
1. DIVIDEN PREMI ASURANSI
2. BUNGA (PREMIUM, SAHAM
DISKONTO, IMBALAN
KARENA JAMINAN
PENGEMBALIAN
HUTANG PKP
3. ROYALTI
4. HADIAH / MINUS
PENGHARGAAN TAX
5. IMBALAN
SEHUBUNGAN DNG
JASA,PEKERJAAN, 20 %
KEGIATAN
6. PENSIUN DAN
PEMBAYARAN FINAL
BERKALA LAIN ATAS BUT, KECUALI PENGHASILAN
7. PREMI SWAP/LINDUNG TERSEBUT DITANAMKAN
NILAI KEMBALI DI INDONESIA
78
PRINSIP PEMUNGUTAN PPh
PASAL 26
Tidak ada Tax Treaty, dikenakan PPh Pasal 26
sebesar 20% atas pembayaran penghasilan
modal maupun penghasilan usaha (jika belum lewat
time test)
Ada Tax Treaty :
- Pembayaran penghasilan modal, sesuai tarif tax
treaty, kecuali punya BUT dipungut PPh pasal 23.
- Pembayaran pekerjaan bebas, bebas PPh pasal
26 sepanjang tidak punya BUT di Indonesia atau
tidak melebihi time test
79
KEWAJIBAN PEMOTONG PPh PASAL 26
83
85
86
87
PAJAK FINAL
Jenis pajak yang memiliki sifat final, dimana
si pembayar pajak tidak lagi dikenai kewajiban
untuk memasukkan obyek pajak dan pajak
yang bersangkutan kedalam perhitungan pajak
akhir tahun, karena pajak dan obyek pajak
tersebut sudah dianggap rampung, tuntas,
atau pasti.
88
Kalau Sudah Kena Pajak
Final ??
89
Kenapa Harus Pajak
Final ??
perlu adanya dorongan dalam rangka
perkembangan investasi dan tabungan
masyarakat;
kesederhanaan dalam pemungutan pajak;
berkurangnya beban administrasi baik
bagi Wajib Pajak maupun Direktorat
Jenderal Pajak;
pemerataan dalam pengenaan pajaknya;
dan
memperhatikan perkembangan ekonomi
dan moneter.
90
PENGHASILAN TERTENTU YANG PENGENAAN PAJAKNYA
TELAH DIATUR DGN PERATURAN PEMERINTAH (PP)
91
92
15%/20% x Ph Bruto
June 2, 2017
94
95
Merupakan PPh yang dihitung dengan norma
penghitungan khusus untuk wajib pajak
tertentu, dimana pajaknya dihitung dengan
tarif efektif tertentu dari penghasilan bruto
Tujuan :
Untuk menghindari kesukaran dalam menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi golongan
Wajib Pajak tertentu tersebut
96
PPH PASAL 15
Menyetor sendiri
APABILA TGL 10 JATUH PD HARI LIBUR, Paling Lambat Tgl
MAKA PENYETORAN DILAKUKAN PADA 15 bulan
HARI KERJA BERIKUTNYA berikutnya
98
SPT MASA PPh PSL 15
LAMPIRAN
0
* LEMBAR KE-3 SSP BUKTI SETORAN PPh PSL 15 1 0 0.00 t
da Rp lamb
a
* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 15 de n te r
* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN be rupa PT Masa tuan
k s i adm abila S ai keten
San akan ap an sesu
n k
PLG LAMBAT Dike dilapor
k
KE KPP/ 20 HARI SETELAH / tida
KP2KP BLN TAKWIM BERAKHIR
10
Penerbangan DN
PT. Bekasi Raya juga mencarter
pesawat dari Emprit Airlines (maskapai
dalam negeri) untuk mengangkut
barang barang ke daerah daerah
lain di Indonesia, dengan ongkos carter
Rp 100 juta
10
Pelayaran DN
Untuk menghemat biaya tinggi PT.
Bekasi Raya mencarter kapal dari
Gabus Lines (maskapai pelayaran
nasional), dengan ongkos carter yang
harus dibayar sebesar Rp 50 juta
10
PEMOTONGAN PAJAK bagi WP LUAR NEGERI YANG
MEMPUNYAI KANTOR PERWAKILAN DAGANG DI
INDONESIA
10
PEMOTONGAN PAJAK bagi WP LUAR NEGERI YANG
MEMPUNYAI KANTOR PERWAKILAN DAGANG DI
INDONESIA
10
111
11