Anda di halaman 1dari 20

PERSIAPAN DAN

PERENCANAAN PEMERIKSAAN
Kelompok 3:
Febrianto D. Prasetyo (F1315127)
Muhammad F. Wahyudi (F1315135)
Sumber materi
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Peraturan BPK
RI Nomer 1 Tahun 2017
Panduan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah, BPK RI
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
merupakan salah satu tugas pokok BPK sebagai pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan.
LKPD merupakan pertanggungjawaban kepala daerah, yaitu
gubernur/bupati/walikota atas pelaksanaan APBD tahun anggaran
tertentu. LKPD tersebut disusun dengan menggunakan suatu
sistem akuntansi keuangan daerah dan berdasarkan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Perencanaan berkaitan dengan tanggung jawab
Pemeriksa dalam menghubungkan topik pemeriksaan
yang akan dilakukan dengan perencanaan strategis BPK
dan menyusun perencanaan untuk setiap penugasan
pemeriksaan.
Tujuan Pemeriksa dalam menerapkan standar ini adalah
untuk merencanakan pemeriksaan yang berkualitas agar
dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif.
Perencanaan Perencanaan
Penugasan Pemeriksaan
Perencanaan Penugasan : berdasar SPKN
1. Pemeriksa harus menyatakan secara jelas tujuan pemeriksaan atas informasi hal pokok atau hal pokok yang akan diperiksa.
2. Pemeriksa harus memastikan kejelasan setiap penugasan pemeriksaan yang dilakukan.
3. Pemeriksa harus memperoleh pemahaman atas entitas dan/atau hal pokok/ informasi hal pokok yang diperiksa yang diperlukan
untuk mengidentifikasi permasalahan, menentukan materialitas, risiko, jenis dan sumber bukti, serta auditabilitas.
4. Pemeriksa harus memperoleh pemahaman yang memadai atas pengendalian intern dengan menggunakan pertimbangan
profesional.
5. Pemeriksa harus menilai dan merespons risiko pemeriksaan dengan menggunakan pertimbangan profesional.
6. Pemeriksa harus mengidentifikasi dan mengukur risiko material sebagai akibat dari kecurangan.
7. Pemeriksa harus memutakhirkan penilaian dan respons terhadap risiko tersebut sepanjang proses pemeriksaan dengan
menggunakan pertimbangan profesional.
8. Pemeriksa harus merancang prosedur yang memadai untuk memperoleh bukti pemeriksaan yang memadai dan layak atas risiko
kecurangan yang telah teridentifikasi.
9. Pemeriksa harus menetapkan kriteria yang tepat sebagai dasar untuk menilai hal pokok atau informasi hal pokok yang diperiksa.
10. Pemeriksa harus mempertimbangkan materialitas pada seluruh proses pemeriksaan dengan menggunakan pertimbangan
profesional.
11. Pemeriksa harus memutakhirkan penilaian terhadap materialitas sepanjang proses pemeriksaan berdasarkan penilaian risiko
dengan menggunakan pertimbangan profesional.
12. Dalam pemeriksaan keuangan, Pemeriksa harus mempertimbangkan kelangsungan usaha (going concern) dan peristiwa yang
terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal LHP.
13. Pemeriksa harus memutakhirkan rencana pemeriksaan apabila diperlukan selama proses pelaksanaan pemeriksaan.
Berdasarkan metodologi pemeriksaan LKPD
sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis
Pemeriksaan atas LKPD sesuai Keputusan BPK
Nomor 56a/K/I-XX.2/9/2007, tahapan pemeriksaan
LKPD meliputi tahapan :
perencanaan pemeriksaan
pelaksanaan pemeriksaan lapangan
pelaporan hasil pemeriksaan
Perencanaan Pemeriksaan:
Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan

Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa

Pemahaman atas Entitas

Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan Sebelumnya

Pemahaman Sistem Pengendalian Intern

Pemahaman dan Penilaian Risiko

Penetapan Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir


Sesuai dengan SPKN, pemeriksaan harus direncanakan
dengan sebaik-baiknya. Perencanaan pemeriksaan atas
LKPD suatu Perwakilan sebaiknya telah dimulai
setidaknya pada akhir Triwulan III tahun sebelumnya.
Sebagai contoh: Untuk Pemeriksaan LKPD TA 2016,
pada akhir bulan September 2016, Kepala Perwakilan
akan menentukan apakah pemeriksaan atas LKPD TA
2016 diawali dengan pemeriksaan interim atau tidak.
Apabila pemeriksaan interim
tidak dilakukan dianjurkan
Perwakilan menggunakan
tahapan Pemeriksaan Bila kondisi tidak memungkinkan
Pendahuluan dilanjutkan untuk melaksanakan Pemeriksaan
dengan Pemeriksaan Rinci. Pendahuluan, maka perwakilan
dapat langsung melakukan
Pemeriksaan Rinci.
1. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan

Pemahaman atas Renstra diperlukan untuk memberikan arahan


strategis dalam penyusunan rencana pemeriksaan tahunan,
penentuan harapan penugasan, dan tujuan pemeriksaan.

Faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan penentuan hal


pokok antara lain ekspektasi masyarakat dan materialitas suatu
hal pokok.
2. Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa

Data LKPD terkait


Hasil Pemeriksaan tahun sebelumnya
Surat Tugas dan SPD
Supervisi
Dll.
3. Pemahaman atas Entitas
Pemahaman atas entitas dan/atau hal pokok/informasi hal
pokok yang diperiksa dapat diperoleh dari pengetahuan yang
telah dimiliki Pemeriksa atas entitas dan/atau hal pokok/
informasi hal pokok yang diperiksa dan hasil pengumpulan
informasi yang dilakukan selama pemeriksaan.
Dapat pula diperoleh dengan mempertimbangkan hasil
pemeriksaan sebelumnya, termasuk di dalamnya adalah
hasil pemahaman atas pengendalian intern, penilaian risiko,
serta temuan pemeriksaan.
4. Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan
Sebelumnya

BPK memantau secara periodik tindak lanjut hasil


pemeriksaan dan menyampaikan hasil pemantauannya
kepada lembaga perwakilan dan pihak yang bertanggung
jawab
5. Pemahaman Sistem Pengendalian Intern

Pemahaman atas pengendalian intern mencakup kondisi


pengendalian intern yang relevan baik dari sisi waktu
maupun substansi dengan pemeriksaan atau yang
sifatnya material terhadap hal pokok/informasi hal pokok.
6. Pemahaman dan Penilaian Risiko
Pendekatan Pemeriksaan Berbasis Risiko (Risk Based Audit Approach,
RBBA) digunakan di BPK dalam pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan
termasuk Pemeriksaan LKPD.
Model risiko Pemeriksaan :
7. Penetapan Materialitas Awal dan Kesalahan
Tertolerir

konsep materialitas juga dapat dikelompokkan


menjadi:
Materialitas kuantitatif; materialitas yang menggunakan ukuran
kuantitatif tertentu seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi
maupun jumlah unit.
Materialitas kualitatif; materialitas yang menggunakan ukuran
kualitatif yanglebih ditentukan pada pertimbangan profesional.
Pertimbangan profesional tersebut didasarkan pada cara pandang,
pengetahuan, dan pengalaman pada situasi dan kondisi tertentu
8. Penentuan Metode Uji Petik
Pelaksanaan uji Uji petik non statistik merupakan pendekatan
petik tersebut pemeriksa dalam memilih sampel dan
dapat dilakukan menilai hasil pemeriksaan sampel
berdasarkan pertimbangan profesionalnya.
dengan Sedangkan uji petik statistik adalah
pendekatan pendekatan uji petik dengan menggunakan
non-statistik ilmu matematika sebagai sarana untuk
menentukan perencanaan, pemilihan, dan
dan pendekatan evaluasi sampel.
statistik.
9. Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal
Pada tahap perencanaan pemeriksaan, prosedur analitis
membantu pemeriksa dalam memahami entitas termasuk
transaksi dan kejadian pada tahun berjalan.
Selain itu, prosedur analitis membantu perencanaan sifat,
saat, dan lingkup prosedur audit dalam menentukan
rencana, desain, dan pengujian materialitas sehingga
saldo-saldo akun atau transaksi yang memberikan sinyala
danya risiko inheren dan risiko pengendalian dapat
teridentifikasi.
10. Penyusunan Program Pemeriksaan dan
Program Kerja Perorangan

Agar KKP sesuai dengan fungsi dan manfaat, KKP harus


memenuhi syarat akurat atau tepat, relevan, lengkap,
ringkas, kompeten, cukup, jelas, sistematis, rapi, aman,
mudah diakses dan bersih

Anda mungkin juga menyukai