Anda di halaman 1dari 49

PREPARASI SALURAN AKAR

Cleaning & Shaping

Drg. Arlina Nurhapsari,Spkg


* Cleaning and shaping *
* Disinfection *
* Obturation *
Cleaning
membuang bakteri patogen dalam saluran akar

Shaping
membentuk saluran akar baik pada saluran dan apikal
sehingga bahan obturasi dapat mudah masuk
PANDUAN / GUIDELINES

Preinstrumentation Guidelines
Akses menuju saluran akar harus lurus tidak boleh ada undercut
Panjang kerja saluran akar harus sudah ditentukan
Instrument Guidelines
Harus diberi stopper pada Instruments
Instrumen harus digunakan sesuai urutan ukuran
Preparasi harus dilakukan menggunakan instrumen steril dan saluran
akar dalam keadaan basah
Barbed broaches hanya digunakan pada saluran akara yang cukup luas
dengan gerakan memutar tanpa tertempel pada dinding saluran
akar
Dilakukan pengecekan instrumen bila ada deformasi
Mechanical Objectives of Root Canal Preparation - Schilder
1. The root canal preparation should develop a continuously tapering cone.
2. Making the preparation in multiple plane which introduces the concept
of Flow. sesuai bentuk saluran akar
3. Making the canal narrower apically and widest coronally.
4. Avoid transportation of foramen.
5. Keep the apical opening as small as possible.
Gerakan saat Instrumentasi
1. Reaming
Gerakan memutar searah jarum jam
Dapat menyebabkan fatique pada instrumen

2. Filling
Push pull motion
Dapat menyebabkan ledge atau perforation
3. Kombinasi Reaming dan Filling
Gerakan seperempat putaran searah jarum jam kemudian di tarik ke
koronal
untuk menghindari terjadinya fatique dan ledge

4. Teknik Balanced Force


Gerakan pertama dengan memutar 60 searah jarum jam,
dilanjutkan gerakan memutar 120 berlawanan arah arah jarum
jam untuk mencegah debris masuk ke saluran akar, kemudian
diputar 60 searah jarum jam dan ditarik ke koronal

Teknik ini efisien untuk membuang dentin, tetapi tidak boleh


berlebihan untuk force nya karena akan membuat instrumen
terkunci dalam saluran akar
5. Watch Winding
Gerakannya dengan arah 30 - 60 bolak balik
Efisien untuk K file karena gerakan ini tidak agresif
dibandingkan kombinasi reaming dan filling, karena
tidak ada force pada daerah apikal pada setipa
pergerakannya.
Gerakan ini dapat mengurangi terjadinya kesalahan
dalam instrumentasi

6.Watch Winding and pull motion


Gerakannya dengan memutar bolak balik dengan sudut 30-60 , bila
terasa ada resisten maka dilakukan gerakan tari ke arah korona
Teknik ini biasanya menggunakan Hedstroem file, karena
gerakan watch winding tidak bisa digunakan untuk memotong
dentin dan H-File dapat memotong bila gerakannya tarik
7. Circumferential filing.
Gerakan reaming dengan menempelkam ke setiap
dinding saluran akar kemudian ditarik ke koronal
Agar saluran akar yang didapat halus dan
memudahkan saat obturasi
Hal hal yang perlu diperhatikan
Macam Macam Teknik Preparasi
TEKNIK PREPARASI
Teknik preparasi dibagi menjadi 2
TEKNIK KONVENSIONAL / STANDART
Diperkenalkan oleh Ingle

Teknik :
Menentukan panjang kerja dan initial apical file
Preparasi dilakukan dengan menaikkan 2-3 file diatas file IAF dengan gerakan
circumferential filling

Kelemahan :
kehilangan panjang kerja karena akumulasi debris
Saluran akar yang dipreparasi , akan lebih besar dibandingkan diameter yang disarankan
Bentuk saluran akar akan berbentuk bulat panjang dan diameter saluran akar menjadi
besar
Obturasi pada teknik ini tidak memberikan sealing yang adekuat pada saluran akar
Irigasi dan medikamen tidak adekuat
Insiden ledge, zippingdan perforasi pada akar bengkok
TEKNIK STEP BACK

Teknik step back dikenal juga dengan


nama Telescopic Canal
Preparation/Serial Root Canal
Preparation.
Teknik step back lebih menekankan pada
preparasi apical yang kecil dan bentuk
taper ke arah koronal
TEKNIK STEP BACK
Mullaney membagi teknik step back menjadi 2 tahap :
Tahap I :
Preparasi apikal yang dimulai pada apikal konstriksi
Tahap II:
preparasi step bak dengan menaikkan ukuran jarum pada sisa saluran akar
Tahap IIA dan IIB:
preparasi komplit untuk menghasilkan taper yang berkesinambungan dari
apeks hingga servikal
Tahap I
1. Evaluasi kedalaman karies dan menegakkan
diagnosa
2. Preparasi akses kavitas dan mencari letak orifice
3. Menetapkan panjang kerja dan glide path dengan
jarum ukuran kecil #8 atau jarum khusus untuk
mencari jalan seperti pathfinder atau proglider
4. Masukkan initial file #10 dengan gerakan watch
winding untuk memberi tekanan yang minimal ke
apikal
5. Lakukan irigasi setiap pergantian file dengan NaOCl
6. Beri pelumas pada instrumen biasanya
menggunakan EDTA berfungsi mengemulsi
jaringan pulpa sehingga mudah dibuang
dengan file, karena larutan irigasi tidak dapat
mencapai daerah apikal untuk melarutkan
jaringan pulpa
7. Masukkan file dengan ukuran lebih besar
sesuai panjang kerja
8. Lakukan rekapitulasi menggunakan file
dengan no lebih kecil untuk membuyarkan
debris di apikal sehingga mudah diirigasi
9. Ulang proses tersebut hingga mencapai
ukuran # 25 sesuai panjang kerja atau sesuai
dengan diameter apikal konstriksi (lih.tabel)
disebut master apical file
Tahap 2
1. Preparasi sisa saluran akar dengan
mengurangi panjang kerja 1 mm setiap
perbesaran nomer ukuran file incremental
2. Menggunakan gerakan watch winding
diteruskan dengan gerakan circumferential
filling , irigasi dan rekapitulasi dengan nomer
file sebelumnya
3. Ulangi langkah diatasi hingga seluruh saluran
akar terpreparasi
4. Penghalusan menggunakan master apical file
dengan gerakan circumferential filling
No file Panjang kerja Irigasi (NaOCl)
Tahap I #10 (IAF) 18 mm 1 cc
#15 18 mm 1 cc
#10 (rekap) 18 mm 1 cc
#20 18 mm 1 cc
#15 (rekap) 18 mm 1 cc
#25 (MAF) 18 mm 1 cc
#20 (rekap) 18 mm 1 cc

Contoh Tahap II
Step back dimulai
#30
#25 (rekap)
17 mm (PK 1mm)
18 mm
1 cc
1 cc
#35 16 mm 1 cc
#25 (rekap) 18 mm 1 cc
#40 15 mm 1 cc
#25 (rekap) 18 mm 1 cc
#45 14 mm 1 cc
#25 (rekap) 18 mm 1 cc
#50 13 mm 1 cc
penghalusan #25 (rekap) 18 mm 1 cc
Variasi teknik step back
1. Menggunakan Gates-Glidden drills untuk initial enlargement
daerah koronal

2. Menggunakan ukuran kecil Gates-Glidden untuk preparasi


pertengahan akar

3. Menggunakan hedstrom untuk melebarkan preparasi


Kesalahan
prosedur
TEKNIK STEP BACK
Keuntungan Kerugian

Teknik ini menciptakan preparasi apikal sulit irigasi pada daerah apikal
yang kecil dan membentuk taper pada Kemungkinan debris terdorong ke apikal
saluran akar lebih besar
Taper pada preparasi kanal dapat diganti Waktu kerja lama
dengan interval antara 1-0.5 mm Membuat akar yang bengkok menjadi
lurus
Meningkatkan kemungkinan terjadinya
kesalahan iatrogenik (mis. Ledge,zipping,
file patah, dsb).
Selama perbesaran pertengahan akar
pada akar bengkok dapat menyebabkan
perubahan panjang kerja
TEKNIK STEP BACK MODIFIKASI

Teknik ini selesai pada sepertiga apikal saluran akar


Setelah prosedur step back dimulai 2-3 mm dari apikal konstriksi
sehingga membentuk dinding paralel pada daerah apikal
Saat trial guttap akan terasa tug back pada daerah apikal
TEKNIK STEP BACK MODIFIKASI

Keuntungan Kerugian

Kemungkinan kecil terjadi ledge atau Ruangan sempit pada apikal sehingga
ziping menyebabkan akumulasi saluran akar
Kemungkinan terjadi perubahan
panjang kerja
TEKNIK STEP BACK PASIF

Teknik step back pasif dikembangkan oleh Torabinejad


Teknik ini merupakan kombinasi antara hand (files) dan rotary
instrumen (Gates-Glidden drills dan Pesso reamers) untuk mendapat
perbesaran koronal yang adekuat sebelum preparasi apikal
Teknik :
1. Preparasi akses kavitas dan mencari orifices
2. Menentukan panjang kerja dengan #15 dengna tekanan ringan dan
gerakan watch winding serta push-pull stroke untuk menjaga apikal
patency
3. Masukkan file tambahan #20, #25, #30, #35 dan #40 dengan gerakan
pasif, berfungsi untuk membuang debris dan membesarkan preparasi
untuk memudahkan masuknya Gates-Glidden drills.
4. Irigasi pada setiap pergantian file dengan NaOCl
5. Gates-glidden drill no 2 dimasukkan hingga bagian akar yang terasa ada
sedikit tahanan nya kemudian ditarik 1-1,5mm dan diaktifkan. Dengan
gerakan naik dan turun dan sedikit tekanan, saluran akar dibesarkan.
Kemudian dengan cara yang sama gates glidden drill no 3 dan 4
digunakan pada bagian lebih koronal
6. Konfirmasi panjang kerja dilakukan setelah pembesaran dan pembuangan
kurvatur
7. Masukkan file no 20 kedalam saluran akar sesuai panjang kerja, kemudian
dilakukan pembentukan apikal. pada ujung apikal yang sempit,
pembesaran apikal sebaiknya tidak lebih dari nomer 25 atau 30.
8. Kemudian dilakukan preparasi step back
Keuntungan
Membuang debris dan penyumbatan pada akar
Pembesaran pasif pada saluran akar dari arah apikal ke koronal
Teknik dapat menggunakan instrumen ultrasonic
Mengurangi insiden terjadinya kesalahan prosedur seperti ledge atau
zip
CORONAL TO APICAL APPROACH
Keuntungan Kerugian
Akses yang lurus ke daerah apeks Lebih banyak menghabiskan waktu dibandign teknik
Menghilangkan keterlibatan koronal sehingga step back
penentuan ukuran apikal lebih baik Pembesaran daerah koronal yang berlebihan dapat
melemahkan akar dan menjadi masalah dalam
Membuang tumpukan jaringan dan mikroorganisme preparasi pasak coke bottle appearance
sebelum pembentukan apikal
Penggunaan end cutting rotary instruments pada
Irigasi dapat penetrasi lebih dalam saluran akar yang sempit atau terkalsifikasi dapat
Perubahan panjang kerja lebih berkurang membuat perforasi
Menghilangkan jaringan nekrotik dan debris yang Pada saluran akar yang sangat bengkok, rotary
biasanya dapat terdorong melewati foramen apikal instruments tidak dapat dibengkokkan.
Peningkatan akses dapat meberikan kontrol yang lebih Dapat menyebabkan ledge pada saluran akar besar,
baik dan menhindari zipping dekat dengan apikal karena rotary instrumen tidak fleksibel dan biasanya
digunakan dengan cepat dan
konstriksi
TEKNIK STEP DOWN
1. Disebut juga reverse flaring technique oleh Weine, coronal twothird pre-
enlargement oleh Cohen, dan cervical flaring technique oleh Goerig.
2. Prosedur ini dibagi menjadi 2 tahap :
3. Tahap I : preparasi saluran akar menggunakan hedstrom file dengan
ukuran 15,20 dan 25 dengan menambah panjang kerja 1mm setiap
pergantian file ( mis 16 mm hingga 18 mm)
4. Tahap II : Gates glidden drills nomer 2, 3 dan 4 digunakan untuk
membesarkan bagian koronal
1. Langkah I: menentukan panjang kerja dan menciptakan apikal stop dengan ukuran 25
2. Langkah II : pembentukan sisa saluran akar menggunakan file yang berurutan dengan
arah dari koronal ke apikal dengan rentang 1 mm setiap pergantian file, rekapitulasi
dengan file 25 untuk menghindari blokade
TEKNIK CROWN DOWN
Marshall and Pappin menyebut Crown-Down Pressureless
Preparation yang melingkupi pembesaran koronal dengan Gates
Glidden burs, yang diikuti pembuangan dentin dari koronal ke apikal.
Tahap prosedur Crown Down
1. Preparasi akses kavitas dan menentukan orifices
2. Isi akses kavitas dengan irigan kemudia dimulai tahap preflaring
sepertiga saluran akar menggunakan hand instruments, Gates-
Glidden drills atau nickle-titanium rotary instruments
3. Gates-Glidden drills digunakan dengan no besar terlebih dahulu
kemudian diameter yang lebih kecil digunakan untuk menylesaikan
pembesaran koronal
4. Irigasi sesering mungkin dengan NaOCl dan rekapitulasi dengan file kecil
(#10) untuk mencegah blokade
5. Eksplorasi saluran akar dan penentuan panjang kerja dengan no kecil
6. Masukkan file dengan ukuran besar untuk mempreparasi pertengahan
akar, kemudian dilanjutkan dengan no lebih kecil dan panjang kerja
ditambah 0,5mm 1mm, proses tersebut berulang hingga sepertiga
apikal telah dipreparasi
TEKNIK HYBRID
Kombinasi antara crown down dan step back

Teknik:
1. Rotary dan hand instrumen digunakan
2. Cek patency menggunakan nomer 10 atau 15
3. Preparasi sepertiga bagian koronal dengan gates glidden drill hingga daerah yang
membengkok tanpa tekanan berlebihan
4. Penentuan panjang kerja
5. Preparasi bagian apikal menggunakan teknik step back
6. Rekapitulasi dan irigasi dilakukan setiap tahap untuk menjaga patency
7. Mencampur langkah step back dengan prosedur step down

Keuntungan
Mengurangi terjadinya ledge
Menjaga integritas dentin dengan pembuangan yang tidak berlebihan
TEKNIK DOUBLE FLARED
Diperkenalkan oleh Fava.
Saluran akar di eksplorasi menggunakan file ukuran kecil. Kemudian saluran akar
di preparasi menggunakan teknik crown down menggunakan files dengan
pengurangan ukuran. Dilanjutkan dengan teknik step back dengan penambahan
1mm setiap petambahan ukuran file. Irigasi dan rekapitulasi dilakukan setiap
pergantian file.
Contoh :
Teknik crown down Teknik step back
#50 14 mm #30 18 mm
#45 15 mm #35 18 mm
#40 16 mm #40 17 mm
#35 17 mm #35 18 mm
#30 18 mm #45 16 mm
#35 18 mm
#50 15 mm
#35 18 mm
Indikasi
Saluran akar yang lurus
Bagian lurus pada gigi permanen dengan akar bengkok
Kontraindikasi
Saluran akar terkalsifikasi
Gigi permanen muda.
Gigi dengan open apeks
Keuntungan
Taper yang besar pada daerah servikal dan sepertiga tengah
Teknik pilihan untuk kasus gigi nekrosi atau gangren
Meningkatkan kualitas pengisian saluran akar dibandingkan teknik
konvensional
Irigasi lebih mudah, mengurangi terjadinya kesalah iatrogenic dan
memudahkan pemasangan pasak
TEKNIK BALANCED FORCE

Dikembangkan oleh Roane and Sabala in 1985 menggunakan file dengan


noncutting tip
Teknik ini dijelaskan sebagai positioning dan preloading, file masuk
dengan gerakan searah jarum jam dan membentuk saluran akar dengan
gerakan berlawanan arah jarum jam
Untuk hasil yang terbaik teknik Balanced force diselesaikan dengna
pendekatan step down
Teknik :
Step back vs crown down technique

Step back technique Crown down technique

Apico-coronal technique Corono-apical technique


Has been used for past many year Introduced recently and gaining popularity.
Starts with smallest instruments Starts with largest instruments.
Shapes apical 1/3rd initially Shapes coronal 1/3rd initially.
Commonly uses hand files Commonly uses rotary files.
Protaper Hand Instrument

Memiliki triangular cross-section dan


variasi tapered pada cutting length
progressively tapered design
meningkatkan fleksibilitas, pemotongan
yang efisien dan safety dari file
ProTaper system terdiri dari 3 shaping dan
3 finishing files
Shaping files terdiri atas Sx, S1 dan S2
Sx : merupakan file terpendek dengan panjang 19 mm dengan diameter D0
0,19 mm dan D14 1,20mm. Kenaikan taper dimulai dari D9 dan turun setelah
D14. kenaikan ini bertujuan untuk fleksibilitas
S1 : memiliki diameter D0 0.17 mm dan D14 1.20 mm. Digunakan untuk
preparasi bagian koronal akar
S2 : memiliki diameter D0 0.20 mm dan D14 1.20 mm. Digunakan untuk
preparasi sepertiga tengah saluran akar
Finishing files F1, F2, F3 digunakan untuk preparasi dan finish bagian apikal
saluran akar
F1 : Do diameter dan apical taper adalah 20 dan 0.07 mm.
F2 : Do diameter dan taper adalah 25 dan 0.08.
F3 : Do diameter dan taper adalah 30 and 0.09
Teknik :

1. Menentukan glide path yang mulus sebelum


instrumentasi dengan proTaper syste dimulai
2. Preparasi 1/3 koronal dengan memasukkan S1
dengan tekanan pasif. Tidak boleh lebih dari 2/3
panjang gigi rata-rata
3. Irigasi dan rekapitulasi dengan kfile no 10
4. Pada gigi pendek Sx direkomendasikan untuk
digunakan
5. Kemudian file S2 dimasukkan sepanjang panjang
gigi estimasi
6. Konfirmasi panjang kerja dengan file Stainless
steel K-files lebih dari no 15 digunakan
dengan apeks locator/menggunakan
radiograf
7. Masukkan file S1 dan S2 sepanjang kerja, dan
diekapitulasi dengan file Stainless steel
8. Gunakan F1, F2 and F3 untuk preparasi
finishing sesuai panjang kerja.Penghalusan
preparasi apikal menggunakan rekapitulasi
file stainless steel untuk mengukur apikal
foramen dan menghaluskan dinding saluran
akar
Keuntungan
ProTaper files mmpunyai modified guiding tip yang memberikan preparasi akar
yang lebih baik
Variasi diameter tip pada Pro Taper membuat file ini mempunyai specific cutting
action pada daeah sluran akar tanpa membuat stress instrumen
Perubahan helical angle dan pitch over pada cutting blades ProTaper files
mengurangi instrumen dari screwing pada saluran akar dan memudahkan
pembuangan debris
ProTaper files beraksi dengan gerakan aktif yang meninkatkan efisiensi dan
mengurangi torsional strain.
Panjang handle file berkurang dari 15 hingga 12.5 mm, sehingga memudahkan
akses pada daerah posterior

Anda mungkin juga menyukai